02. PARFUM, KAFE, DAN KAK GILBY

999 241 15
                                    

Kejadian sandi morse sudah seminggu berlalu. Sejak saat itu, Dira selalu saja menitipkan Lily pada Gilby kalau dia dan Danu sibuk bekerja. Dengan iming-iming akan dibuatkan brownies setiap hari, cowok dingin itu langsung setuju! Heran kan?! Harus heran, Lily nggak nerima penolakan atau sanggahan!

Di hari Minggu ini, Shera dan Jean menyuruhnya untuk pergi jalan-jalan bersama Senu. Karena memang kesepian di rumah, jadi Lily mau. Cewek itu menolak dengan tegas saat Senu menawarkan diri untuk menjemputnya. Lily benar-benar bersikeras untuk ke tempat tujuan mereka jalan-jalan sendiri. Dan hasilnya malah nyasar. Ya, maklum baru satu bulanan dia tinggal di Ibu kota.

"Ini ke mana sih?" Cewek itu membuka kaca helm guna melihat rute di google maps. Harusnya dia naik gojek. Tapi sudalah.

Karena haus, Lily memutuskan untuk menepi ke mini market di pinggir jalan. Kakinya langsung melangkah cepat ke arah kulkas.

Saat tangannya meraih botol minuman paling atas, seseorang dari belakang juga mengambil minuman yang sama. Sontak, Lily membalikkan badan dan dahinya terbentur dada bidang cowok yang bau parfumnya ....... enak. Serius, Lily jadi naksir.

Lily mendongak setelah puas menghirup aroma parfum milik cowok asing di depannya. Matanya membulat saat mengetahui siapa yang dia kagumi parfumnya. "Loh, Kak Gilby?"

Gilby meraih satu botol minuman kembali, menyerahkannya pada Lily. Lalu, segera pergi ke kasir. Dan saat kesadaran Lily pulang, cewek itu membuntuti Gilby untuk membayar.

"Dia yang bayar," ujar Gilby kepada Mbak Kasir sembari menunjuk Lily.

Lily mengedipkan mata, menatap Mbak Kasir dan Gilby bergantian. Kemudian menunjuk dirinya sendiri. "Aku Kak?"

Gilby tak menjawab, malah langsung pergi. Lily mau tak mau membayar minuman milik cowok itu. Setelah selesai dengan urusan bayar membayar, Lily menghentikan pergerakan Gilby dengan menahan helm yang hendak cowok itu kenakan.

Lily menelan ludah begitu pandangan mereka berpapasan. Benar-benar terlihat galak meski hanya diam. Namun, nyali Lily kali ini tak akan padam!

"Ehehehe. Aku kan udah bayarin minuman Kakak, boleh minta tolong nggak?"

"Lepas," titah Gilby.

Spontan Lily melepas pegangannya pada helm full face warna hijau milik Gilby. Kesempatan itu Gilby gunakan untuk pergi. Namun ternyata cewek itu lebih gesit menahan lengannya.

"Kak Please, tolongin. Nanti aku buatin brownies deh. Ya?" Pegangan Lily mengerat pada lengan Gilby. Seolah takut jika cowok itu pergi.

Gilby menarik kunci yang sudah tertancap ducati-nya. Tiba-tiba dia merasa iba. "Apa?" tanyanya.

Senyuman Lily langsung terbit hanya karena kata 'apa' melaju dari bibir Gilby. Cewek itu buru-buru memeriksa ponsel. Memastikan alamat yang dia tuju benar.

"Aku lagi nyari alamat Kafe Baerea. Aku ada janji sama seseorang, tapi dari tadi nggak nemu tempatnya. Kak Gilby tau?"

Gilby kembali menghidupkan mesin ducati-nya. Lily jadi berpikiran kalau cowok ini tidak tahu. Maka dari itu dia langsung memasang wajah lesu dan menyingkir dari jalan Gilby.

"Kenapa diem?" tanya Gilby. Lily mengerutkan dahi, masih belum mengerti. Kemudian, cowok itu melanjutkan. "Ikutin gue."

Senyuman cantik terlukis kembali di bibir cewek itu. "Yeay! Makasih Kak Gilby!"

Dengan cepat dia menuju motor scoopy miliknya. Bibir Gilby turut berkedut melihat tingkah Lily. Lagi-lagi dia menemukan kemiripan seseorang dalam diri cewek itu.

GILBYLILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang