𔐬 07

6K 1K 450
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

┎╌╌╌╌╌╌╼⃘۪▩
Tepukan
Pelan

┖╌╌╌╌╌╌╼⃘۪▩

.

.

.

Kedua ibu jari (y/n) menari di atas keyboard ponsel pintarnya. Mengetik kata demi kata di chat umum anonim.

"Aku hamil... Aku senang karena aku disini hanya tinggal kurang dari 8 bulan lagi. Setelah semuanya selesai aku berniat mengambil beasiswa strata 2 ke University Art Of London, do'akan aku ^~^!"

Bibirnya mengulas senyuman manis. Tangannya mengusap perut datarnya dan menatap cermin.

"Tiket untuk keluar dari kediaman ini..." lirihnya pelan.

Ting!

Sebuah balasan masuk kedalam pesan chat (y/n).

"Itu bagus, tapi apa kau yakin bisa berpisah dengan anakmu nanti?"

(Y/n) termanggu sejenak sebelum kembali mengulas senyum.

"Bisa. Karena mereka pasti mengambilnya sebelum aku bisa melihat wajah anakku."

(Y/n) berjalan keluar dari kamar menuju engawa kamarnya yang langsung mengarah ke taman kecil, sesekali tertawa kecil melihat kolam ikan dan beberapa kucing peliharaan yang bermain didekat kakinya.

(Y/n) berhenti begitu melihat sepasang kaki berbungkus sendal jepit yang berhenti tepat didepannya.

Mata (y/n) naik untuk menatap pemilik sepasang kaki tapi langsung kembali turun menunduk begitu sadar didepannya adalah Gojou. Tanpa sadar (y/n) memundurkan langkah kakinya karena teringat insiden dikamar mandi kampus.

"Ayo bicara sebentar."

.
.
.

Duduk di pendopo, (y/n) tak berani sedikitpun menatap sepasang mata blue ocean milik Gojou. Tangannya meremas rok panjang yang dia gunakan.

"Ada apa... Gojou-san?" tanya (y/n) pelan. Dia mulai tidak nyaman karena hanya berdua dengan Gojou meski Gojou sendiri adalah suaminya.

"Apa kau... Sudah mengandung?"

Pertanyaan Gojou membuat (y/n) sedikit tercekat. Dengan gerakan patah-patah, (y/n) menganggukkan kepalanya. "Sudah..." cicit (y/n).

Gojou mengusap wajahnya pelan, antara lega karena tidak harus menyakiti lagi dengan menyetubuhi perempuan itu dengan lega karena dia akan memiliki pewaris dalam beberapa bulan ke depan.

Gojou menatap (y/n) yang masih setia menundukkan kepalanya, "tatap aku."

Perintah Gojou membuat tubuh (y/n) sedikit bergetar. Kepalanya menggeleng pelan menolak untuk menatap Gojou. Gojou sendiri hanya menghela nafas dan mengulurkan tangannya menyentuh puncak kepala (y/n).

"Terimakasih, sudah mau menjadikanku seorang ayah."

Ucapan itu keluar bersamaan dengan Gojou yang berdiri meninggalkan (y/n) yang duduk diam menatap lantai beton.

(Y/n) mengangkat kedua kakinya dan memeluknya didepan tubuh. Detak jantungnya meningkat drastis. Untuk yang pertama kalinya dia diperlakukan baik oleh Gojou.

Menggeleng pelan, (y/n) mendoktrin diri sendiri kalau perbuatan Gojou adalah karena (y/n) tengah mengandung saja.

Ya, bukan karena hal lain.

.
.
.

(Y/n) kembali menatap sekali lagi lukisan yang akan dia kirim ke pameran. Semuanya sudah sangat cantik dan rapi. (Y/n) menutupi lukisan dengan kain bersih sebelum diberi plastik agar tidak terkena air dari luar.

Tin!!

Suara klakson mobil dari luar pagar membuat (y/n) mengulas senyuman. Mata (e/c) nya membentuk bulan karena senyuman. "Hideaki!" ucapnya senang. Tangan (y/n) tanpa sadar melingkari leher Hideaki, memeluknya erat karena sudah cukup lama tidak berjumpa.

"Wohoo!!! Tenanglah!" ujar Hideaki.

"Hehehe," cengir (y/n).

Hideaki menatap ke sekitar taman kediaman Gojou, "jadi ini rumah suami-- maksudnya suami sementaramu?"

(Y/n) mengulas senyum maklum dan mengangguk. Memang tidak ada rahasia diantara keduanya. Baik (y/n) maupun Hideaki, keduanya berjanji untuk tidak menyembunyikan rahasia apapun diantara keduanya. "Em yap..."

Hideaki menggaruk tengkuknya pelan lalu menatap pakaian (y/n). Keningnya berkerut melihat pakaian (y/n) yang semakin feminim dengan rok panjang.

(Y/n) menatap Hideaki bingung, "kenapa?"

"Kau terlihat manis," puji Hideaki tulus. Lesung pipinya terlihat setiap kali laki-laki itu mengulas senyuman.

"Terimakasih."

(Y/n) menyeret troli berisi lukisan yang sudah dia buat. Hideaki berinisiatif membantu (y/n) menaikkan lukisan ukuran 1,5x1,5 meter itu ke atas mobil pick-up.

"Ini akan jadi pusat perhatian nantinya." puji Hideaki.

Mau tidak mau (y/n) mengulas senyum lebar. Tangan Hideaki menepuk pelan puncak kepala (y/n). Jemari panjang itu mengusap rambut (h/c).

Kilas balik sejenak saat di taman membuat (y/n) sedikit merona. Tepukan halus itu... Dia masih ingat bagaimana rasanya.

"Oke, aku pergi dulu." ucap Hideaki tiba-tiba.

(Y/n) menatap Hideaki kesal, "kau baru tiga puluh menit disini dan sudah mau pulang saja?"

Hideaki menggaruk pelipisnya pelan dan terkekeh kecil, "itu... Aku tidak nyaman dengan tatapan suami sementara mu yang seperti mau mengulitiku hidup-hidup."

(Y/n) berbalik dan menemukan Gojou yang menatapnya dan Hideaki seolah-olah memergoki sebuah perselingkuhan.

Hideaki beranjak dan memasuki mobil. Tangannya melambai kearah keluar jendela mobil. (Y/n) membalasnya juga dengan lambaian pelan. Sedikit sakit hati dengan statusnya yang saat ini membuatnya tidak bisa bebas berbicara dengan Hideaki.

Grep!!!

Cengkraman kasar membuat (y/n) terpekik pelan. Manik mata (y/n) bergetar pelan melihat manik mata Gojou yang tajam.

"Kalau mau berselingkuh, jangan didepanku! Jalang sialan!"

.
.
.

.
.
.

.
.
.

.
.
.

T
B
C

.
.
.

.
.
.

.
.
.

San: Yahahaha ademnya bentaran doang 🧎🏻‍♀

.
.
.

.
.
.

.
.
.

See you next chapter 🗿

7 Juni 2021

☑ 𔘓 Cease (G.Satoru x Readers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang