Empat Belas

2 0 0
                                    

Author POV 

Rava datang dan membawa tentengan plastik yang berisikan obat merah, kapas, dan dua botol  air mineral untuk Ilana. Lalu ia duduk di samping Ilana.

"lagi lo ngapain si ko bisa kaya gini?" protes Rava sambil membuka satu buah air mineral untuk membersihkan luka yang ada di lutut dan lengan Ilana. 

"tadi gue mau nyebrang ke halte, terus tiba-tiba ada motor kenceng terus yaudah deh"

Rava sambil membersihkan luka Ilana dan sedikit menekan di bagian luka nya. Lebih tepat nya sengaja. "mangkanya kalo nyebrang tu hati-hati, tunggu kosong baru nyebrang pea si lo"

"aww anjir gausah diteken juga luka gue, kalo ga ikhlas gausahh dah" Ilana meringis. 

Rava semakin sengaja menekan daerah luka Ilana. 

Dengan reflek Ilana memukul pundak Rava "Ravaa lo gila ya, sakit anying" 

"biar cepet sembuh" timpal Rava. Kali ini dengan pelan dan telaten Rava membersihkan luka Ilana.

"bukannya lo lagi ngedate ya sama Enggar?" tanya Ilana.

yang ditanya hanya menganggukkan kepalannya dan masih fokus dengan kegiatannya. 

"lah terus sekarang Enggar nya mana?" lagi-lagi Ilana seperti wartawan.

Selesai membersihkan luka Ilana, Rava memasukkan obat merah dan kapas nya kedalam plastik lagi. Lalu memberikan satu botol air mineral satu nya lagi kepada Ilana. "minum dulu". 

Ilana hanya menerima air mineral nya lalu menuruti apa yang diperintahkan oleh Rava. 

"tadi gue udah nelfon Danu buat jemput terus nganterin Enggar balik" jelas Rava. 

~flashback on~

Sebelum pergi dari parkiran, Rava sibuk mencari kontak Danu untuk menghubungi nya. Setelah kontak ketemu, Rava langsung menekan tombol panggilan berwarna hijau. Tak menunggu lama, diangkatlah telfon dari Rava oleh Danu. 

"nu lo dirumah ga?" tanya Rava dengan nada yang sedikit terburu-buru

"iyee, ada apa bro?"

"tolong jemput Enggar terus langsung anterin balik, nanti gue shareloc. Plis banget urgent nu, Ilana keserempet"

"haah?!"

"nanti lo gue teraktir apa aja, oke. gue buru-buru. thanks nu" Rava langsung memutuskan sambungan telfon Danu, dan juga mengirim location nya kepada Danu, Setelah itu Rava langsung menancapkan gas nya menuju tempat Ilana. 

~flashback off~

"harus nya tadi gue telfon Danu aja, biar ga ngeganggu acara bucin lo" sesal Ilana.

"gapapaa, emang harus gue duluan yang tau. jangan orang lain walaupun Danu sama Arkan" kata Rava.

"loh kenapa? kan mereka juga sahabat gue"

"ga, harus gue duluan yang dihubungin kalo lo kenapa-kenapa"

"dih siape lo? sobat gue ga lo doang Rava, Danu sama Arkan juga sobat gue. yaa walaupun Arkan kaya tai sih emang"

"nurut aje napa bocil, ribet lo" 

"iyain biar cepet. dasar kesar kepala"

"yu, pulang gue anter" lagi-lagi Rava memerintahnya. 

Tanpa penolakan, Ilana langsung berdiri dari tempat duduk nya dan menerima ajakan tebengan dari Rava. Lumayan kan tidak keluar ongkos. 

"udah bisa jalan sendirikan kan?" tanya Rava yang mengikuti Ilana bangun dari tempat duduk nya

"gue ga lumpuh curut" protes Ilana. 

Kemudian Rava jalan terlebih dahulu meninggalkan Ilana di belakangnya. 

Ilana jalan dengan pelan-pelan dan hati-hati karena lutut nya masih terasa nyeri. 

"pelan-pelan kek anjir jalannya, kaki gue sakit ini" pinta Ilana dengan sedikit teriakannya. 

kemudian Rava memutar balikkan badannya dan menghampiri Ilana yang sedang jalan tertatih-tatih. 

"lemah lo baru keserempet doang aja" ejek Rava

"dahlah anjir, gue balik naek gojek ajalah" kesal Ilana

dengan senyum tipis nya, Rava langsung menyelipkan telapak tangannya ke lengan Ilana untuk membantunya jalan agar tak terlalu sakit untuk Ilana. 

"lah gue dibopong udah kaya nenek-nenek anjir"

"banyak protes dah, gue tinggal ni" ancam Rava

Ilana mengeratkan cengkraman ke lengan Rava dan mendongakkan kepalanya ke atas untuk melihat wajah Rava yang lebih tinggi dari nya "ehehe jangann". 

Seketika Rava terpesona dengan wajah Ilana yang sedang menampilkan deretan gigi nya jadi menambah kesan manis. 

"manis" ucap Rava dengan sangat pelan

"haa apaan?" 

"ayo jalan, ngapa diem si" protes Rava. 

Rava sedikit lega, karena Ilana tidak mendengar ucapannya yang spontan. Kemudian mereka jalan ke arah parkiran untuk mengambil motor Rava lalu pulang ke rumah. 


TBC

He Is My (Boy)FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang