Afraid

1.3K 115 4
                                    

Selamat membaca

.

.

.

Tok Tok

Ten terbangun dari tidurnya ia melangkah menuju pintu apartemennya. Siapa orang yang malam-malam bertamu ke tempatnya?

"Siapa?" Tanya ten dengan mata setengah terbuka.

"Ini aku doyoung." Ucap doyoung.

"Doyoung? Kenapa kau datang malam malam seperti ini?" Tanya ten.

Biasanya doyoung selalu mengabarinya jika ingin menginap di tempatnya. Tapi itu sudah lama sekali sejak berpacaran dengan jaehyun doyoung tidak pernah menginap di tempatnya lagi.

"Aku ingin menginap beberapa hari di sini. Tidak apa kan ten?" Tanya doyoung.

Ia menatap doyoung yang seperti sedang ketakutan entah karena apa. Matanya juga terus-terusan menatap ke arah luar seolah ada yang berusaha mengikutinya.

"Masuklah." Ucap ten.

Ten membawa doyoung ke kamarnya karena doyoung bilang tidak ingin tidur sendiri saat ini. Bukan kim doyoung sekali.

Ten pergi ke dapur karena haus ia meninggalkan doyoung sendiri di kamarnya. Saat hendak pergi ke kamarnya ponselnya berdering ia sengaja menarunya di atas meja karena sedang mencharger ponselnya.

"Halo. Ada apa menelpon malam-malam?" Tanya ten.

"Apa doyoung hyung ada di sana?" Tanya jaehyun orang yang menelpon.

"Iya dia di sini. Apa kalian sedang bertengkar?"

"Begitulah. Tolong jaga doyoung hyung besok aku akan menjemputnya." Ucap jaehyun.

"Jam berapa? Jika pagi aku tidak berada di apartemen aku harus kerja part time besok." Ucap ten.

"Aku akan ke tempatmu pagi. Tidak apa aku bisa membawanya pergi sendiri." Ujar jaehyun.

Sambungan terputus dan ten kembali melangkah ke kamarnya ia melihat doyoung yang masih terduduk di ranjangnya.

"Kenapa belum tidur?"

"Ten aku....." Ucap doyoung ragu.

"Iya katakan saja."

"Bisakah aku meminta tolong padamu? Aku mohon jika kau bertemu dengan jaehyun bilang saja padanya jika kau tidak tahu aku pergi kemana." Ucap doyoung.

Sial. Baru saja ia berbicara dengan jaehyun tentang doyoung, sepertinya memang benar mereka sedang bertengkar tapi bukankah lebih baik mereka berdua bertemu dan membicarakannya dengan baik-baik? Masalah akan selesai jika mencari jalan keluarnya bersama.

"Huum."

"Terima kasih ten." Ucap doyoung senang.

.

.

.

Semalam doyoung tidak bisa tidur dengan nyenyak ia juga tidur saat jam tiga pagi. Ia benar-benar takut memikirkan jika jaehyun datang untuk membawanya pergi bersamanya doyoung tidak akan mau.
Doyoung terbangun karena usapan lembut di kepalanya ia mengucek(?) Matanya dan melihat jam dinding yang menunjukkan pukul sepuluh pagi.

Ia menatap orang di sampingnya yang masih menampakkan senyum manis di bibirnya. Doyoung membelalakkan matanya melihat siapa orang yang berada di depannya saat ini.

"B-bagaimana bisa kau-" ucap doyoung takut.

Cup

"Selamat pagi bunny. Kenapa kau pergi begitu saja semalam? Aku merasa kesepian karena kau kabur semalam." Ucap jaehyun dengan wajah sedihnya.

"Tapi sekarang aku sudah menemukanmu jadi ayo pulang." Lanjutnya.

"Aku tidak mau. Aku tidak ingin tinggal bersama orang gila sepertimu." Ucap doyoung.

Jaehyun tertawa mendengar ucapan doyoung dan jangan lupakan matanya yang menatapnya tajam tapi tersirat ketakutan yang mendalam dari bola mata indah itu.

"Aku memang gila. Gila karenamu Jung doyoung aku melakukannya juga untukmu jadi jangan salahkan perbuatanku yang semalam. Aku hanya ingin menyingkirkan orang yang berusaha mengambil mu dariku hanya itu yang kulakukan." Ucap jaehyun.

"Kenapa kau membunuhnya? Seokwoo tidak bersalah dia tidak melakukan apapun jaehyun."

Doyoung menangis saat malam itu ia melihat jaehyun yang sedang menghabisi nyawa seokwoo tanpa rasa bersalah sedikitpun di matanya.

Awalnya ia curiga jika jaehyun berniat menemui seseorang yang ia kira selingkuhannya tapi yang ia lihat malah lebih mengerikan dari itu.

Ia masih bisa mengingat jelas bagaimana isi perut yang berceceran dan juga bau darah yang begitu menyengat indra penciumannya.

"Dia mendekatimu dan aku tidak suka itu. Aku sudah menyuruhmu untuk tidak dekat dengannya apapun alasannya tapi kau tidak mau mendengarkanku jadi aku habisi saja dia." Jengahnya.

Doyoung menatap jaehyun tidak percaya. Bagaimana bisa dia mengatakannya dengan semudah itu setelah apa yang ia perbuat?

Lagipula seokwoo mendekatinya juga bukan tanpa alasan. Ia ingin meminta bantuan doyoung karena ingin menyatakan perasaanya pada chani sepupu jauh doyoung.

"Ayo kita pulang. Kau pasti belum makan dari kemarin malam bukan? Kau tidak lupa kan jika akhir-akhir ini maag mu sering kambuh."

"Aku tidak mau pulang. Aku ingin tinggal di sini bersama ten." Ucap doyoung.

"Jangan memancing kesabaranku hyung. Ayo pulang."

"Aku tidak mau. Lagipula kau tidak berhak menyuruhku untuk tinggal dengan siapa." Ujarnya kesal.

"Kau milikku jadi aku berhak mengambil keputusan apapun dalam hidupmu." Ucap jaehyun datar.

"Aku bukan milikmu, tidak lagi. Kita akhiri saja hubung- hmmpp."

Jaehyun menciumnya dengan kasar sesekali ia akan menggigit kecil bibir itu. Doyoung meronta ingin di lepaskan tapi ciuman itu tak kunjung lepas juga.

Tautan keduanya terlepas saat doyoung tidak lagi meronta karena lemas. Di usapnya bibir yang selalu menjadi candunya.

"Kau milikku selamanya milikku mengerti? Jangan pernah berpikir bahwa hubungan ini akan berakhir."

Doyoung hanya bisa pasrah saat jaehyun menarik tangannya meskipun ia tidak suka dan tidak ingin tinggal dengan pria itu tetap saja ia harus menerimanya suka ataupun tidak.





END

Gaje banget sumpah:) aku gada ide buat nulis jadi asal ketik aja apa yang ada di otak:v

Film (One shoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang