[B1] Big Shot Little Jiaojiao Menghancurkan Personanya Lagi

418-419

Bab 418: Kamu Salah Mengerti Ayahmu

"Xiao Han." Baru saat itulah Wan Shujing menarik kembali senyumnya dan menatapnya dengan serius. “Tidak peduli apa, dia masih orang tua. Semua orang akan menjadi tua. Ibu sudah berkali-kali memberitahumu bahwa kamu harus menghormati yang lama.”

Quan Han mencibir dengan jijik, jelas tidak mendengarkan.

Wan Shujing menghela nafas. “Juga, kamu salah paham tentang ayahmu. Dia tidak sibuk dengan urusan Quan Jue.”

“Quan Ju?” Baru saat itulah Quan Han menatapnya dengan serius. Nada suaranya dipenuhi dengan kejengkelan. “Hak apa yang dia miliki untuk menggunakan nama keluarga 'Quan'? Dia hanya bajingan. Jangan sebut nama anak haram itu di depanku. Ini sangat menjengkelkan!”

Dengan itu, Quan Han mengabaikan ekspresinya dan pergi.

Wan Shujing melihat ke belakang saat dia pergi dan menghela nafas pelan.

Dia benar-benar terlalu memanjakan anak ini.

Setelah Quan Han kembali ke kamarnya, dia dengan sengaja menggunakan banyak kekuatan untuk membanting pintu hingga tertutup.

Ketika Wan Shujing menyebut Quan Jue sebelumnya, dia tidak bisa tidak memikirkan kembali bagaimana dia ditegur oleh Quan Jingzhou.

Baru-baru ini, selama ayahnya menegurnya, dia akan membandingkannya dengan Quan Jue.

Dia bilang dia tidak dewasa dan stabil seperti Quan Jue.

Dia tidak secerdas Quan Jue.

Nilainya tidak sebaik Quan Jue.

…

Bagaimanapun, tidak ada yang bisa dia menangkan melawan Quan Jue.

Quan Han tidak mengerti apa yang terjadi dengan ayahnya.

Mengapa dia sangat menghargai anak haram yang tercela itu?

Semakin dia memikirkannya, semakin dia frustrasi. Quan Han menendang tempat sampah dengan kakinya dan berjalan menuju kamar mandi.

Dia baru saja memasuki kamar mandi ketika tirai di kamar bergerak.

Segera setelah itu, seseorang berjalan keluar dari balik tirai.

Quan Jue melirik kamar mandi.

Dalam sekejap, dia muncul di pintu kamar mandi.

Di kamar mandi, Quan Han baru saja melepas pakaiannya.

Berderak!

Suara pintu kamar mandi terbuka terdengar nyaring. Quan Han mengerutkan kening dan berbalik untuk melihat ke pintu.

Seorang pria muda dengan kemeja hitam, celana hitam, dan topi langsung memasuki garis pandangnya.

Setelah memasuki kamar mandi, Quan Jue mengunci pintu di belakangnya sambil memegang pemukul logam di tangannya.

Quan Han menatapnya dengan linglung. Butuh sepuluh detik sebelum dia bisa bereaksi.

“Quan Jue ?! Bagaimana kamu bisa masuk?”

Quan Jue tidak menjawabnya. Dia berjalan cepat menuju Quan Han dan mengangkat tongkat baseball di tangannya.

Sebelum Quan Han bisa bereaksi, tongkat baseball mendarat di bahunya.

Quan Han menjerit kesakitan saat dia memegang bahunya dan jatuh ke tanah.

"Dasar bajingan ..." Dia memamerkan giginya dan mendongak, siap untuk mengutuknya.