Chapter IV ; Jealous.

4.1K 403 46
                                    

Helaan nafas terus terdengar dari bibir si surai hitam. Megumi bosan, sangat bosan.

Pasalnya, dari tadi pagi yang ia lakukan hanya meringkuk di sofa tanpa melakukan apapun. Bahkan kamarnya sendiri sudah di bersihkan oleh roommatenya, sedangkan ia hanya di suruh beristirahat.

Berbicara soal roommate, megumi tiba-tiba merona mengingat kerjadian semalam. Ia merasa bersalah dan malu tapi juga sangat bahagia.

Perasaan aneh yang terus di rasakan megumi jika berada di dekat sukuna.

"haah..." megumi kembali menghela nafasnya lalu menutup matanya dalam posisi telentang.

"Jika dipikir lagi, aku tidak tau-menahu tentang keluarga sukuna, dia juga tidak terlihat banyak bicara." racaunya sebelum terlelap ke dunia mimpi.

──────

Megumi adalah anak yatim piatu. Setelah kehilangan orang tuanya, ia tinggal di rumah pamannya, Gojo Satoru.

Sebenarnya perbedaan umur mereka hanya 4 tahun, tapi gojo itu tidak mau di panggil kakak, makanya megumi memanggilnya paman. Dasar orang aneh.

Masa lalu megumi tidak tergolong kata beruntung, itu karena sejak kecil megumi tidak pernah merasakan kehadiran seorang ibu, sedangkan ayahnya selalu sibuk dengan urusan pekerjaan.

Ayahnya meninggal di usia megumi yang menginjak 10 tahun, Ia adalah korban tabrak lari. Dari sini lah ia tumbuh menjadi pemuda yang temperamental, mungkin bisa dikatakan ia membutuhkan yang namanya cinta.

Meski hanya sekali, tapi megumi juga ingin merasakan indahnya cinta. Dan siapa yang menduga jika cinta pertamanya adalah seorang pria.

Megumi menertawakan takdir. Dia memang menerimanya, tapi tetap saja ini terlalu ekstrim untuk seorang pemula sepertinya.

Apalagi jika orang yang di sukainya merupakan seseorang yang sulit di gapai. Megumi selalu menyangkal jika ia menyukai sukuna, tapi saat mengigat kejadian di bar malam itu, hati megumi seolah teriris.

Inikah rasanya sakit karena cinta? Rasanya sama seperti saat ia di tinggal pergi oleh ayahnya.

Tapi megumi tentu saja tidak menyalahkan sukuna. Ia menyalahkan diri sendiri yang dengan lancangnya mencintai seseorang yang sempurna seperti sukuna.

"Sudah sore rupanya" megumi bangkit dari duduknya lalu berjalan kearah pintu keluar, ia berniat untuk membeli camilan, anggap saja untuk ucapan terima kasihnya pada sukuna.

Megumi bersenandung, senyuman tipis tidak pernah luntur dari bibirnya. Sebentar lagi sukuna akan pulang, tidak ada salahnya ia menyiapkan makanan untuk roommatenya.

Saat ingin memasuki sebuah toko minimarket, ia menoleh ke seberang, tepatnya di sebuah cafe yang ramai pengunjung. Namun bukan itu yang membuat matanya membola, tapi sesuatu yang lain.

Megumi menangkap seorang pria dengan surai merah muda sedang duduk di kursi cafe itu, ia tidak sendiri melainkan bersama seorang wanita.

Wanita itu terlihat anggun, rambut pendek berwarna lilac dan mata berwarna merah. Sangat cantik, dimata megumi.

Sukuna mengusap rambut wanita itu, persis seperti yang sukuna lakukan padanya.

Senyum megumi pudar. Apakah selama ini hanya mengumi yang menganggap bahwa dirinya itu spesial dimata sukuna?.

'Apa itu pacarnya? tidak mungkin, sukuna bilang ia tidak tertarik soal cinta. Lalu dia siapa?' lagi lagi megumi berpikir seenaknya.

Roommate, Sukufushi. ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang