sudah hampir seminggu Lea berada di rumah sakit untuk menemani Samudra. mulai dari mengusap tangannya, dan menatapnya selama beberapa menit. Lea menjadi anak yg pendiam, tidak seceria biasanya. ia menatap Samudra yg masih setia menutup matanya, tidak berbicara, tidak makan juga minum, dan tidak tertawa.
"Lea," panggil Arya. lelaki tersebut mengusap kedua bahu Lea untuk menenangkannya, ia juga merasa sedih. karena menyesal telah membully Samudra
"makan dulu ya? dari kemarin belum makan." ujar Arya dengan pelan
"nggak mau, kasian Sam sendirian disini.."
"mana ada sendiri? ada Shakirat disitu.."
Lea tak lagi menanggapi perkataan Arya dan memilih untuk terus menggenggam tangan Samudra. seseorang mengintip mereka dari pintu kamar inap Samudra dengan pisau tajam di tangannya, saat hendak membuka pintu, seorang perawat datang membuat dirinya menyembunyikan pisau
"apa Anda walinya?" tanya suster tersebut
"ah bukan, saya hanya ingin melihat teman saya." jawab orang itu, pandangannya tertuju ke Lea dan Arya
"saya kembali nanti lagi." orang itu buru-buru pergi dengan tatapan jengkel dan penuh dendam.
"I'll be back to torture you both." gumamnya lalu keluar dari rumah sakit dan pulang kerumahnya.
___________________________________________________
kini Lea sedang duduk di taman belakang rumah sakit sambil menatap ke langit berawan tanpa matahari. air matanya kembali menetes, terus berputar di otaknya gambaran Samudra yg semakin kurus, rambutnya yg mulai rontok, dan melihatnya terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
"kenapa harus Samudra? kenapa gak aku saja?" gumamnya
"kalau memang mau segera mati, kenapa tidak menghubungiku Lea?" suara lelaki tadi muncul dari arah kanan Lea. ia teringat orang yg ia temui beberapa hari lalu di lorong rumah sakit.
"Vano?"
orang bernama Vano itu terkekeh pelan sambil berjalan mendekati Lea. tangannya di belakang menyembunyikan sebuah pisau tajam. Lea yg masih sedikit bingung pun hanya diam dan mencoba mencerna kata-kata Vano.
setelah cukup dekat dengan gadis itu, Vano mulai mengeluarkan tangannya dan menggores lengan Lea dengan pisaunya
"aahkk!! V-Vanoo?" Lea memegangi lengannya dan menatap Vano, sangat takut dan lemas kakinya, ia hampir jatuh dan beruntung saja ada Arya dan Devan disana.
Devan langsung memukul pipi Vano hingga terjatuh, yg membuatnya aneh adalah Vano malah tertawa setelah di pukul
"dasar gila, ayo pergi." ujar Devan lalu segera membawa Lea pergi bersama Arya dan Devan menuju ruang inap Samudra
sudah berlari sekencang-kencangnya, namun Vano masih bisa mengejar dengan seringainya.
"sialan, siapa yg diincarnya?" gumam Devan lalu menarik tangan Arya agar menjauh dari orang itu.
_______________________________________________________
"Ren, perasaan gw kok gak enak ya?" ujar Aruna dengan pandangan lurus ke bawah
"kenapa?" Serena mendekat lalu ikut melihat ke bawah, disana terlihat Arya dan Devan membawa Lea menuju ke dalam.
"kenapa tuh?" gumam Serena
"Vano." ucap Aruna, Serena langsung menatapnya
"hah?" Serena menatapnya
"pembunuh kecil, buronan. hihh si Sam lama betul tidurnya." ujar Aruna sambil menghela nafas pasrah
KAMU SEDANG MEMBACA
My Step Sister
RandomTidak bisakah kau memberinya kesempatan untuk hidup dan memperbaiki semuanya?