Chapter XIII ; Nightmare

1.6K 151 24
                                    

Sudah tiga minggu semenjak kejadian mengharukan antara anak dan ibu itu. Kini, Megumi sudah mengetahui tentang semua hal yang terjadi di masa lalu.

Namun, walaupun sudah tahu kebenarannya. Megumi masih saja mengabaikan Sukuna. Bahkan ia tak pulang ke kost, ia malah pulang ke rumah Gojo.

Katanya 'butuh waktu'.

Sukuna menghela nafas berat.

Ia sangat khawatir mengenai kesehatan Megumi. Sukuna telah berjanji untuk selalu menjaganya apa pun yang terjadi, namun ia malah melukainya.

.

Sejak pulang dari Berlin, Megumi tak kunjung keluar dari kamarnya, ia hanya keluar saat waktunya makan lalu kembali merenung dikamar. Gojo sangat menghawatirkan keadaan ponakannya.

"Bagaimana keadaannya?" Tanya yuuji dengan raut wajah khawatir.

Gojo menghela nafas "masih sama"

Yuuji menundukkan kepalanya, ia sangat cemas terhadap kesehatan Megumi.

"Bagaimana jika aku membawa sukuna kemari?" yuuji berujar antusias.

"Sukuna sering kemari, tapi tidak ada perubahan pada Megumi. Aku takut ia malah akan makin menderita" Ucap gojo penuh penyesalan

"Ayo coba pertemukan sekali lagi!" ia tidak menyerah.

Gojo tersenyum lalu mengelus kepala sang kekasih "Baiklah sayang".

.

"Kuharap kau berguna!" Sarkas Gojo satoru kepada seseorang yang sudah berdiri di depan kamar megumi selama beberapa menit tanpa bergerak.

"Tsk"

Dengan perlahan ia mengetuk pintu coklat "Megumi" panggilnya dengan nada berat khas miliknya.

Tak ada tanggapan.

"Hei, aku merindukanmu!" ucapnya dengan nada sendu.

Sukuna mencoba memutar knop pintu tersebut, ternyata tak dikunci.

Gojo dan yuuji saling menatap satu sama lain.

Tak menunggu lama, sukuna membuka pintu coklat tersebut lalu menghilang dibalik pintu. kamar itu terlihat gelap. Ia tak lupa menutup dan mengunci kamar tersebut, berniat menghabiskan waktu bersama.

Sukuna menelan ludahnya, lalu perlahan menyalakan saklar lampu.

Hal pertama yang ia lihat adalah kasur yang berantakan dan banyak kertas yang berjatuhan di dekat meja rias.

Ia melihat Megumi yang sedang duduk di pinggiran kasur, kantung matanya terlihat menumpuk bukti bahwa belakangan ia tak nyenyak tidur. Pandangannya terlihat tak fokus.

Sukuna secara perlahan mendekatinya, ia berjongkok di hadapan kekasihnya itu. Ia menggenggam tangan yang terlihat mengurus lalu pandangan mereka bertemu, sukuna mengeras melihat orang yang dicintainya kini terlihat tak berminat.

"Hei, megumi!"

"Tinggalkan aku sendiri"

"Tidak, tidak akan pernah!"

Megumi membuang wajahnya "Tolong, pergi dari sini"

"Megumi, tatap aku!"

"Aku akan memukulmu jika kau tidak pergi"

"Silahkan saja!"

Megumi berdecak.

Keadaan kembali hening selama beberapa menit.

"Hei, kau tau? aku selalu berfikir untuk pergi jauh" sukuna berujar lirih.

Megumi membelalakan matanya, ternyata hatinya berdenyut sakit "K-kenapa tidak kau lakukan saja?"

Sukuna terkekeh "Itu karena aku tidak bisa meninggalkanmu. Aku pernah mencobanya, tapi perasaan memang tidak bisa bohong, setelah jauh darimu aku merasa hatiku hampa, seolah-olah aku akan mati jika tidak berada di sekitarmu"

Megumi menggertakan giginya "MENJAUH DARIKU BODOH" ia menghempas tangan yang digenggam sukuna hingga membuatnya jatuh terduduk.

Sukuna memandang megumi kaget. "A-ada ap─"

Megumi meraup banyak oksigen, matanya yang kering mulai dibasahi oleh air matanya sendiri. "Apakah kau bodoh? kau hanya akan terkena sial jika berada di dekatku, aku.. aku adalah pembawa sial" ucapnya lirih disertai isak tangis.

Sukuna langsung memeluk megumi, membawanya kedalam kehangatan. setelah itu megumi menangis sejadi-jadinya, beban yang ia pendam akhirnya bisa ia tumpahkan.

Hening, cuma ada suara sesungukan Megumi yang saat ini menangis di pelukan sukuna.

Setelah dirasa tenang, sukuna membuka suara "itu tidaklah benar! kenapa kau merasa demikian?"

"I-itu karena semua orang disekitarku mati atau terluka karena mereka berhubungan denganku"

Yah, maksud megumi adalah ayahnya mati karena menurutinya untuk pergi jalan-jalan. Ibunya dan kakaknya mati karena menolong megumi, Gojo juga pernah mengalami kecelakaan karena mencarinya saat ia tidak pulang kerumah, semua orang disekitarnya selalu mengalami sial. Dan ia baru sadar setelah mendengar cerita ibunya sukuna.

Itu membuatnya sangat terpukul hingga selalu bermimpi buruk bahwa orang-orang yang dicintainya akan kena dampaknya hanya karena mereka berhubungan dengan megumi.

Sukuna sedikit terkekeh "Maaf, tapi apakah kau anak-anak?" ledeknya dengan sedikit tertawa.

Megumi memukul dada sukuna.

"Dengar megumi, mereka terluka bukan karena salahmu, tapi karena itu adalah takdir mereka. Dan itu tidak akan berubah, mau mereka ada hubungannya denganmu atau tidak, mereka akan tetap mengalaminya." Sukuna berujar dengan lembut, tak ada kebohongan dibalik perkataannya.

"Aku memang kurang percaya reinkarnasi, tapi, jika aku dilahirkan kembali, aku akan tetap memilih untuk menjadi pasanganmu." Tambahnya.

Megumi merasa badannya menghangat, jantungnya berdetak sangat cepat. Ia merasa senang mendengarnya dari seseorang yang dicintainya.

Sukuna yang merasakan bahwa pelukan megumi mengerat, perlahan membaringkan tubuh keduanya untuk tertidur. Ia menjadikan lengannya sebagai bantal untuk megumi, ia dapat melihat bahwa pemuda di pelukannya itu merona.

Setelah beberapa menit sudah tidak ada suara isak, hanya terdengar suara dengkuran halus Megumi. Sukuna tersenyum lembut, wajah kekasihnya begitu damai dan polos. Ia harap megumi akan membaik begitu bangun.

Ia akhirnya memutuskan untuk ikut tidur, sudah lama ia merindukan kesayangannya ini.

───

TBC

Hai readers! long time no see, Hehe.
saya udah lama mau lanjutin,
tapi malu banget, soalnya ngerasa
cerita ini ga ada menarik-menariknya.

tapi abis liat komen-komen kalian,
saya jadi terharu.

Thank you for all yang udah kasih saya
semangat. it means a lot to me.

Yang nanya saya jurusan apa, saya
aslinya jurusan Akuntansi.

Roommate, Sukufushi. ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang