Twenty Nine

2.2K 454 238
                                    

"Chan."

Lelaki yang sedang asyik bercengkrama dengan temannya itu menoleh, lalu tersenyum kecil. "Cari Nara, Bang?"

Jaemin mengangguk cepat. "Panggilin dong," pintanya.

Sungchan segera bangkit dari kursi guru, dua detik kemudian ia kembali duduk. "Gue lupa, dia nggak masuk hari ini."

"Nggak masuk?"

Sungchan mengangguk.

"Sakit? Izin?"

"Nggak ada keterangan kayaknya."

Jaemin menghela napas berat. "Makasih ya," ujarnya yang dijawab anggukan kepala oleh Sungchan.

Ia berjalan kembali menuju kantin, tempat dimana teman-temannya berada.

Demi apapun, Jaemin frustasi. Sejak kemarin sore pesannya tidak dibalas sang kekasih. Tadi pagi juga, saat ia berniat menjemput gadis itu, rumahnya benar-benar seperti tak berpenghuni. Kalau Kinara tidak ke sekolah, kemana gadis itu pergi?

"Tanya Bu Krystal coba," usul Jeno.

"Kan nemenin Jisung Olim. Lupa lo ya?" Renjun menatap sengit lelaki di sebelahnya.

"Chat lo nggak dibales juga, Jun?" tanya Jaemin. Raut wajahnya tak menipu, ia benar-benar mengkhawatirkan Kinara.

"Lo nanya gue?"

Jaemin mengangguk.

"Chat dari semalem pagi aja nggak dibales. Ngejek ya?"

Jeno terbahak, berbanding terbalik dengan respon Jaemin yang tampak semakin frustasi. Lelaki itu mengusap wajahnya gusar.

"Chenle coba," usul Jeno lagi.

"Nggak masuk."

"Lah, kemana lagi?"

Renjun mengendikkan bahunya. "Gue chat juga nggak dibales."

"Lo tanyain cewek lo nggak bisa, Jen?"

"Anjir, belom! Jangan digituin, nanti gagal kayak Shea kemaren," gerutunya sembari mengeluarkan ponsel. Jarinya mulai lincah mengetik di ruang obrolan.

Jaemin berdecak frustasi. Sesekali matanya menyusuri seisi kantin, barangkali ada keajaiban Kinara muncul di tengah keramaian.

"Lo ada salah apa?" tanya Renjun tiba-tiba. Sukses membuat emosi Jaemin semakin tak terkendali.

"Kalo ada apa-apa emang harus gue yang salah?!"

"Wess, santai. Gue cuma nanya, njir. Lo inget-inget lagi coba. Mana tau lo nggak sadar kan?"

Jaemin menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. "Nggak ada. Beneran nggak ada. Semalem terakhir kali dia bilang mau bantuin mamanya. Yaudah, sampe situ nggak ada chat lagi. Malemnya gue telfon juga nggak diangkat."

Renjun manggut-manggut paham. Dengan alis menaut, ia menyesap teh manis dinginnya. Membantu temannya berpikir, atau setidaknya mencari solusi yang lebih baik daripada panik tidak jelas seperti ini.

"Karin juga nggak tau," sahut Jeno seraya mengunci layar ponselnya.

"Kemana sih," gumam Jaemin pelan. Ia kembali mengeluarkan ponselnya. Mengetik beberapa pesan, lalu menekan tombol panggil di ruang obrolan.

Masih tidak diangkat.

"Beneran nggak ada salah, Na?"

"Nggak ada, anjing! Jangan buat gue kasar ya, Jun!"

Second Lead | Jaemin✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang