"Jadi kemarin lo nggak ketemu sama Kak Senu di perpustakaan, Ly?" Shera dan Jean menatapnya serius. Sedangkan Lily menggeleng sembari mencoba membaca buku paket kembali.
Mereka langsung menghubungi seseorang yang Lily tidak tahu siapa. Lagi pula, dia tak peduli. Ulangan harian besok lebih penting. Istirahat pertama Lily gunakan untuk belajar, karena kalau belajar di rumah dia jadi lebih cepat mengantuk.
"Ly, lo nggak ke kantin?" tanya Shera yang sudah selesai dengan urusan ponselnya.
Lily menggeleng kembali, dia meraih tas dan mendapati tupperware penuh brownies buatan Dira. Kemudian mengangkat kotak tersebut di hadapan Jean dan Shera. Mereka tampak mendesah kecewa.
"Kalian kenapa?"
"Nggak papa kok Ly, kalau gitu kita berdua ke kantin dulu ya?" Jean menarik Shera pergi. Gerak-gerik mereka memang patut dicurigai, tapi lagi-lagi Lily tak punya waktu untuk kepo hari ini.
Dia membuka tupperware-nya dan mulai menyuap satu potong brownies. Tangannya bergerak mencari botol minum yang biasa dia bawa. Namun, dia tak menemukannya. Lily memejamkan mata sembari menepuk dahi, sial. Pasti tertinggal di meja makan.
Tiba-tiba dan secara bersamaan, Gilby dan Senu meletakkan dua minuman yang berbeda di meja Lily. Membuat cewek itu berkedip heran.
"Minum punya Kakak aja Ly, jus lebih sehat," ujar Senu sembari menyingkirkan kotak susu coklat pemberian Gilby.
Gilby tersenyum remeh. "Lo nggak liat dia makan apa?"
Kedua mata Senu menatap kotak penuh brownies di depan. Gilby seolah berkata menggunakan mata : mana ada orang makan brownies sambil minus jus. Jelas minum susu lebih nyambung!
"Minum," ujar Gilby dengan nada memerintah. Cowok itu meletakkan kotak susu di buku, tempat di mana cewek itu berusaha fokus tak mempedulikan dia dan Senu.
Tenggorokan Lily benar-benar tersumbat. Tapi dia tak berani mengambil minuman pemberian dua cowok ini. Takut salah satunya marah. Sumpah.
"Nggak papa kok Kak. Nggak usah," tolak Lily. Dia berusaha menelan ludah sendiri agar tenggorokannya lega.
"Kenapa?" mereka berdua bertanya dengan kompak. Hey, ini sebenarnya ada apa sih?!
Lily memutar otak. Dia harus segera mengusir dua cowok ini pergi. "Aku ....... aku nggak suka jus atau susu."
Gilby dan Senu bertatapan. Lalu berganti menatap susu dan jus milik mereka yang Lily tolak.
"Kalau gitu, Kakak beliin air mineral, mau?" tawar Senu. Sepertinya cowok itu pantang menyerah sebelum memberikan Lily sesuatu.
Sedangkan Gilby menatap kedua mata Lily. Dia tahu Lily berbohong. Maka dari itu dia membiarkan Senu memberi penawaran. Berharap cowok itu pergi dan dia bisa mengintrogasi Lily.
Belum sempat Lily menggeleng, Senu sudah bergegas pergi. Lily semakin tercekik karena tatapan Gilby semakin menajam.
"K-kak Ilby nggak pergi?"
Cowok itu tak menjawab. Dia mendekat. Duduk di sebelah Lily, lalu menyodorkan kotak susu yang sudah tertancap sedotan.
"Gue tau lo bohong," ujarnya sembari tersenyum miring. Ah, mengapa cowok itu selalu tersenyum seperti ini?!
Mau tak mau, Lily menerima dan meminumnya. Gilby meraih jus pemberian Senu, lalu meminumnya dengan santai.
"Ih Kak Ilby. Kok diminum sih?"
Gilby menatap Lily, melihat wajah Lily yang kesal, dia meyodorkan kotak jus yang sudah setengah dia minum ke hadapan Lily.
"Mau? Udah bekas gue."
Lily berdecak lalu meminum susu pemberian Gilby sampai habis tak tersisa. Tangan Gilby mencoba meraih satu potong terakhir brownies, tapi Lily tahan.
"Nggak boleh! Ini buat Kak Senu." Sebetulnya Lily hanya asal bicara. Dia kesal dengan Gilby. Lagi pula, Senu sudah bolak-balik memberinya minum. Itu patut diberi apresiasi, berupa brownies.
"Lo hutang brownies sama gue, inget?" tanya Gilby dengan tatapan tajam. Cowok itu rupanya mengungkit masalah rute kafe sewaktu dia dan Senu hendak menikmati hari Minggu.
"Ya nanti aja. Ini buat Kak Senu dulu. Kasihan dia bolak-balik tau."
Setelah itu, Senu datang dengan sebotol air minum. Tak lupa dengan senyum manis yang menghias wajahnya. Tapi ekspresinya berubah heran saat melihat kotak kosong di meja. Baik susu maupun jus.
"Aku yang minum semuanya kok Kak," ujar Lily sebelum Senu bertanya.
"Loh katanya kamu nggak suka? Nih, diminum airnya." Senu membuka tutup botol yang tersegel baru memberikannya pada Lily.
Dalam hati, Gilby mendecih. "Ck, dikira cewek selemah itu apa nggak bisa buka tutup botol?"
Lily tersenyum lalu meminum air mineral tersebut hingga sisa setengah. Membiarkan Senu dan Gilby saling melempar tatapan tajam.
"Ah iya, ini buat Kak Senu." Lily memberikan potongan terakhir brownies pada Senu dengan sedikit tak enak hati. Berbeda dengan Senu yang menerimanya dengan hati yang berbunga-bunga.
"Makasih Ly."
Senu menyuap brownies ke mulut dengan ekspresi meledek Gilby. Namun, cowok berwajah datar itu tak terpancing. Cih, baru satu potong saja sudah sombong. Dia kan sudah memakan terhitung puluhan potong dari Lily waktu itu. Gilby sama sekali tak iri.
"Lo bukannya dihukum sama Pak Arif buat hormat bendera sampai istirahat kedua Il?" tanya Senu pada Gilby karena merasa cowok itu tak terusik dengan ledekannya tadi.
Pandangan Lily langsung bergeser ke Gilby. Dia bertanya-tanya, kenapa cowok ini selalu mendapat hukuman tiap hari? Apa karena atribut seragam yang tak pernah lengkap? Atau karena rambutnya yang dapat dibilang cukup panjang, nyaris menyentuh tengkuk dan berantakan?
Ditatap seperti itu oleh Lily, Gilby malah mengambil botol yang dipegang cewek itu. Kemudian meneguk air yang tersisa. Hal tersebut membuat mata Senu membola. Senu sudah hafal benar cowok ini pintar memanfaatkan kesempatan.
"Tahan Nu, itu cuma indirect kiss. Nanti ciuman benerannya sama lo," ujar Senu dalam hati guna menenangkan diri. Dia tak mau Lily melihatnya emosi.
Lagi-lagi Gilby tersenyum miring. Sepertinya, itu sudah menjadi kebiasaan cowok itu jika berhasil melakukan sesuatu. Entahlah Lily masih bingung. Setelah itu, Gilby pergi. Meninggalkan kelas Lily untuk kembali hormat kepada bendera sesuai hukuman yang dia terima.
Bagaimanapun juga, Gilby bukan orang yang bisa meninggalkan tanggung jawab dengan mudah. Dia salah, dia harus dapat konsekuensinya. Tapi baginya, melakukan kesalahan itu menyenangkan.
"Kalau gitu, Kakak ke kelas dulu ya Ly? Bentar lagi masuk," pamit Senu yang hanya diberi anggukkan oleh Lily.
Lalu, Lily bergegas menuju jendela. Mematap sosok yang baru sampai dan langsung hormat di sana. Tanpa sadar Lily tersenyum. Gilby Leonard itu ........ bagaimana Lily menjelaskannya? Menarik? Out of the box? Membuatnya penasaran? Tunggu, tunggu, dan tunggu, dia tidak mungkin menyukai Gilby kan?
Seolah mendapat tarikan magnet, Gilby menolehkan kepala ke arah kelas Lily, lalu tersenyum. Tapi bukan senyum miring seperti biasa, melainkan senyum tulus yang mampu membuat jantung Lily berdebar. Lily langsung meraih gorden guna menutup jendela. Menghalangi pandangan Gilby terhadapnya.
"Nggak boleh Lily, nggak boleh," gumam Lily sambil menepuk-nepuk pipinya yang sudah memerah.
•••
Note :
JANGAN LUPA JEJAKNYA
YA SAYANG-SAYANG 😘
BIAR MAS GILBY DAN MBAK
LILY BISA TERUS MENYAPA EA.
KAMU SEDANG MEMBACA
GILBYLILY
Teen Fiction[YIBO X LISA] Lily bingung, sebenarnya apa alasan Shera dan Jean menyuruhnya lekas putus dengan Gilby? Peringkat : #1 in Lalisa [ 02 - 11 - 21 ] 22 SEP, 2021 | ibooteutic