Chapter 6 - Keluarga.

16 12 9
                                    

Seperti yang kita tahu, kakakku adalah orang yang sangat overprotective dengan adik-adiknya. Tentu saja dengan hal sekecil ini, kakakku akan tahu dan menyadarinya. Aku tidak bisa berbohong dengan kakakku. Aku mengajak kakakku untuk duduk di bangku taman.

"Kak, aku menyukai Angkasa."

"Sudah kuduga."

"Aku tidak berani menyatakan perasaanku, tapi jika kupendam terus rasanya sakit."

"Kamu tidak harus menyatakan perasaanmu."

"Kenapa?"

"Karena kamu bisa membuat dia yang menyatakan perasaan kepadamu."

"Dia tidak menyukaiku kak."

"Maka buatlah dia jatuh cinta kepadamu."

"Bagaimana caranya?"

"Akan kakak kasih tau pulang sekolah nanti, kamu hanya perlu mengajak Angkasa untuk bertemu denganku di taman sekolah."

"Tapi dia kan harus tinggal di kelas agar dia bisa menginap di sekolah."

"Orang tua kita menerima dia sebagai tamu, jadi tidak masalah jika dia tinggal bersama kita, lagian semakin dekat mangsamu semakin cepat juga kamu mendapatkannya."

"Hah?"

"Sudah bilang saja kakakmu ini yang minta."

"Baik kak, tapi kalau boleh tahu, emang kakak mau apa? Hah? Jangan-jangan kakak mau memberitahu dia?"

"Sudah, kamu tidak perlu panik."

"Ya sudah, kalau begitu aku balik ke kelas dulu ya kak, kakak juga balik ke kelas jangan cabut."

"Iya sayang."

"Mau peluk sebentar dong."

"Duh adikku ini emang manja ya haha", goda kakakku sambil mencubit pipiku."

Aku memeluk kakakku dan kehangatan yang ia beri membuatku nyaman dan melupakan rasa sakit. Tentu saja dengan senyuman yang ia beri seakan menyemangatiku. Aku beruntung mempunyai kakak laki-laki yang sangat sayang kepadaku. Aku juga beruntung karena orang di sekelilingku selalu ada untuk menyemangati dan membantuku. Setelah menerima pelukan hangat, aku kembali ke kelas dan melihat teman-temanku yang sedang berdiskusi. Aku melihat Angkasa yang terlihat cuek, tidak memperdulikan sekelilingnya dan hal itu membuatku senang. Aku duduk lalu menatapnya yang sedang bermain dengan ponselnya.

"Kenapa kau melihatku."

"Kamu terlihat sangat serius."

"Aku sedang mencari kos."

"Hah?", jerit ku terkejut.

Karena terkejut, aku membuat suara yang sangat keras hingga semua orang di kelas melihatku. Angkasa menyeringai dan hal itu membuatku malu.

"Maaf maaf", ucapku canggung.

"Hahaha kau kenapa", goda Morgan

Morgan tidak berhenti tertawa dan hal itu membuatku kesal. Wajah merengusku masamku membuat Abila menyadari dan menyuruh Morgan untuk berhenti tertawa.

"Setelah kupikir-pikir, tidur di sekolah tidak enak jadi aku berusaha untuk mencari kerja", jelas Angkasa secara tiba-tiba.

"Kamu bisa tinggal bersamaku untuk sementara."

"Umm."

Setelah 2 menit, aku baru menyadari dengan apa yang baru saja aku ucapkan dan hal itu membuatku malu.

"Astaga, apa barusan aku menyuruhnya untuk tinggal bersama", gumamku malu.

"Hey, apa yang kalian bicarakan."

Bunga AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang