𔐬 01

7K 1K 447
                                    

┎╌╌╌╌╌╼⃘۪▩
Tagihan

┖╌╌╌╌╌╼⃘۪▩

Duduk didepan kanvas besar yang menampakkan warna warni hamparan lukisan yang pernah dia mimpikan. Sesuai dengan nama lukisan itu Taman Mimpi.

Bibir merah muda bak bunga sakura tersenyum puas, masih ada beberapa bagian lagi yang belum dia warnai. Tangannya mengambil kuas dengan ujung lancip dan mengukir garis-garis rumit yang membatasi gambar satu dengan gambar lainnya.

Tinta emas dicripratkan secara acak dibeberapa bagian, menambah kesan elegan dan dalam.

Punggung tangan gadis itu mengusap pelan keringat yang menetes didahi. Suara getaran kecil terdengar dari ponsel pintarnya.

Gadis itu duduk diatas kursi bulat dan menerima panggilan telepon dari orang yang dia tunggu-tunggu.

"Halo Yamamura-san," ucap gadis itu.

"Oh halo juga, (y/n)-san. Bagaimana kabarmu? Aku menunggu kabar baik loh."

Kekeh lembut keluar dari bibir (y/n) begitu mendengar nada jenaka dari senpai sefakultasnya itu.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," jawab (y/n). "Lukisannya sudah selesai hampir delapan puluh persen."

Tawa puas dari seberang sana ikut membuat (y/n) tersenyum lebar. "Itu bagus! Aku menunggu dipameran nantinya seperti apa bentuk taman mimpimu itu."

"Tentu, dan ini cukup memuaskan untukku." (y/n) menutup telepon dan meletakkan lukisannya didepan kipas angin dengan putaran kecil agar bisa mengeringkan cat dengan baik.

(Y/n) meregangkan tubuhnya yang kaku karena duduk bersila dalam waktu yang lama. Beberapa pelayan mulai membersihkan tempat dia melukis dengan hati-hati sesuai dengan perintah (y/n) agar lukisan-lukisan yang sudah dia buat tidak rusak.

(Y/n) mengganti pakaiannya dan mengusap pelan wajahnya yang terkena cat air dibeberapa sisi. (Y/n) mengelap sisa air dan berjalan keluar dari ruang wastafel.

Mata (e/c) nya bertemu tatap dengan manik hijau yang menatap malu-malu kedalam ruangan lukis (y/n).

"Ada apa Tsubame-san?" tanya (y/n).

Wanita dua puluh lima tahun itu hanya menyengir pelan, "apa aku boleh masuk?"

(Y/n) mengangguk, "tentu saja, kediaman ini milikmu jadi kenapa ragu-ragu untuk masuk?"

Tsubame melangkahkan kakinya dan melihat-lihat koleksi lukisan tangan milik (y/n). Sesekali bibirnya tersenyum senang dengan mata berbinar.

"Ini semua, kau yang buat (y/n)-chan?" tanya Tsubame berbasa-basi.

(Y/n) mengangguk dan meletakkan handuk yang sejak tadi dia pegang ketempat jemuran handuk, "ya, aku sendiri yang buat."

"Keren!"

(Y/n) mencoba menahan senyum yang hendak keluar. Tak dia sangka bisa dapat pujian dari Tsubame. "Terimakasih."

(Y/n) berjalan menuntun wanita itu kearah engawa dan memintanya duduk diseberang meja, "mau minum sesuatu?"

Tsubame menyatukan kedua tangannya didepan mulut, "jaa... Teh hijau tolong."

(Y/n) mengangguk dan membuka lemari penyimpanan daun-daun teh miliknya. Menyeduh perlahan daun teh hijau dan membawanya keatas meja. (Y/n) mendorong kotak gula kedekat Tsubame.

"Rasanya sangat pahit kalau tidak pakai gula, aku sarankan pakai dua balok." ucap (y/n) mengambil novel yang ada dilemari dekat pintu.

"Kamarmu sangat lengkap (y/n)-chan," kata Tsubame memakan kue kering kecil dan manisan yang ada diatas meja. "Aku jadi iri."

☑ 𔘓 Cease (G.Satoru x Readers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang