"Sam, bangun udah pagi.." ucap Della sambil mencubit-cubit pipi Samudra yg masi asik tidur
"hmm" hanya itu jawabannya dan ia kembali tidur
"permisi,"
"oh iya silahkan."
"ekhem,, SAMUDRA BANGUNN!!!" Sam kaget bukan main, jantungnya berdetak dengan cepat lalu ia mimisan
"anjeng." Samudra berlari ke kamar mandi dan membersihkan hidungnya lalu kembali keluar setelah urusannya beres
"bikin kaget ae, amjink." kesal Sam lalu mencari baju untuk ganti
sedangkan Lea, ia tertawa kecil lalu lanjut mengobrol dengan Della dan membawanya keluar
"jadi? udah berapa bulan sama Samudra?" tanya Lea
"hum, sekitar 6 bulanan.. kenapa kak?"
"enggak sih, tanya aja. udah makan? kalau belum nanti makan bareng aja." tawar Lea lalu duduk berhadapan dengan Della
"ohh iya kak hehe..." jawab Della sambil tersenyum canggung. tak lama setelahnya, Papa dan Mama Lea keluar lalu ikut duduk disana
"loh ini siapa? temen kamu?" tanya Papa
"eum, bukan, Pa.. pacarnya Sam yg dari Tangerang" jawab Lea
brak
"HALOY DUNIAA!!" teriak Samudra lalu segera duduk di antara Della dan Lea, ia merasa canggung
"apa? kenapa?" tanyanya karena Papa dan Mama nya menatap Sam dengan tatapan menyelidiki
"oh, ini Della hehe.. pacarnya Samudra yg udah jalan 6 bulan. bole nikah kan?" spontan, Lea mengeplak kepala belakang Samudra dengan kuat
"kak! sakit, oncom!" kesal Sam
"bodo amat, jaga bahasamu. udah ayo makan, laper." ujar Lea dan kini tangan mereka bertaut dan mulai berdoa
setelah selesai berdoa, mereka mulai makan. si Samudra belum ada satu suapan tapi baru minum udah di buat kesedak gara-gara diliatin Lea
Lea yg baru satu suapan langsung ketawa liat Samudra dan otomatis nyembur. dan nyemburnya ke Samudra
"anj.. KAKAKKKK!!!" teriak Sam histeris seperti terkena muntahan sapi
"AHAHAHAH MAAF SAM MAAF.." bahkan kini semua anggota keluarga dan Della tertawa
"udah plis, cape.." mereka berhenti tertawa lalu lanjut makan di pagi itu. Sam sudah selesai makan duluan dan memilih untuk melamun.
beberapa lama sampai akhirnyabrakkk
"aigoo, setan satu ini bener-bener meresahkan" Samudra berdiri lalu menjambak rambut Lea
"geramnyee" ujar Samudra pelan lalu membawa piring tersebut ke wastafel untuk di cuci
"utututu adek kakak marah ni? hm?"
"...."
"ish Samm..."
"apasie?"
"bercanda atuh, jangan marahh.."
"yo, karepmu." Samudra selesai mencuci piring beralih ke ruang tamu untuk menonton film, tapi saat melihat ke jendela moodnya langsung menurun
"cerah," ia hanya bergumam lalu duduk, untuk bermain game.
"Sam?" panggil Papa nya
"hm?"
"habis berantem?" Samudra menatap Papa nya
"kalau iya?"
"alasannya kenapa?" Samudra hanya menatap Papa nya tanpa ekspresi
Papa nya Sam hanya menghela nafas pelan.
"kenapa berantem? sama siapa?"
"hm,, Papa ga perlu tau.. yg penting aku udah nggak papa" ujar Samudra lalu fokus ke game lagi
"SAMUDRA!" karena saking emosinya, Papa nya sampai menggebrak meja membuat Samudra meletakan ponselnya secara kasar
"kenapa? Papa masih peduli? sekarang aja Papa peduli kalo aku atau kakak luka-luka. tapi kalau kita sehat? Papa nggak ada sekalipun nanya ke aku atau kakak, kalian gimana, sekolahnya gimana, nggak kan? sekedar nanya udah makan atau belum Papa aja nggak pernah!" teriak Sam tanpa sadar air matanya sudah terjun bebas
Mama, Lea, dan Della yg terkejut hanya bisa melihat mereka dan diam
"karena Papa-"
"sibuk selingkuh? iya? Papa sejak dulu selalu pilkas! Papa lebih peduli sama Reza daripada aku, lebih peduli kakak daripada aku! aku nggak papa karena aku masih belum bisa kasih apapun yg buat Papa atau Mama bangga!"
"Sam! jangan seenaknya nuduh Papa selingkuh, punya bukti apa kamu? sekolah belum pinter gak usah nuduh Papa!"
Samudra menatap Papa nya dengan tajam, ia berdiri
"suatu saat, Sam buktiin bahwa yg Papa ucapkan berbanding terbalik dengan masa depan Sam. lihat siapa yg lebih sukses." Samudra pergi dari sana menuju ke kamarnya
Papa nya menahan emosi, ia marah. sangat marah, Della dan Lea pergi menyusul Samudra sedangkan Mama menenangkan Papa nya yg ngamuk, ngamuk karena fakta.
"udah, Pa.. Sam baru nggak mood, tenang dulu.." ujar Mama nya sambil mengelus bahu suaminya
mesra bgt...
"Sam, kamu kenapa?" Sam hanya diam tanpa ada niat untuk membalas
"Sam.."
"keluar." ucapnya dingin
"aku baru mau sendiri."
"nggak, enak aja." ucap Lea sambil bersedekap dada
"sayang, jangan marah gitu atuh.. nggak sopan, nanti kualat." Samudra hanya diam, menatap keluar jendela.
"hm." Della dan Lea sama sama menghembuskan nafas pasrah
"ya sudah, nanti malem keluar ya, gak baik di kamar terus." ucap Lea sambil tersenyum lalu keluar bersama Della
Samudra pun duduk di sofa yg terletak di depan jendela, jadi ia bisa kapanpun menyimak suasana luar.
Samudra sedikit berpikir, kenapa dirinya jadi membenci Ayah nya? kenapa dirinya benar-benar dendam? kenapa dirinya merasa begitu terluka mengingat Ayah nya sejak dulu selalu pilih kasih?
"nyesel, Pa.. nyesel banget Sam pernah sayang sama Papa.. Sam marah, Sam dendam tapi Sam gak bisa bilang kalau Papa adalah orang lain. sejak dulu Sam selalu nyadarin diri sendiri, seburuk-buruknya Papa, Papa itu adalah seorang laki-laki yg besarin Samudra sampai sebesar ini." Samudra hanya menunduk dan menangis, menahan suaranya kuat-kuat
"maaf, Pa.. ini monster yg Papa ciptain, brengsek dan tidak tau diri." ucap Samudra sambil sesegukan dan hidungnya kembali mengeluarkan darah, ia lantas mengambil tisu dan obat serta air putih di nakasnya.
——————————————
13.00 AM, Yogyakarta"kakak.." panggil seorang anak perempuan lalu duduk di sebelah kakaknya yg sedang sibuk membaca buku
"hm?" balas kakaknya
"ayo makan." sang kakak langsung menatap adiknya
"nyeblak, ayooo.." mereka pun pergi ke sebuah tempat dimana terdapat seblak disana.
"beli berapa, kak?"
"3 sabi kayanya hehehe.."
"uhmm, bolela. wadah terakhir kita berdua."
"nanti Mama marah." adiknya nampak berpikir. karena sibuk berpikir sambil jalan, ia tidak melihat ada batu kemudian tersandung
kakaknya yg bernama Reyyan tertawa melihat adiknya terjatuh
"makannya kalo mikir tu nanti dulu, lagian masih jauh juga.." tukasnya lalu membantu adiknya bangun dan lanjut berjalan walau dengan wajah cemberut
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Step Sister
RandomTidak bisakah kau memberinya kesempatan untuk hidup dan memperbaiki semuanya?