Nineteen

2.1K 495 137
                                    

Entah sudah berapa lama Jaemin memandangi langit-langit kamar milik Jaehyun. Tatapannya kosong, mengingat kejadian tadi malam hanya membuat kepalanya kembali pusing.

Ah, lelaki itu diminta Arisha untuk menginap di kosan kakaknya. Sebenarnya, kosan Jaehyun sudah masuk ke dalam list tujuan Jaemin saat ia memutuskan untuk berangkat menjumpai gadis pujaannya.

Iya lah, mau nginep dimana lagi emang?

Namun siapa sangka, hal yang tidak diduga terjadi lagi di kosan Jaehyun. Sesi menangis kembali ada karena dirinya. Jaemin berpikir, apa hidupnya terlalu menyedihkan sampai sepasang kekasih itu menangisi kisah cintanya?

Jujur, memang menyedihkan. Ia juga sudah menangis beberapa kali kemarin.

"Sarapan dulu, Na," kata Jaehyun yang muncul dari balik pintu dengan membawa sebungkus nasi uduk.

"Lo udah?"

"Udah tadi, makan disana," ujar Jaehyun, lalu kembali menghilang setelah mengambil handuk kecil dari lemari.

Jaemin bangkit dari rebahannya, ia mulai membuka bungkusan nasi uduk yang ada di meja, lalu membawanya ke atas kasur.

Lelaki itu tersenyum tipis di suapan pertama. Bisa-bisanya di saat seperti ini nama Kinara terlintas di benaknya.

Kinara lucu. Padahal kemarin Jaemin sedang patah-patahnya, gadis itu malah menyatakan perasaan. Jujur saja, Jaemin juga salut dengan keberanian Kinara. Gadis itu berani menyatakan perasaan, bahkan setelah mengetahui Jaemin sudah mencintai gadis lain.

Kalau dipikir-pikir, mereka sama ya?

Sama-sama menyukai orang yang sudah memiliki tambatan hati.

Kinara mengakui dirinya sebagai second lead di drama percintaan Jaemin, tidak dipungkiri lelaki itu juga menjadi second lead di drama percintaan kakaknya sendiri.

Ada-ada saja.

"Pulang naik apa, Na?"

Jaemin menoleh ke sumber suara. "Kenapa?"

"Nggak boleh gue nanya?"

Jaemin terkekeh kecil. "Gue balik besok aja ya, Bang?"

Ah, ini nggak benar. Sepertinya Jaemin ketagihan bolos.

Jaemin mendelik saat merasakan sebuah handuk kecil menempel di bahunya. "Ih, bekas apa nih!" ujarnya seraya memegang ujung handuk tersebut dengan dua jari.

"Cuci muka njir, berasa megang najis gitu."

Jaemin berdecak. "Kenapa dilempar!"

"Lo udah berapa hari bolos, Na? Udah kelas tiga. Mau nggak lulus?"

"Hari ini terakhir."

"Lo bilang besok baliknya, gimana ceritanya hari ini terakhir?"

Jaemin tergelak. "Besok terakhir."

Sebenarnya Jaemin takut pulang ke rumah. Ia tidak sanggup melihat wajah khawatir Mama dan Bunda. Apalagi ia sampai bolos sekolah, sudah bisa ditebak telinganya akan sepanas apa mendengar omelan dua ibunya.

Iya, bundanya Arisha sudah resmi menjadi ibu kedua Jaemin.

Atau, ibu ketiga?

"Jaehyun! Pinjem pulpen dong!"

Jaemin tersentak mendengar suara barusan. Ini orangnya nggak bakal ngomong aneh-aneh kan?

"Di meja." Jaehyun menjawab sembari memilah-milah baju di lemari.

Second Lead | Jaemin✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang