terungkap 2

1.3K 133 26
                                    

Tak lama setelah guru wali kelas 2 pergi, kepala sekolah masuk ke kantornya

"Hi pak, selamat siang!!" Ucap Taufan dengan tersenyum

"Hm? Oh nak Taufan, siang nak" ucap kepala sekolah sambil duduk di bangkunya

Kepala sekolah tidak sengaja melihat ice yang di belakang Taufan dengan takut takut

Kepala sekolah paham, sekarang Taufan pergi ke sekolah ini untuk membahas permasalahan adiknya

"Mau ngurus masalah ice ya fan?" Ucap kepala sekolah

"Iyalah pak, gak mungkin kan aku biarin adek aku gitu aja. Kalo dia salah harus di kasih tau. Kalo dia di fitnah harus di hakimi, ya kan pak?" Taufan menekan kata hakimi

"A-ah, iya... Kau benar." Ucap kepala sekolah dengan agak canggung.

Ya...
Taufan sering membereskan masalah adiknya, bahkan Taufan selalu menghadap guru mereka dengan tekad yang matang. Bukan setengah-setengah

Guru wali kelas 4 datang ke kantor, ia mendengar dari guru kelas 2. Dan langsung duduk di dekat Taufan

"Jadi Taufan... Sekarang kamu ingin membahas mana?? Kau ingin menghakimi adikmu, atau membela adikmu??" Ucap wali kelas to the point

"Ups, wahh ibu to the point banget sih" ucap Taufan

"Seperti biasa donk Bu, pembelaan terhadap fitnah" ucap Taufan dengan tersenyum

"Bukti?" Guru itu langsung, karna ia juga tidak ingin masalah itu berlanjut, dan ia langsung to the point sebelum semua muridnya pulang, padahal ada yang di perlukan nantinya

"Ini Bu" Taufan memberikan seragam ice

"Hah?? Apa ini??" Ucap gurunya dengan bingung sambil memegang seragam

"Bukti donk Bu, coba ibu cium bau warna darah di baju tersebut" Taufan dengan tenang mengambil 1 permennya

"Bau bahan kimia... Tapi bisa jadi kalian mencucinya baru mewarnainya bukan" gurunya mulai ragu ragu

"Hoho, dah tentu Bu. Makanya datang kesini itu harus dengan bukti yang kuat" ucap taufan dengan riang

"Jadi.. sekarang apa??" Gurunya emang rada ragu melawan Taufan yang akan dengan mudah membela adiknya.

"Panggilkan blaze dan orang yang menjadi korban ice" ucap Taufan sambil mengelus kepala ice yang di belakangnya

"Baiklah" gurunya keluar ruangan, dan pergi menuju kelasnya ...

Taufan memanggil ice untuk duduk di sampingnya, ice memang penurut, ia menuruti perkataan Taufan begitu saja

Ia hanya bisa percaya pada kakaknya, ia yakin, pasti kakaknya dapat menyelesaikan masalah tersebut.

Blaze dan Lira memasuki kantor, ya blaze memang tidak suka kakaknya. Tapi ia selalu menutupinya saat di sekolah.

"Hai, kau korban dari ice ya. Apa adikku melukaimu dengan parah, apa yang dia lakukan??" Taufan menunjuk anak perempuan yang dengan berani mengangkat kepalanya

"Lira kak, nama saya Lira. Ice... Dia melukai tanganku kak. Dia benci aku, padahal aku tidak pernah mengapa-apai dia, hiks- kakak jangan marahin ice ya..." Lira menangis setegukkan, ya... Lira mulai mencari perhatian dari kakak mereka

"Ohhh, gitu ya. Oh iya, lez. Baju kamu waktu nolongin korban mana?? Udh di cuci kah??" Ucap Taufan santuy. Uhuk

"Hah?? Di cuci?? Aku aja masih menyimpan baju tersebut. Lupa aku buat ke tempat kotor kak" ucap blaze

"Ambilin donk, kasian adekmu ini loh" ucap Taufan tersenyum

"Ok ok" blaze langsung keluar ruangan, ia dengan cepat mengambil bajunya yang belum sempat ia buat ke tempat kotor

Tapi, baru saat keluar kelas, gempa langsung menariknya

"Apa yang di lakukan kak Taufan di sini? Apa mau cari masalah?" Ucap gempa sambil berbisik

"Ntah, kayanya kaya biasa deh, ngurus adek adeknya. Sekarang ya si ice." Ucap blaze

"Ooh, yaudah cepetan Sono" gempa langsung mengusir blaze

"Nasib punya kakak laknak" blaze berlari ke kantor

"Nih kak, pesanan kakak." Blaze memberi bajunya yang sudah kusut namun masih banyak bercak merah di situ

"Nah, sekarang coba cium baju bau ini. Apakah sama dengan yang di seragam ice atau beda" Taufan langsung memberikan baju blaze ke guru tersebut

"Bau kimia juga.... Apa kau bisa memberikan bukti terakhir dari korban?" Ucap gurunya

"Oh tentu bisa Bu" Taufan langsung berdiri menuju Lira

Lira agak gemetar tapi memberanikan diri

"Kenapa kak??" Lira memasang muka tampang polos

"Bisa tunjukkin luka yang di perbuat adikku tidak??" Taufan mensejajarkan tubuhnya dengan lira

"Y-yang ini kak" Lira gugup sambil menunjukan tangan kirinya yang di perban

"Boleh kakak buka gak??" Tangan Taufan menuju ke perban tersebut

"Ja-jangan kak, sakit" ucap Lira sambil ingin menangis

"Ya maap kalo sakit" Taufan dengan sigap langsung membuka perban tangan kiri Lira yang ternyata masih mulus tanpa luka

"Nah... Gimana Bu?? Dah beres kan?? Sekarang biarin adik saya kembali sekolah ya... Untuk dia silahkan di urus, lez nanti bajumu langsung masukin ke tempat kotor. Jangan sampai nempel banget nanti pewarnanya, oh iya, untuk adek Lira, kalo gak salah aku dengar kamu sering bully orang sini, tapi guru tidak bisa dapat bukti untuk hukum kamu, kamu lebih baik pindah ya, bilang ke mama dan papa kamu. Saya izin semua bersama ke-2 adik saya. Permisi" Taufan berkata panjang×lebar setelah itu mengambil ke-2 seragam dan pulang dengan mereka berdua

~~~~

"Dah nyampe, aku kedalam. Maaf kak" blaze langsung masuk ke kamarnya. Ia mengatakan maaf, bukan berarti itu karna blaze akan langsung berbaik hati pada Taufan

"Iya, masukin baju ke tempat kotor. Ice juga ya" Taufan langsung masuk ke kamarnya

Dan setelah itu....
Ice mulai sekolah, sedangkan Lira di keluarkan dari sekolah

Semua mulai meminta maaf pada Ice. Bahkan sekolah pun senang, karna akhirny karna kakak ice, Lira di keluarkan dari sekolah

Keluarga itu kembali, dengan kejauhan dari Taufan. Karna dendam pribadi mereka kecuali 3 org

Dah dah
Capek:v

Capek sekolah.
Mulai masuk donk:v

Btw ....
Ini kan udh 11 chap buku ini

Di cepetin tamat atau lanjut aja walau agak lama update??

Aku lelah:v
Gak kok, canda

Lanjutan buku ini ada di readers, sekian

#iloveyouall

See you next chapter

I will go (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang