9

204 25 9
                                    

"Bagaimana dunia bisa sesempit ini Arthur? Bagaimana bisa kau bertemu dengan author yang menjengkelkan ini?"

Adalah Simon. Dia datang dengan bingung pada awalnya. Namun, dapat ia simpulkan beberapa bahwa rumah yang berada disebelah rumah Arthur sedikit 'bahaya'.

Satu keluarga yang dibawa Jun dan David adalah pemilik rumah itu yang sudah di teror selama berhari-hari. Padahal mereka baru saja pindah.

Untuk Arthur yang tiba-tiba join karena lebih baik mengamankan manusia tidak berguna seperti Arthur dibandingkan memberikan 'teman' kepada penghuni rumah Danny. Yah itu yang Simon tangkap. Karena bagi Simon, Arthur itu tidak berguna! Sangat menyebalkan. Kenapa juga Arthur ini diamankan? Toh, semenjak dirinya membersihkan rumah Arthur tidak ada gangguan semacamnya.

Simon, dirinya termasuk siswa akselerasi. Hebatnya, dia telah menjadi asisten penerbitan novel dan komik online. Untuk kesimpulan lainnya adalah, sosok dihadapannya ini adalah, author yang meminta undur deadline belakangan ini.

Simon mengetahuinya karena tak sengaja melihat alat menggambar yang biasanya dipakai oleh author komik. Bukan hanya itu saja, mungkin profil kontaknya.

"I already told you, that for conditions like this I got writers block!"

"But, you're just a scumbag who gives an obscure reason! Seharusnya kau memberitahu ku alasan aslinya! Dan ya, cuti mu sudah habis author," ketus Simon kepada David.

"Sedikit sopan lah kepada diriku, Simon. Aku lebih tua dari pada kau!"

"Cih. Sopan santunku sudah menghilang semenjak mengetahui bahwa kau..."

"Jika aku memberitahumu alasan aslinya apakah kau percaya, Simon?"

Simon tercekat, benar. Tadi saja ia menyangkal bahwa ada sesuatu hal yang sangat aneh? Simon berdiri dengan kesal lalu meninggalkan David begitu saja. Wajahnya mengerucut sebal. Bukannya takut akan Simon, David malah ingin menggodanya lagi. Tunggu, bukan menggoda yang tidak-tidak. Hanya untuk melihat ornamen kesalnya saja.

"Hey, Simon..." panggil David. Ah, sudah lama sekali David tidak sebahagia ini. Mungkin karena rumah serasa lebih ramai.

"Diam pecundang!" sahut Simon dengan ketus.

Kini kita berganti pada sosok Arthur yang sedang menggeleng melihat tingkah konyol kedua partner kerja tersebut. Ah apakah bisa dibilang sebagai partner, sepertinya mereka baru saja bertemu hari ini.

Dirinya melamun, jadi temannya telah pindah? Lalu apa gunanya dirinya kembali jikalau orang yang ingin ia temui tidak pada tempatnya? Kecewa? Pasti. Tapi Arthur bisa apa? Mungkin temannya pindah karena ada penghuni di rumah tersebut. Yang menyebabkan keluarganya kacau. Hahaha, kau berpikir apa Arthur?

Tiba-tiba bocah cilik menyandar pada Arthur dengan pipi gembilnya. Matanya masih terpejam dengan mulutnya yang dimajukan. "John punya kakak, yang satu aslinya suka nangis, sama kembar tapi usil, yang satu gak pedulian yang satu cerewet minta ampun," ucapnya masih dengan mata yang terpejam.

Arthur yang melihatnya gemas sendiri, sepertinya anak ini mengingau. Itulah pikirnya.

"Tapi, John lihat semua. Sammy nangis sesenggukan, Travis yang gak pedulian meluk Justin kayak gak boleh ada yang nyentuh dia, dan John juga lihat Justin yang biasanya kayak matahari jadi lemah sekali."

Arthur terdiam, menatap John dengan bingung. Tapi tetap ia dengarkan karena terlalu gemas.

"John tadi diajak. John bilang, if that's the wrong way. John juga nangis, awalnya Sammy, tapi katanya Sammy terlalu kuat tapi Justin katanya lebih mudah. Jadi lebih gampang untuk dibawa,"

The Regret | TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang