Lily menatap wajah shock teman-temannya seusai berkisah tentang kenapa dia bisa menghantarkan makan siang ke kelas Gilby dengan menyangkal rumor ciuman yang baru beredar.
"Lo serius? Lo sama Kak Gilby pacaran?" ulang Jean. Lily mengangguk tanpa beban. Dia dan Gilby juga tetanggaan, meski baru beberapa bulan. Tapi kedua orang tua mereka sudah lama berteman dan terhubung kembali karena pekerjaan.
"Putus sekarang!" ujar Jean dan Shera kompak.
Sumpah, Lily sama sekali tidak mengerti dengan jalan pikir kedua teman barunya ini. Beberapa hari lalu, mereka menyuruhnya untuk lekas memiliki kekasih. Karena sudah terlalu banyak cowok-cowok yang mengantre. Sekarang, sudah mendapatkan kekasih, malah disuruh putus. Aneh.
Oke. Lily akui, Gilby memang bukan cowok baik-baik. Bila perlu kalimat itu harus dicetak tebal. Sudah galak, dingin, tukang pukul, cuek, pokoknya sifat yang jelek-jelek ada sama dia. Tapi kalau soal muka jangan ditanya, dia udah terverifikasi ganteng. Ganteng banget malah, sumpah.
"Kalian kenapa sih? Aku punya pacar salah, nggak punya pacar lebih salah."
"L-lo kan belum tau dia kayak apa Ly. Lo nggak cocok sama Kak Gilby. Lo pantes dapetin cowok yang lebih baik dari dia. Contohnya—"
Shera menggantungkan ucapannya, membuat Lily mengerutkan dahi. Tapi, dengan cepat Jean mengambil alih. "Contohnya Kak Senu! Gila nggak sih, dia mah udah ganteng, pinter, ketua osis lagi."
"Nah bener tuh kata Jean. Dan dia tuh kelihatan banget naksir sama lo. Udah deh putus aja sama Kak Gilby," sambung Shera.
Alasan yang Shera dan Jean kemukakan kurang memuaskan. Meski sejujurnya Lily juga bingung mengapa dia bisa dengan mudah menyetujui ajakan Gilby untuk berpacaran.
Melihat Lily yang acuh tak acuh, Shera dan Jean cemas. Ada sesuatu yang mungkin bisa menyakiti hati Lily. Baik itu tentang Gilby, mereka sendiri, atau seseorang yang sudah pergi.
"Ly, gue cuma nggak mau lo sakit hati," ujar Jean lirih.
•••
Gelagat Jean dan Shera aneh, perkataan mereka juga. Lily merasa ada sesuatu yang mereka sembunyikan. Tapi apa? Mereka tidak melanjutkan percakapan tadi, apalagi memberi alasan yang jelas mengenai : Kenapa Dia dan Gilby Harus Putus?
Memang sudah dibekali rasa penasaran yang terlampau tinggi sedari dulu, Lily tak akan menyerah sampai menemukan jawaban.
Gilby menatap Lily yang sedari tadi melamun. Cowok itu tahu, pasti Lily tengah memikirkan kejadian kemarin. Perihal berita mereka yang tersebar luas dan cepat ke pelosok sekolah.
"Nggak usah dipikirin," celetuk Gilby sembari menjalankan mobil kembali.
Mereka akan jalan-jalan hari ini. Lily yang meminta, tapi lihatlah, dia mengabaikan Gilby di sepanjang perjalanan.
Cewek itu menggelengkan kepala. "Emang Kakak tau aku lagi mikirin apa?" tanya Lily sembari mengobrak-abrik tas. Mencari lip tint waterproof yang baru dibelikan sang Ayah, lalu mengoleskan ke bibir dengan hati-hati.
"Mikirin berita kemarin kan?"
Lily menggeleng pelan. "Enggak. Ngapain dipikirin? Toh kan aku memang pacaran sama Kakak."
Mereka akan ke studio foto milik Prada. Karena Gilby pikir, cewek menyukai hal-hal berbau fotografi. Jadi, Lily juga pasti suka kan?
Mobil Gilby terparkir di depan gedung studio yang cukup besar. Tiba-tiba Lily merasa gugup. Dia mengambil kaca, merapihkan rambut beberapa kali.
"Kak, warnanya bagus nggak?"
Gilby yang baru mematikan mesin mobil menyempitkan dahi sembari menatap Lily. "Apanya?"
Lily berdecak, lalu memanyunkan bibir. "Lip tint."
Bagaimana Gilby bisa menjawab pertanyaan semacam ini? Dia tak tau apa-apa soal make up. Tapi menurutnya, apapun yang Lily kenakan itu bagus.
"Bagus."
Senyum Lily langsung luntur mendengar respon Gilby. Bukan salah Gilby kok, Lily-nya aja yang terlalu berharap akan panjang lebar dipuji. Ck, menyebalkan.
Dengan wajah kusam, Lily melepas sabuk pengaman. Namun, tangannya ditahan saat dia hendak membuka pintu mobil.
"Kenapa?"
"Kakak ngeselin. Masa cuma dikasih feedback bagus, udah gitu doang." Lily bukan type cewek yang jika marah akan diam dan membuat pasangan bingung. Dia lebih suka to the point.
Gilby menarik sudut bibirnya ke atas. Ah, jadi itu. Dia memang tidak ahli dalam memuji. Ya mau bagaimana lagi? Cowok itu lirik ke arah dashboard mobil. Lily meletakkan lip tint di sana.
"Waterproof?" gumam Gilby sembari mengamati lip tint Lily yang kini sudah berada di tangannya. "boleh juga. Warnanya bagus, tahan lama juga kan? Ringan? Emang ada lip tint kalau dipakai kerasa berat?" sambungnya.
Lily mengedipkan mata. Ya tuhan, tidak ada yang menyuruh cowok ini untuk mengomentari produknya! Lily mau feedback mengenai dirinya bukan produknya! Rasanya dia ingin sekali menjambak rambut Gilby.
"Nggak tau. Males." Lily membuang muka ke arah jendela. Dia tidak bisa keluar karena dia belum pernah ke studio Pradna. Lagipula, kan Gilby yang mengajak.
Cowok itu terkekeh. "Mau coba buktiin kalau beneran waterproof nggak?"
Kepala Lily yangsung bergeser ke samping. Menatap Gilby penasaran. "Caranya?"
"Tutup mata."
Lily menurut. Dia menutup mata, beberapa detik dia tidak merasakan apapun. Namun, ketika dia hendak membuka bibir untuk protes, benda kenyal menempel sempurna di bibirnya. Lalu dia merasa ada sesuatu yang menyapu pelan dan menyenangkan di bibir bawahnya. Saat itulah, Lily tau kalau Gilby menciumnya.
"Eungh."
Gilby melepas tautan bibir mereka setelah Lily bersuara. Lip tint-nya hilang. Gilby juga dapat merasakan rasa manis di bibirnya. Produk ini menipu, pikir Gilby.
"Nggak waterproof. Lain kali kalau mau beli lip tint, biar gue uji dulu. Siapa tau nipu," ujarnya sembari mengusap bibir Lily, merapihkan warna lip tint yang berantakan.
Setelah melakukan hal demikian, cowok itu keluar dari mobil meninggalkan Lily yang masih terdiam. "Gimana nggak berantakan kalau diciumnya kayak tadi?!" kesal Lily setelah sadar.
"Lagian harus banget gitu dicium?! Kan waterproof, bukan kissproof. Kak Gilby ngeselin!"
•••
"Yang kemarin cuma nempel,
kali ini digas ajalah." —Gilby,
mencari kesempatan dalam
kesempatan.JEJAKNYA JANGAN LUPA CIHUY.
KAMU SEDANG MEMBACA
GILBYLILY
Teen Fiction[YIBO X LISA] Lily bingung, sebenarnya apa alasan Shera dan Jean menyuruhnya lekas putus dengan Gilby? Peringkat : #1 in Lalisa [ 02 - 11 - 21 ] 22 SEP, 2021 | ibooteutic