08. "KAK ILBY KENAPA?"

618 163 3
                                    

Suasana ramai tak membuat Lily mengabaikan rasa kantuknya. Sudah pukul sebelas lebih, menjadikan pesta sebagai alasan dia tetap terjaga jelas tak diterima oleh otaknya. Kepala Lily sudah tumbang beberapa kali di bahu kursi.

"Ly, lo ngantuk? Mending pulang deh, kasihan gue liatnya." Jean menepuk pipi Lily pelan.

Lily menerjapkan mata, berusaha memegang kesadaran. Sumpah, rasanya dia ingin terjun ke pulau kapuk sekarang juga.

"Lo tadi ke sini sama siapa?"

Pertanyaan Shera membuatnya tersadar. Mengingat kejadian tadi, bersama Gilby membuat berdebar-debar. "Aku ke sini sama tetangga," jawab Lily tak berbohong. Gilby kan memang tetangganya.

Jean dan Shera bertatapan. Sedkit aneh dengan jawaban yang Lily lontarkan. "Tetangga lo baik banget nganterin lo ke acara gini," celetuk Shera.

Gugup. Lily membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan. "Tadi ....... sekalian dia mau pergi. Searah, ya searah."

Dua cewek itu menganggukkan kepala. Tak jauh dari sana, Senu tampak bergegas menghampiri mereka bertiga, dengan segelas minuman di tangannya.

"Hai," sapa Senu.

Otak Shera dan Jean langsung satu tujuan. Sudah kubilang kan? Mereka suka menjodoh-jodohkan dan tak pernah belajar dari kesalahan.

"Eh Kak Senu. Ini Lily ngantuk Kak, nggak biasa tidur kemaleman. Kakak bisa nganterin nggak?" tanya Shera tanpa basa-basi. Membuat Lily melotot kesal.

"Iya Kak, kasihan banget Lily kalau harus pake taxi online," sambung Jean.

Lily menggelengkan kepala kuat-kuat. Niatnya berbohong pada Shera dan Jean supaya mereka tak berpikiran macam-macam mengenai dia dan Gilby. Malah jadi lebih rumit lagi.

"Oh ya? Kalau gitu ayo Ly. Kakak antar," jawab Senu sembari mengulurkan tangan. Sedangkan Shera dan Jean seolah mendesak agar Lily menerima ajakan.

"Tapi—"

Belum selesai Lily mengudarakan kalimat penolakan, Senu sudah meraih tangannya dan mengajaknya ke parkiran. Mata Lily langsung mencari Gilby, dia harus pamit dengan cowok itu kalau dia akan pulang bersama Senu. Tapi nihil. Lily tak menemukan keberadaan cowok itu hingga mereka benar-benar sampai di tempat parkir mobil Senu.

Cowok itu sudah melepas jas, hendak menyampirkannya ke pundak terbuka Lily, tapi Lily menolak.

"Nggak usah Kak. Nggak papa kok." Lily menarik senyum paksa di bibir, kemudian masuk. Baterai ponselnya habis, dia tak bisa mengabari Gilby. Apa dia harus meminjam ponsel Senu?

"Kak," panggil Lily.

"Iya?"

"Kakak punya nomornya Kak Gilby? Anu, tadi ...... aku sebenernya dateng sama dia. Aku takut dia nyariin aku nanti. Boleh minta tolong buat ngabarin dia nggak?"

Senu melirik sekilas ke arah Lily. Dalam hati, dia punya banyak pertanyaan untuk cewek ini. Mengapa dia bisa berangkat bersama Gilby? Dan mengapa harus secemas itu?

"Punya, kamu tenang aja. Nanti Kakak kabarin kalo udah sampai rumah kamu, ya?" jawabnya.

Lily mengangguk pelan. Rasa kantuknya melebur hilang. Senu mengajaknya mengobrol ringan di mobil, tapi Lily hanya menanggapi seadanya. Dia hanya ingin segera sampai di kamar, memberi Gilby kabar, kemudian tidur terkapar.

Mobil terhenti di pekarangan rumah Lily. Sekarang, Senu mengerti. Lily dan Gilby adalah tetangga. Pantas saja.

"Makasih ya Kak," ujar Lily sembari buru-buru turun dari mobil. "Ah iya Kak, jangan lupa kabarin Kak Gilby, ya."

Senu mengangguk, lalu tersenyum. "Selamat malam. Mimpi indah, Ly."

"Mn, Kak Senu juga."

Tatapan Senu masih tertuju pada rumah Lily meski cewek itu sudah terbenam di balik pintu. Kemudian, dia menatap ponsel. Tepatnya di ruang obrolan dia dan Gilby.

"Cih, buat apa gue ngabarin lo?" gumamnya sembari memasukan ponsel ke saku celana, dan pergi dari sana.

•••

Acara sudah selesai sejak satu jam lalu. Sudah pukul dua. Gilby masih mencoba menghubungi Lily, tapi nomornya tak aktif. Membuat dia lagi-lagi mengacak rambut, frustasi.

"Lo ke mana sih, Ly?"

Sebetulnya ini salah Gilby. Dia dan teman-teman sekelas berada di sisi gelap pesta ini— ah maksudnya tempat di mana mereka bisa bebas merokok dan minum alkohol. Tapi Gilby bersumpah, dia tidak merokok apalagi minum.

Gilby juga sudah mencari Shera dan Jean. Tapi mereka berdua tidak ada. Dan Gilby tidak tahu mana teman sekelas Lily yang lain.

"Loh, Kak Gilby belum pulang?" tanya Sina. Si penyelenggara pesta.

Gilby menggeleng. "Lo liat Lily?" Benar. Cewek itu satu kelas dengan Lily, mengapa Gilby tak bertanya dari tadi?!!!

"Mungkin udah pulang? Soalnya Shera sama Jean juga udah pulang Kak. Kan Lily biasanya sama mereka," jawab Sina.

"Oke, thanks." Gilby segera menuju mobil. Melajukannya dengan cepat supaya bisa lekas sampai di rumah.

Setelah sampai di depan gerbang rumah Lily, Gilby mencoba membangunkan satpam yang nyaris tertidur. "Pak! Pak!"

Pardi terkejut. Lantas, dia buru-buru menghampiri Gilby. "Eh, i-iya ada apa Mas Gilby?"

"Lily udah pulang?"

Pardi heran. Apa cowok ini lupa sudah memulangkan Lily jam sebelas tadi? "Loh, sudah Mas. Dari jam sebelas malah."

Gilby bernapas lega. Tatapannya berlari ke balkon kamar Lily yang sudah padam dan tertutup gorden. "Makasih Pak."

Cowok dengan jas disampirkan di bahu, dasi sudah longgar, rambut acak-acakan, dan keringat di wajah menuju garasi untuk memarkirkan mobil.

Saat dia masuk ke rumah, Prada tengah memangku tangan, menatapnya tajam. "Kenapa baru pulang? Nganterin Lily jam sebelas tapi malah ke sana lagi." 

Alis Gilby naik sebelah. "Bukan Gilby yang nganterin Lily pulang."

"Bukan kamu? Terus siapa? Tadi waktu Mamah tanya ke Dira, dia bilang Lily udah pulang dianter sama kamu. Terus mereka ngucapin makasih."

Ponsel Gilby tiba-tiba berbunyi. Satu pesan masuk dari Senu.

Senu bgst
|Sorry bro, lupa kabarin.

|Lily pulang bareng gue tadi.

•••

Kicauan burung di balkon membuat Lily terbangun dari tidurnya yang tak bermimpi. Cewek itu meregangkan badan, lalu menarik gorden dengan ceria. Ditatapnya kamar Gilby yang belum terbuka gordennya.

"Tumben belum bangun?" gumam Lily.

Sesaat selepas Lily menyelam dalam pikirannya, di depan sana, Gilby menarik gorden dengan malas dan terlihat masih mengantuk. Spontan, Lily menggerakkan tangan seolah menyapa cowok itu. Tak lupa mengulas senyum setipis mungkin agar tak terlihat. Tapi, Gilby malah acuh tak acuh.

Lily menurunkan tangan, senyum tipis di bibirnya menghilang. "Kak Ilby kenapa?"

Pikiran cewek dengan piyama biru muda itu melayang pada kejadian semalam. Dia pulang tanpa memberi kabar. Cepat-cepat Lily meraih ponsel yang masih dalam keadaan mati. Niatnya untuk mengisi baterai dan memberi Gilby kabar lenyap saat dia menyentuh kasur semalam.

"IH LILY KOK BODOH BANGET."

•••

Note :
Jangan lupa jejaknya 😘

GILBYLILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang