Sejak saat Angkasa memberiku minuman, aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Setelah pelajaran hari itu selesai, aku menunggu jemputan kakakku dan pulang bersamanya. Angkasa tidak ikut karena ia tidak enak dengan kedua kakakku, aku tidak bisa memaksa jadi aku menyuruhnya untuk hati-hati ketika tidur di sekolah. Sesampainya di rumah, aku bergegas menuju kamar dan loncat-loncat seperti orang gila. Aku teriak tanpa bersuara dan hal itu membuatku tertawa.
"Hahahaha dia mulai memperhatikanku", tawaku dalam kamar.
Keesokan harinya aku bangun awal membuat bekal untuk Angkasa. Kakakku terlihat bingung karena baru pertama kalinya aku membuat bekal untuk seseorang.
"Jadi kau serius dengannya?"
"Tentu saja."
"Boleh juga", ucap kak Mawar sambil menepuk kepalaku.
"Ayo adik-adik, kita berangkat."
"Oke kak."
Sesampainya di sekolah, aku bergegas pergi ke kelas untuk menemui Abila.
"Abilaa."
"Kenapa Mel?"
"Aku sudah membuat lagu."
"Keren, dalam sehari sudah dapat lagu."
"Kebetulan kemarin terinspirasi."
"Tiba-tiba?"
"Aku mendapat inspirasi dari seseorang."
"Wah sepertinya aku tahu", goda Abila menyeringai.
"Sstt."
"Aku juga tahu kok", ucap Morgan tiba-tiba.
"Tumben kamu datang awal."
"Aku harus menemani Putra ke lapangan bola nanti."
"Putra? Lapangan bola?"
"Iya, timnya akan melawan sparta."
"Sparta siapa?"
"Sekolah Maju Jaya mempunyai tim bola terhebat se-provinsi dan hari ini mereka akan melawan tim terhebat di sekolah kita."
"Aku baru tahu ternyata Putra adalah salah satu atlet terhebat di sekolah kita."
"Ngomong-ngomong, kenapa kau sangat tertarik dengan Putra."
"Tidak kok."
"Hey hey, lihatlah Melati, ia sama sekai tidak bertanya sedangkan kau sangat penasaran dan bertanya terus."
"Memang tidak boleh?"
"Boleh saja, tapi aneh, ohh, jangan-jangan kau-"
"Tidak."
"Hahaha", tawa Morgan terbahak-bahak.
"Kenapa?"
"Aku belum selesai bicara dan kau sudah berkata tidak, berarti benar dugaanku, kau memang menyukainya."
"Terserah", ucap Abila kesal dengan mengernyitkan dahinya.
"Sudah Morgan, jangan menggodanya."
"Iya iya maaf."
Bel berdering dan guru datang untuk mengajar. Sebelum guru mulai membuka bukunya, aku ingin memberi bekalku ke Angkasa, hanya saja saat itu dia sedang tidur dan aku tidak mau mengganggunya jadi aku menaruh bekal di atas mejanya. Ketika sedang menaruh bekal, tiba-tiba guru melihat dan memanggil Angkasa namun ia tak kunjung bangun hingga akhirnya guru datang menghampirinya.
"Angkasa bangun nak", ucap bu guru sambil menepuk punggung Angkasa.
"Maaf bu", ucap Angkasa dengan suara yang sangat pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Angkasa
RomanceAku mempunyai orang tua yang menyayangiku, keluarga bahagia, teman yang banyak, prestasi yang bagus, dan tentu saja, pacar yang tampan, baik, dan setia. Hidupku begitu sempurna hingga dia datang merusak segalanya, menghancurkan keluargaku, mengambil...