04. CALL : GHOST.MP3

774 201 7
                                    

Malam ini bulan bersinar cukup terang. Lily sedang berada di balkon memakan keripik kentang. Menggunakan kaos oversize berwarna biru muda, lengkap dengan cepolan rambut asal-asalannya.

Pandangan cewek itu bergulir ke arah rumah depan saat seseorang membuka pintu balkon sembari membawa gitar dan secangkir kopi, oh jangan lupakan rokok dan korek api. Ya siapa lagi kalau bukan Gilby.

Lily yang sempat menyumbat telinganya dengan airPods, sengaja dia lepaskan guna mendengar suara cowok berkemeja flanel itu. Tampaknya dia baru saja pulang dari kafe.

Gilby mulai memetik gitar. Lily memasang telinganya baik-baik agar bisa terdengar. Namun, tetap saja samar.

"KAK ILBY! SUARANYA DIKENCENGIN DONG! AKU MAU DENGER KAKAK NYANYI," Lily berteriak tanpa malu dan ragu akan mengganggu tetangga atau mungkin hantu. Sttt, ini malam Jumat.

Di seberang, Gilby mengerutkan dahi. Tunggu, cewek itu memperhatikannya? Sudah berapa lama? Cowok itu meraih ponsel di saku. Kemudian menghubungi Lily tanpa babibu.

"Eh?" Lily tersentak saat memperoleh panggilan dari Gilby, sebelum memutuskan untuk mengangkat dengan berani.

"Halo Kak?"

"Lo mau denger gue nyanyi?"

"MAU!" mata Lily berbinar. Entahlah, dinyanyikan oleh seseorang itu selalu menjadi hal menyenangkan sejak kecil. Biasanya, tiap malam, Oma akan menyanyikan lagu penghantar tidur. Tapi sekarang tidak ada orang yang memberinya nyanyian secara langsung.

"Lo suka lagu apa?"

Lily mengetuk-ngetuk dagu. Sebenarnya, dia tak masalah mau dinyanyikan lagu apapun. "Lagu kesukaan Kak Gilby aja deh," jawab cewek itu pada akhirnya.

Gilby meletakkan ponselnya di meja. Sedangkan Lily sudah menekan volume paling tinggi. Cowok itu memetik gitar dan perlahan-lahan, suara berat dengan lirik yang tidak begitu familiar menyerbu telinga Lily.

[PUTAR LAGU DI ATAS!]

Its a friday night, I'm lookin for a friend.
Can't accept the fact that this loneliness wont end.
Baby I'm just tryna get over you .... But no I can't.

Lily tertegun. Dia merasa Gilby menyanyikan itu dengan penuh perasaan. Kehilangan, kesepian, dan kesedihan. Lirik demi lirik cowok itu nyanyikan. Dan setelah selesai, Gilby benar-benar mengakhiri lagu itu dengan hela napas lelah dan panjang.

"Kak Gilby ...... lagi sedih ya?" tanya Lily takut namun tetap ingin tahu.

"Emang kelihatan?"

"Bukan kelihatan sih. Lebih tepatnya kedengeran. Kakak lagi rindu sama ....... ekhm- Mbak Mantan ya?"

Hening. Lily langsung memukul kening. Bisa-bisanya dia terlalu banyak ikut campur dalam masalah pribadi cowok itu.

"Maaf Kak, aku nggak bermaksud buat kepo kok. Sumpah." Oke. Lily benar-benar takut saat tidak ada balasan lagi di seberang.

"K-kalau gitu aku matiin tel-"

"Enggak."

Lily yang hendak menekan ikon merah pun berhenti. "Huh? Enggak gimana maksudnya Kak?"

"Gue nggak kangen sama mantan."

"Oh kirain. Btw, suara Kakak bagus. Hehehe. Makasih ya Kak udah dinyanyiin meski awalnya nggak ada niat buat nyanyiin aku."

Lily bisa mendengar deheman Gilby. Cowok itu mengapit ponselnya di telinga dan bahu, setelah itu menyalakan rokok, terlihat jelas di bola mata Lily.

Awalnya Lily hendak bertanya dan mungkin melarang cowok itu untuk merokok. Hanya saja, kalau diingat-ingat, hubungan mereka tidak begitu dekat. Dia takut terlalu lancang.

GILBYLILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang