Chapter 5 - Teman Perempuan.

17 12 17
                                    

"Ayo nak, maju dan perkenalkan dirimu."

Lalu perempuan cantik itu maju ke tengah kelas dan memperkenalkan dirinya dengan sangat elegan.

"Semuanya, perkenalkan nama Saya Abila Brina, teman-teman bisa memanggilku Abila."

Semua murid yang berada di kelas, terutawa para lelaki, mereka terpesona dengan paras dan anggun yang Abila miliki. Saat itu aku tidak memikirkan sekelilingku karena yang aku perhatikan adalah Angkasa. Ia terlihat sangat serius memperhatikan Abila. Hatiku terbakar panas melihatnya memperhatikan perempuan lain selain diriku.

"Wah, Abila cantik juga, tapi kau lebih cantik", ucap Morgan dari belakang.

"Hey, jangan begitu."

"Baik, Abila bisa duduk di tempat yang kosong."

Terdapat banyak bangku kosong di depan tapi Abila berjalan ke arahku dan duduk di sebelahku.

"Halo, boleh aku duduk disampingmu?", tanya Abila dengan sopan.

Aku tidak tahu harus menjawab apa selain mengangguk. Yang aku takutkan hanya dia yang berada di dekat Angkasa. Selama pelajaran aku terus melirik Angkasa, tapi dia sama sekali tidak melihat ke arah Abila dan itu membuatku lega. Sebaliknya dengan Abila, aku terus memperhatikannya namun sepertinya hanya aku yang berpikiran berlebihan. Ada saat dimana Abila menemukan aku terus-terusan meliriknya dan hal itu tentu saja membuatku terkejut karena mata kita saling menatap. Aku langsung mengalihkan pandanganku tapi hal itu tidak berhasil dan terlambat karena dia menatap dan tersenyum kepadaku.

"Siapa namamu?"

"Melati."

"Cocok sekali dengan kepribadianmu yang polos seperti bunga Melati", ucapnya dengan senyuman yang manis.

Ketika melihat senyumannya aku berpikir, "kalau aku lelaki, aku juga akan tertarik dengannya."

"Hey, ada apa?"

"Maaf ya."

"Tidak apa-apa kok, aku hanya bingung kenapa kamu terus-terusan menatapku."

"Kamu terkihat seperti bidadari."

"Wah, apa itu sebuah pujian?"

"Tidak, kamu memang cantik, itulah kenapa aku terus-terusan menatapmu."

"Tapi kamu juga cantik."

"Tidak secantik dirimu."

"Hey, yang dibelakang tolong diam ya", bentak guruku.

Kita berdua sama-sama terkejut dan tertawa kecil. Saat itulah aku merasakan kenyamanan dengan Abila. Bel istirahat berbunyi dan Abila mengajakku ke kantin untuk makan bersama, tentu saja hal itu membuatku bahagia karena itu pertama kalinya sejak masuk ke sekolah ini, aku diajak teman perempuan makan bersama.

"Abila, kenapa kamu baru masuk hari ini?"

"2 hari yang lalu aku pindah rumah, dan kemarin aku membantu ayahku untuk memindahkan barang-barang."

"Eh, apa kamu butuh bantuan?"

"Umm, kamu sebenarnya sudah selesai tapi aku belum merapikan kamarku."

"Aku bisa membantumu mendekorasi kamar."

"Oh sebenarnya tidak perlu, aku tidak mau merepotimu."

"Tidak apa-apa, biar cepat selesai."

"Duh, jadi tidak enak, masa hari pertama sudah bantu-bantu."

"Hei, itu gunanya teman", ucapku sambil merangkul Abila.

Bunga AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang