2

294 36 63
                                    

Keempat bersaudara itu menatap kosong tv yang menayangkan serial kartun kesukaan mereka. Tatapan mereka yang harusnya histeris kesenangan menjadi kosong.

Tak ada yang berbicara, semua saling terdiam. Hingga John menguap memecah keheningan. "Sammy, John ngantuk," ujarnya yang sekarang sudah meletakkan kepalanya pada paha Sam.

"Tidur di kamar ya," John menggeleng menandakan dia tak ingin tidur dikamar. Tidak mengherankan, Sam sendiri juga tak ingin tidur di kamarnya-hanya sebuah keinginan yang tak wajib untuk terjadi.

Setelah kejadian tadi siang, suara yang anak yang tertawa itu masih terngiang-ngiang. Si kembar tak lagi banyak berbicara, terutama Justin.

Justin langsung menjadi sosok pendiam setelah mereka lari dari rooftop dan berkata bahwa ada anak kecil seusianya menatapnya seolah-olah ingin melahapnya hidup-hidup.

Travis sedari tadi menatap Justin yang menggigiti jarinya. Dengan risih, Travis mengunci pergerakan Justin hingga membuat Justin menoleh pada Travis. "Tanganmu sudah jelek Justin," ujarnya dengan ketus, namun tetap mengunci tangan Justin.

"Aku.. takut." Justin, dirinya tidak mengingat apapun saat di rooftop. Hanya anak seusia dan suaranya saja yang terlintas dengan jelas. Rasanya ingin menangis tetapi dia laki-laki.

Apalagi mendengar bahwa dirinya akan melakukan percobaan bunuh diri. Demi apapun, Justin tak pernah berpikiran untuk melakukannya.

"Mungkin rooftop nya horor. Sudah tidak usah dipikir. Kau pasti sangat lelah Justin. Ralat, kita semua lelah. Cepat tidur, Papa akan pulang sebentar lagi, dan dia akan marah jika melihat kita belum tidur," Sam berujar lalu mengangkat tubuh John yang sudah tertidur, berjalan meninggalkan si kembar dan menidurkan John pada ranjangnya.

Sam cukup lama menatap John yang tertidur pulas. Ia menimang-nimang untuk tidur bersama John atau kembali ke kamarnya. Dan berakhir Sam kembali ke kamarnya karena mengingat tendangan John saat tidur sangat menyakitkan.

Sam mematikan lampu utama kamar John, lalu menyalakan lampu tidur untuk si bungsu. Keluar dari kamar John, Sam tidak menemukan si kembar di ruang keluarga. Anak 12 tahun itu memastikan si kembar berada pada kamar mereka. Dan benar saja, ia melihat Travis dan Justin duduk di ranjang Justin.

Dilihatnya, Travis sedang menatap khawatir Justin sedangkan Justin menunduk seraya menetralkan nafasnya.

Menyadari kehadiran Sam, Justin menatap Sam dengan raut ketakutan. "Sam.. he follows me"

"SAMMYYYYYYY!!!!"

Ketiga bocah itu berlari menuju sang peneriak. Pintu John terbuka dengan tragis menatap dinding dengan keras. Namun, saat keenam mata itu menatap sekeliling, keberadaan si bungsu entah dimana. Dengan suara yang gemetar Sammy memanggil nama si bungsu, "John?"

Tidak ada yang menyahut, Sam menyalakan lampu kamar John.

"John?" kini sedikit membentak. Namun, tetap tak ada sahutan.

Detik berikutnya saklar mati. Pencahayaan lantai 2 udah lenyap entah siapapun yang mematikannya. Travis dan Justin mendekati Sam. Mereka takut, tak luput dari Sam yang mengkhawatirkan John juga.

Sedikit berbisik namun cukup jelas, tubuh Sam merengang, ada suara memanggilnya, "Sam.."

"AAAAAAKHHHH"

Terlalu tiba, tubuh Justin terjatuh kebelakang. Kerah piyama belakang yang ia kenakan ditarik kuat-kuat. Hingga menghantam pagar pembatas antara lantai 1 dan 2.

"JUSTIN!!!" Teriak Travis dan Sam yang berusaha menangkap kaki Justin.

"HELPPPP!!! PLEASE!!!"

The Regret | TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang