[B1] Big Shot Little Jiaojiao Menghancurkan Personanya Lagi

309-310

Bab 309: Hati Terasa Manis Seperti Madu

Quan Jue adalah seorang ateis.

Namun, ketika dia mendengar kata-kata "berdoa untuk hubungan yang lancar", hatinya bergejolak.

Dia menatap Chi Jiao dalam-dalam dan pergi membeli dupa.

Uang dupa tidak bisa dibeli oleh perwakilan. Dia hanya bisa membelinya sendiri dan membakarnya sendiri.

Setelah Quan Jue mempersembahkan dupa kepada Dewi Bunga, mereka bersiap untuk pergi ketika dihentikan oleh seorang Taois wanita.

"Para dermawan, harap tunggu." Taois perempuan berjalan mendekat dan membungkuk kepada mereka.

Chi Jiao menyatukan kedua telapak tangannya dan membungkuk pada Taois wanita.

“Saya melihat bahwa Anda berdua ditakdirkan. Dua batang Kayu Perkawinan Affinity ini untuk kalian berdua. Saya harap hubungan Anda akan bertahan dengan indah sampai Anda menjadi tua.” Saat Taois wanita kecil itu berbicara, dia menyerahkan dua batang Kayu Perkawinan kepada Chi Jiao.

The Marriage Affinity Wood adalah gelang yang terbuat dari kayu cendana biasa. Setelah pentahbisan dan persembahan dupa, berkat yang unik dianugerahkan padanya.

Chi Jiao dengan senang hati mengambil gelang itu dan berterima kasih kepada Taois wanita itu.

Setelah meninggalkan kuil, Chi Jiao mengenakan gelang itu.

Pergelangan tangannya lebih tipis dan perlu dibungkus tiga kali untuk diamankan.

Quan Jue meliriknya. Gelang kayu cendana sederhana di pergelangan tangan gadis kecil itu tampak sangat indah.

Kemudian, dia meletakkan gelang itu di pergelangan tangannya di mana dia awalnya memakai gelang perak.

Melihat Quan Jue memakai gelang itu, hati Chi Jiao terasa semanis madu.

Jiang Xiaoli dan Jiang Shen juga telah berjalan keluar dari Kuil Ubin Berlapis. Keduanya berjalan ke arah mereka saat Jiang Shen berkata kepada Chi Jiao, “Xiaoli dan aku ingin melihat-lihat. Kita akan turun gunung nanti.”

Tentu saja, Chi Jiao tidak akan ikut campur dalam urusannya. Dia mengangguk santai.

Pemandangan di puncak gunung itu sangat indah. Itu memiliki semacam kabut abadi yang menempel di sekitarnya.

Chi Jiao dan Quan Jue menunggu di bangku dan mengobrol sebentar sebelum dia melihat Jiang Xiaoli memasuki hutan tidak jauh.

Chi Jiao menurunkan pandangannya untuk menyembunyikan kilatan dingin di matanya. "Saudara Quan, saya ingin pergi ke kamar kecil," katanya sambil tersenyum.

"Lanjutkan. Aku akan menunggumu di sini,” kata Quan Jue.

“Baiklah, aku akan segera kembali.”

Chi Jiao bangkit dan berjalan ke kamar kecil umum.

Hutannya sepi dan pemandangannya indah.

Jiang Xiaoli memegang kamera dan mengambil foto sambil mengagumi pemandangan yang indah.

Tiba-tiba…

Seekor tupai kecil tiba-tiba menarik perhatiannya dan dia mengejarnya dengan kameranya.

Tupai kecil itu tampak sangat ketakutan dan lari.

Setelah keluar dari pintu belakang toilet umum, Chi Jiao diam-diam mengikuti di belakangnya. Dia menyaksikan Jiang Xiaoli mengejar tupai kecil itu ke tepi tebing.

Masih ada pagar pelindung di tepi tebing. Namun, pagar pelindung di sini tidak setinggi yang ada di peron di luar hutan.

Tupai kecil itu berlari melewati pagar. Itu memegang buah di tangannya dan mulai menggigitnya.