Justin mengerang, tubuhnya sakit sekarang ini. Bahkan bergerak pun tak bisa. Tolonglah! Justin belakangan ini memang sering merasakan sesuatu tak nyaman dengan rumah ini. Tidak belakangan ini, namun ketika kakinya menginjak di rumah itu.
Tubuhnya seakan mati rasa sekarang. Terakhir ia merasakan elusan lembut dari sang Papa, dan sekarang? Pandangannya sedikit kabur, namun sama saja rasanya, hanya kegelapan yang menyelubunginya. Tunggu, dimana dirinya?
"Papa?" lirih Justin, atmosfer yang ada juga kurang mengenakkan. Apakah dirinya berada di loteng? Tentu saja tidak, loteng masih memiliki cahaya yang cukup untuk melihat, bahkan sedikitpun cahaya tidak menampakkan diri.
"Mama... MAMAAA!!!!"
Justin kepalang takut. Ia sangat amat takut sekarang. Menjerit, berteriak, menangis. Mungkin jika Travis tahu dirinya yang cengeng seperti ini, Travis akan meledeknya beberapa hari kedepan.
Tubuhnya mendadak meremang. Tidak ada yang beres semenjak mereka pindah. Tidak ada yang beres. Justin terlalu peka, membuat dia menyukainya.
Hingga ada yang menyentuh pundaknya. Sangat dingin, dingin sekali.
"It's Kyle"
Justin terdiam. Tubuhnya mendadak kaku tak bisa bergerak, bahkan nafasnya tersendat nyeri seperti ada yang mencekiknya.
"Remember it! Then you can help us hihihi"
Telinganya berdengung dengan hebat. Membuat Justin menutupinya. Tubuhnya yang kaku kini menjadi menggelinjang hebat ketika lagu yang sama bahkan dirinya tidak tahu itu berputar.
~Si kancil anak nakal
Suka mencuri ketimun"Aku tidak mencuri apapun."
Ayo lekas dikurung
Jangan diberi ampun~"PAPAAAAAA!!!!!"
••••
John membuka matanya secara perlahan. Dirinya bahkan merasakan hawa pagi yang lumayan dingin sekarang. Ah, tunggu! Dirinya bukan di ruang keluarga maupun kamar.
Apa maksudnya?
Si bungsu hanya menyerngit bingung. Sekenal-kenalnya dengan dirinya sendiri, John tahu bahwa dirinya tidak pernah mengalami sleepwalking. Bahkan kemarin saat saudaranya bercerita bahwa dirinya menghilang dari kamar saja, ia ingin menyangkalnya.
Dan sekarang, dirinya berada di balkon kamarnya sendiri. Lebih anehnya, saat tangan mungil itu memegang kenop pintu untuk masuk ke dalam kamar, pintu itu terkunci. John bukanlah anak yang suka bermain dengan logika.
Dan perlu digaris bawahi bahwa John tidak memiliki gangguan tidur seperti sleepwalking.
Panik? Tentu saja. Anak berumur 7 tahun itu mulai menggebrak pintu dengan kasar. Aneh, aneh, dan aneh. Dipikirannya hanyalah ketiga kakaknya yang menjahilinya, tapi ini terlalu kejam. John ingin menangis, tapi dirinya bukan Justin yang cengeng.
Anehnya lagi, suhu yang disekitarnya bukannya menambah tapi malah semakin berkurang. John kedinginan sekarang, ia hanya berbalut piyama pendek. "Sam! Travis! Justin! Jangan bercanda! John tidak suka!" teriaknya, namun tak ada jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Regret | Treasure
FanfictionDunianya telah hancur namun penyesalannya mengundang kekacauan. Semuanya dimulai dari sebuah penyesalan. Mungkinkah mereka akan menyerah pada sebuah penyesalan atau berdamai dengan penyesalan itu sendiri? Hingga kematian menghantui mereka. ⚠️Slowup...