3

255 32 36
                                    

Danny mengeram. Ia tidak tahu harus percaya pada siapa. Justin tak banyak bicara, begitu pula dengan Sam. Travis yang hanya bercerita secara singkat membuat Danny tambah bingung. Apalagi saat Travis berkata John berteriak kala itu memanggil nama Sam, sedangkan John yang dituduh hanya menggelengkan kepalanya.

John tidur. Anak itu jika tidur, akan sulit untuk dibangunkan. Mana mungkin John akan terbangun tanpa sebab.

"Rumah sudah terkunci, John hilang, setelah dia berteriak. Justin seperti diseret, dan tiba-tiba ada yang memukul diriku, entah kenapa Sam berteriak seperti gadis," jelas Travis. Mungkin dari ketiga saudaranya, Travis lah yang sedikit lebih berani. Atau hanya pura-pura tidak peduli?

"Oke? Jadi, Papa harus percaya itu? Bahwa ada hantu di rumah kita yang membawa John keluar rumah? Dan Justin yang hampir jatuh dari ketinggian 5 meter?" tanya Danny dengan tenang yang langsung disahut tatapan mata oleh Sam dan Justin.

"Dan kami juga harus percaya pada Papa, bahwa Papa akan pulang lebih awal?"

Danny terbelalak, ketika kedua putranya terlihat begitu ketakutan. Apalagi tuturan Sam yang membuat dirinya turut menyesal.

"Sorry my dear. Papa telah melanggarnya."

Mau tak mau, Danny harus menyudahi untuk menginterogasi anak-anaknya. Ini juga kesalahannya. Suasana juga menjadi sedikit mellow karena Sam.

Untuk sekarang anak-anaknya aman. Apalagi Danny juga sudah mengecek seluruh bagian rumah bahwa sosok pencuri, psikopat, dan sosok yang berbahaya itu tidak ada.

Hey, niatnya dari tadi ingin menelepon polisi. But, for the first time you have to ask and believe in someone who has become a part of your life right? Jika keadaan telah tidak memungkinkan, barulah kita pasrahkan pada pihak yang berwajib. Namun, kali ini Danny bingung sendiri harus bagaimana.

Biasanya jika hal seperti ini sang mantan istrilah yang akan membantunya, mereka akan menyelesaikan masalah bersama. Sungguh, Danny bahkan tak sudi untuk bertanya sepatah apapun pada sang mantan istri. Kecuali tentang apa yang harus dilakukan ketika anak-anaknya demam ataupun hal-hal tentang anak-anaknya.

"Oke, listen my boys... Bagaimana kalau kita menganggapnya hal ini berlalu terlebih dahulu? Besok weekend kan, kita bahas hal ini besok, dan istirahat untuk malam ini. Ada yang keberatan?"

Justin dengan cepat mengangkat tangannya. "Yes, dear.. why?" tanya Danny pada Justin. Danny tidak bodoh untuk mengetahui apa yang akan Justin bilang. Dari raut wajah sang anak, Danny tahu bahwa akan ada 2 kemungkinan, "May I sleep with you, papa?" tanya Justin.

Gotcha! Seperti yang dipikirkan oleh Danny. Walaupun kemungkinan satunya adalah Justin yang ingin bertemu dengan Mama mereka. Danny tidak egois, tapi sepertinya, anak-anaknya menahan diri untuk tidak bertemu dengan sang Mama.

Mereka juga tersakiti.

"Meninggalkan Travis sendirian?"

Mendengar hal itu Justin langsung menundukkan kepalanya. Tidak salah, namun ia takut. Travis ada disampingnya, tapi Justin merasa lebih aman jika bersama Danny. Itulah pikirnya.

"Bagaimana kalau tidur bersama? Sudah lama bukan? Kita tidur di ruang keluarga, sambil menonton tv" ucap John dengan semangat. John masih tak peduli dengan keadaan. Ia penakut, tapi jika masih ada banyak orang, kenapa harus takut?

The Regret | TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang