𔐬 11

3.5K 738 123
                                    


.
.
.

Dari sudut mata melirik halus gerakan dan wajah berbinar Gojo yang terlihat jelas, mendengus pelan sembari memutar mata, bosan. Benar-benar bosan melihat tingkah bucin Gojo Satoru terhadap istri kesayangannya Tsubame.

Kening perempuan itu mengerut sejenak tatkala mual kembali muncul kepermukaan. Riak air wajah terlihat tak senang dan langsung melongos masuk ke dalam kamar mandinya yang berada didalam kamar tidur.

Setengah jam lebih (y/n) berada didalam kamar mandi, memuntahkan semua makan siangnya. Perempuan itu mengusap wajah dengan air dingin sejenak. Matanya menatap pantulan kaca didepan, terlihat jelas bagaimana bayangannya.

Jemari (y/n) mengusap air yang menetes menuruni dagu. (Y/n) turut mengambil handuk dan mengusap pelan wajahnya. Rasa lembab dari air dingin masih tersisa, membentuk suaka kecil yang menjadi kesukaan (y/n).

"Ah, aku lupa mengambil ponselku."

(Y/n) sejenak menghela nafas, bersamaan dengan pintu kamarnya yang terbuka. Pemilik rambut putih platinum bersiul pelan dan bersandar di pintu.

Terlihat Gojo melempar-lemparkan ponsel (y/n) keudara lalu ditangkap kembali olehnya. "Kau mencari ini?"

Kening (y/n) kembali berkerut tak senang dengan keberadaan Gojo. Pria itu terlihat tersenyum culas membalas wajah masam (y/n).

Gojo melempar ponsel kearah (y/n) yang tentu saja ditangkap oleh perempuan itu dengan mudah. "Tolong jangan dilempar sembarangan." ujar (y/n) pelan namun menyiratkan ketegasan dalam nada suaranya.

Gojo sejenak mengangkat bahunya pelan, "pelayan akan membawa semua keperluanmu termasuk susu ibu hamil kedalam. Semua yang kau mau akan disiapkan oleh pelayan, jadi kau tidak usah keluar dari kedimaan lagi."

(Y/n) diam sejenak, sedikit terkekeh kecil, "sekarang kau benar-benar menjadikanku tahanan rumah hm?"

Gojou menyeringai kecil, "kau sendiri yang menantangku. Jangan salahkan aku kalau aku bisa bertindak lebih nekat dari ini. Ingat! Kau itu sedang bekerja dengan mengandung anakku, jangan sampai lupa diri dan membahayakan keturunanku."

(Y/n) terkekeh pelan melihat Gojou yang melangkah keluar dari kamarnya. Perempuan itu memilih tidur-tiduran diatas kasurnya. Sebelah lengan menutup kedua mata, membiarkan nafas teratur sejenak karena kepala yang sedikit jadi pusing karena perkataan Gojou.

"Panggilan yang kali ini lebih manusiawi dari pada panggilan saat di kampus ya."

(Y/n) menghembuskan nafas berat, tangannya menekan tombol ponsel untuk menghidupkannya. Jemari lentik (y/n) bergulir diatas layar sentuh. Mencari nomor Hideaki didalamnya.

Nihil. Gojou ternyata sudah menghapus nomor Hideaki.

Rasanya cukup menyakitkan. Apalagi Hideaki sudah seperti saudara laki-laki bagi (y/n). Tapi sepertinya takdirpun berniat menjauhkan (y/n) dari hal-hal yang dia cintai.

Menyedihkan. Begitulah gambaran (y/n) yang menangis dalam diam dan mengusap perut datarnya pelan.

"Kumohon," ucap (y/n) bergetar. "Cepatlah tumbuh dan jadilah jalan keluarku dari tempat ini."

Delapan bulan, akan menjadi waktu yang sangat lama bagi jiwa yang bersedih.

.
.
.

8 bulan kemudian.

.
.
.

Keiji memang bukanlah adik yang baik. Berbulan-bulan lamanya sang kakak tanpa kabar tidak begitu menggusar hatinya. Terakhir kali kabar yang Keiji terima adalah kehamilan kakaknya dari Gojou, kakak ipar Keiji.

☑ 𔘓 Cease (G.Satoru x Readers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang