Epilog

4.7K 598 75
                                    

Disini duduk (y/n) menatap dinding putih sementara tangannya diobati salep dingin. Luka bakarnya masih taraf luka bakar tingkat rendah. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, hanya Hideaki saja yang bereaksi berlebihan.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Hideaki khawatir. Sikapnya berbanding terbalik dengan Gojou yang duduk di kursi sudut ruangan. Menatap interaksi (y/n) dan Hideaki dengan wajah mengeras luar biasa.

"Jangan sentuh istriku, bajingan."

(Y/n) mendelik kearah Gojou lalu menatap kearah Ieiri, "apa otaknya sudah tidak waras? Apa dia lupa kalau kami sudah bercerai?"

Ieiri menghela nafas dan mengangguk sejenak, "ya."

"Aku tidak gila!" ucap Gojou tegas. "Jangan seenaknya mengucapkan aku gila! Kami belum berpisah sama sekali. Perjanjian yang dibuat memang sudah terjalankan, tapi kami belum berpisah sama sekali! Kau melakukan poliandri!"

"KAU GILA!" Raungan (y/n) terdengar keras, mengejutkan Hideaki dan Ieiri. Hideaki terlonjak kaget melihat wajah mengeras (y/n). Matanya memerah karena marah, jelas Hideaki lebih memilih diam. "KAU TIDAK WARAS! PERJANJIAN SUDAH SELESAI DAN KITA SUDAH BERCERAI! Tidak ada lagi hubungan diantara kita sesuai dengan perjanjian!"

Gojou berdiri menyentak kursi kebelakang, "aku bahkan belum mengirimkan surat perceraian padamu, kita masih sah sebagai suami istri!"

(Y/n) terpancing amarah, kakinya berjalan mendekati Gojou dan menunjuk dada pria berambut putih itu, "biarku beri tahu lagi isi perjanjiannya, aku Rin (y/n) bersedia menikahimu dengan syarat satu tahun sejak awal pernikahan berjanji memberikan lanjutan darah dari keturunan Gojou Satoru dan bercerai dengan jalur damai setelah melahirkan." jelas (y/n) kesal. "Aku masih ingat jelas dan selalu membaca perjanjian itu setiap malam ketika mengandung anakmu!"

Gojou menunduk menatap langsung mata (y/n) yang hanya sedadanya. "Dengan jalur damai, garis bawahi itu, kau bahkan pergi begitu saja sebelum aku mengirimkan surat cerai padamu dengan artinya kau masih menjadi istriku!"

Suara (y/n) memelan, tapi tidak dengan pandangannya yang semakin tajam, "kalau begitu berikan surat cerainya sekarang dan aku akan menandatanganinya tepat didepan mata busukmu itu!"

Gojou tersenyum menyeringai, "tidak."

(Y/n) muak dan berbalik mengambil jaket miliknya yang ada diatas kursi. Matanya menatap Hideaki tajam, "kita kembali, aku benci tempat ini!"

Grep!

Lengan (y/n) tertahan, Gojou lah yang menarik lengan itu. "Kau tidak akan kemana-mana. Sebagai suamimu, aku perintahkan kau untuk kembali kerumahku!"

"Itu!" geram (y/n). "Aku benci ketika kata perintah keluar dari bibirmu! Kau tidak punya hak memerintahku!"

"AKU SUAMIMU!" teriak Gojou.

"AKU MEMBENCIMU!"

Gojou tersentak pelan. Pegangannya pada tangan (y/n) melonggar begitu melihat sepasang mata didepannya mulai tergenang air mata.

"Bibirmu selalu melontarkan kata-kata menusuk. Kau lupa memanggilku dulu apa? JALANG! Kau memanggil istrimu sendiri jalang ketika diatas kasur! Apa menurutmu aku hanya sebatas wanita pemuas nafsumu saja?! AKU JUGA PUNYA HATI! Aku paham kau lebih mencintai Tsubame-san, tapi setidaknya kau hanya perlu menghargai calon ibu dari anakmu! HANYA ITU! Aku tidak berharap dan mengemis akan cinta darimu. Sama sekali tidak pernah berharap sedikitpun."

(Y/n) terisak mengeluarkan seluruh isi hatinya yang dulu dia pendam dalam-dalam. Gojou menunduk, kedua tangannya mencengkram kuat disamping tubuhnya.

"Maaf..." cicit Gojou pelan. "Aku... Minta maaf. Kumohon."

(Y/n) menggeleng, "tidak... Aku tidak bisa, kau menjadikanku hina, sehina-hinanya dulu. Hatiku tidak cukup kuat memaafkanmu."

Gojou hendak menghapus air mata (y/n) sebelum akhirnya tubuh wanita itu dibalik kearah tubuh Hideaki. Hideaki mengusap pelan kepala (y/n).

Melihat itu Gojou hanya diam. Tak sanggup berkata apapun.

"Tsubame-san, sudah--" Ieiri hendak maju menjelaskan kondisi tentang kematian Tsubame pada (y/n) dan Hideaki tapi dihentikan oleh Gojou.

Hideaki melirik kearah Gojou dan Ieiri bingung, ingin tahu lanjutan dari ucapan wanita berambut coklat itu.

"Akan kukirimkan," ucap Gojou pelan. "Surat cerainya, tapi kumohon, tolong berhenti menangis. Itu mengingatkanku pada tangisan Kotori dulu."

(Y/n) yang masih sesegukan mengangguk tanpa paham akhir dari kata-kata Gojou. Hideaki membawa (y/n) keluar menemui kedua putra mereka yang berada dibawah pengawasan sementara salah satu perawat milik Ieiri.

Melihat (y/n) dan Hideaki yang keluar dari ruangan membuat Gojou lemah. Tubuhnya merosot kelantai dan berjongkok menunduk dalam-dalam.

"Aku tahu Ieiri. Aku tahu mereka sudah tiada." jelas Gojou. "Aku hanya tidak siap kehilangan cinta pertamaku dan darah dagingku. Aku hanya berharap mendapatkan kesempatan, tapi aku lupa seberapa busuk dan bajingannya mulutku padanya dulu."

Ieiri menjadi saksi tangisan Gojou setelah sekian lama.

.
.
.

.
.
.

.
.
.

E
N
D

.
.
.

.
.
.

.
.
.

San: apa? Ga senang sama endingnya? San suka ending gini plus ngebayangin gojou nangis hehehe 🌚

.
.
.

.
.
.

.
.
.

Jangan lupa dukung dan traktir san di https://trakteer.id/San_21_Arts-cqgn7/tip karena 1 teh es sangat bermanfaat bagi san :3

.
.
.

.
.
.

Sampai jumpa di buku" lainnya 🧎🏻‍♀🧎🏻‍♀🧎🏻‍♀

.
.
.

.
.
.

23 April 2021 - 21 Februari 2022

.
.
.

.
.
.

(A/n: Njir hampir setahun nih buku rupanya 🤣)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

☑ 𔘓 Cease (G.Satoru x Readers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang