Delapan (2)

5 1 0
                                        

 "ceritain dong kalian berdua gimana bisa ketemu nya?" pinta Enggar

Yang tadi nya Rava tengah memakan cemilannya tiba-tiba saja tersedak, reflek Ilana dan Enggar memberikan minum kepada Rava. Lalu Rava langsung mengambil gelas yang berada di tangan Ilana, ia minum hingga setengah gelas. 

"makan tuh yang bener, jangan buru-buru. Untung aja ga mati lo! eh tapi kalo mati kaya nya asik deh ahahahaa" Ilana meledek Rava yang dibalas dengan menoyor jidat Ilana. 

"kalo gue mati, entar lo galau dipundak siapa selain di gue. belom lagi nanti lo kangen lagi sama gue " sengaja Rava menyindir Ervan, ia menekan kan kata galau.

Kini Enggar dan Ervan hanya melihat tingkah kedua manusia itu. Terlihat sangat jelas bahwa Ervan cemburu dengan Rava. Enggar hanya menatap dengan tatapan kaget tapi langsung mengalihkan kegiatannya. 

"ahh jadi naa?" tanya sekali lagi oleh Enggar dengan mimik muka yang canggung.

"jadi gini kaa, Ervan ini sodara nya Anin temen akuu mantannya si Rava, dulu aku sama Anin ini deket banget. Nah pas aku lagi main ke rumah Anin kebetulan lagi ada dia kan. Aku mah cuek kan sama orang ngga dikenal, tapii dia tiba-tiba nyamperin aku minta kenalan. terus aku pikir bolehh lah dicoba, ehh deket beberapa bulan terus dia nembak aku dehh. gitu ceritanyaa ka" 

"ihh gemes bangett yaa kamu di deketin sama Ervan berarti yaa. Kalo aku mah, aku yang ngejar. Bukan Rava yang ngejar huhhh" ucap Enggar sambil menyikut pelan pinggang Rava

"aduhh gelii sayang" keluh Rava

"yailahh sayang-sayang gaya bener lo kulkas" ledek Ilana yang kini Rava hanya menatap sinis kearah nya. 

"kira aku setelah dia jadi pacar aku, dia bakal dingin kaya kulkas seribu pintu. Tapi ternyata ngga, malah hangat. Yaaa walaupun masih cuek sih hehehe" senyum tulus terlukis di wajah Enggar. 

"wahhh lo berarti keren ka bisa menakluk-kan hati ni kulkas gila" Ilana memberikan apresiasi nya ke Enggar. 

Lalu mereka ber-empat bercengkraman. Kadang menceritakan hubungan Ilana dengan Ervan, menceritakan hubungan Rava dengan Enggar, tapi lebih banyak menceritakan hubungan persahabatan antara Rava dan Ilana. 

Enggar menampi cerita dari kedua insan itu hanya dengan senyuman atau tawaan sedikit. Berbeda dengan Ervan, ia malas mendengarkan cerita kedua manusia itu. Api cemburu tengah membakar hati Ervan. Ervan memang tipikal lelaki yang posesif, tapi tidak ingin diposesif-kan. Egois. 

Waktu begitu cepat berlalu. Hari semakin malam dan jarum jam sudah menunjukkan ke arah angka 9. 

"udah jam 9 malam batas lo balik" Rava memberi peringatan kepada Ilana. Yang diberi peringatannya malah tidak sadar bahwa sekarang sudah jam 21.00. 

"lahh iya cepet amat sihh. Yaudah pulang yu sayang" ajak Ilana kepada Ervan, kemudian Ervan bangkit dari tempat duduk nya kemudian berdiri disamping Ilana. 

"yaudah kita juga sekalian pulang aja yu" ajak Enggar kepada Rava yang hanya diresponnya dengan anggukan. 

"yaudah gue duluan yaaa. Ka, kalo dia ngebut-ngebut kasih tau gue aja biar nanti gue tampol ni anak" kata Ilana sambil memeragakan seperti sedang ingin meninju Rava. Enggar hanya tertawa geli melihat Ilana. 

Kemudian Ervan pamit duluan dengan Enggar dan Rava.

"kalo sampe Ilana kenapa-kenapa, abis lo sama gue" ancam Rava kepada Ervan yang enggan membalas omongannya Rava. Lalu acuh melenggang jalan keluar cafe tanpa Ilana. 

"bro gue balik dulu bro" - Ilana

Rava menerima jabatan tangan Ilana, lalu ia menundukkan sedikit punggung nya dan mensejajarkan mulut nya dengan telinga Ilana "ati-ati, kaya nya cowo lo selingkuh lagi" dan menegakkan kembali tubuh nya, lalu tersenyum ke arah Ilana. 

Ilana hanya diam menanggapi omongan Rava, kini tatapan nya seketika berubah. Seperti yang bingung. Lalu Ilana tersenyum kikuk dan jalan tergesa keluar cafe menghampiri Ervan yang sudah menunggu nya di depan pintu masuk. 

Ervan dan Ilana memasuki dirinya kedalam mobil, lalu Ervan mengendarai mobil nya keluar dari cafe, sekarang arah jalan pulang kerumah Ilana. 

Sudah sekitar 20 menit tidak ada yang berniat untuk membuka pembicaraan, bahkan radio dari mobil pun tidak dinyalakan oleh Ervan. Kini Ilana tengah memikirkan kalimat yang tadi dibisikkan oleh Rava sambil melihat kearah jalanan yang penuh dengan cahaya lampu dari kendaraan lain. Sedangkan Ervan hanya fokus menyetir, dengan alis yang mengkerut. 

Sebal dengan Ilana yang tidak mengeluarkan suara dan keheningan yang menyeruak di mobil. Akhirnya Ervan membuka percakapan. 

"gausah deket-deket sama Rava lagi!" perintah Ervan

Ilana hanya menatap kaget ke Ervan yang tiba-tiba saja mengomel tanpa jelas kepadanya. 

"kamu apaan sih gajelas banget" lagi-lagi Ilana tidak setuju dengan perintah Ervan yang selalu menyuruh nya menjauhi Rava. Padahal Ilana dan Rava bagaikan perangko dan amplop yang tidak bisa dipisahkan. 

"aku gasuka kamu berteman sama cowo. Pokonya jauhin semua temen cowo kamu" lagi-lagi Ervan memerintah Ilana. 

"aku aja temenan deket sama cowo cuman 3 orang doang, ga kaya kamu"

"yaudah kalo gitu kamu juga jauhin tu temen cewe kamu yang banyak itu. Aku ga suka liat mereka nempel-nempel ke kamu, udah kaya lonte ngelendotin kamu mulu. Emang kamu kira aku gatau kelakuan kamu gimana dibelakang aku hahh! bisa ngga jauhin mereka?"

Ervan hanya diam membisu, tak bisa menjawab nya. Dan mereka kini sudah berada didepan rumah nya Ilana. 

"gabisa jawab kan. Kalo gitu kamu gausah ngelarang aku main sama temen-temen aku. Aku ga kaya temen lonte kamu yang ngelendotin cowo orang." 

Setelah itu Ilana melepas sabuk pengamannya dan membuka pintu nya, kemudian ditutup dengan keras pintu mobil Ervan. Akhirnya Ilana bisa menumpahkan uneg-uneg nya yang selama ini ia pendam. 

Sebenarnya kenapa Ilana bisa tahu kegiatan Ervan dibelakang nya itu karen Lauren dan Salsa membuat fake account untuk memantau para pasangannya jika sedang dibelakang mereka. Padahal Ilana sudah menolak terus, karena ia tidak ingin tahu apa yang Ervan lakukan dibelakang nya. Lebih baik ia tidak tahu dari pada tahu dan sakit hati seperti sekarang ini. 

Setelah memasuki kedalam rumah, Ilana langsung pamit ke kamar nya dengan Andre dan Lana yang kini tengah menonton tv diruang keluarga. Lalu ia mengunci pintu nya dan merebahkan tubuh nya dikasur nya setelah itu ia menumpahkan air mata nya. Kini ia biarkan air mata nya keluar, ia sudah capek dengan sikap Ervan yang ternyata masih sama seperti dulu. Omongan yang bilang bahwa ia sudah tidak seperti itu lagi ternyata bohong. 

Ternyata jika memang sudah tabiat nya seperti itu akan selalu seperti itu. Tidak bisa dirubah. Tinggal keputusan Ilana saja yang mau menerima Ervan yang seperti itu, atau meninggalkan Ervan demi kebaikan hati nya sendiri. 


TBC

He Is My (Boy)FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang