Sebelas

4 0 0
                                    

"brengsek" 

Rava bangkit dari duduk nya dan membuang ice cream nya dengan sembarang. Di tinggal nya Ilana, kemudian ia berjalan kearah pasangan itu. Setelah sampai di depannya, Rava melayangkan tinju nya kearah pipi lelaki tersebut sampai terjatuh ke tanah. 

Dibalas nya tinju ke arah Rava. Kini kedua lelaki tersebut memiliki luka yang sama, di sudut bibir nya. Ilana dan satu perempuan yang asing menurut nya itu kini tengah terbengong melihat kedua lelaki tersebut sedang bergulat. 

Kemudian Rava menarik kerah lelaki tersebut "maksud lo apa mesra-mesraan kaya gitu dibelakang Ilana hahh?!"

"lo selingkuh lagi dari Ilana hahh?!"

"jawab anjingg!"

Rava terus melontarkan pertanyaan makian nya kepada lelaki tersebut. Lelaki itu adalah Ervan. Ervan tidak memiliki adik atau kakak perempuan, dan Ervan pun kurang dekat dengan para sepupu nya, kecuali Anindya. 

Ervan hanya memalingkan muka nya, tak berani menatap kearah Rava. 

"lo bisu hah?!" sekali lagi tanya Rava yang semakin kuat menarik kerah baju Ervan.

Ilana memegang lengan Rava dengan mata yang sudah memerah dan berkaca-kaca "Ravaa udah ayoo pulang, malu diliatin orangg" ia hanya menatap Rava, tidak menatap Ervan. Padahal Ilana dengan Ervan terbilang sangat dekat jarak nya sekarang. 

Rava tidak memperdulikan ucapan Ilana. Ia tetap menatap tajam kearah Ervan. Pikir Rava, biar ia beri pelajaran dulu kepada Ervan karena sudah memperlakukan Ilana seperti ini berkali-kali. Perempuan yang bersama Ervan tadi hanya diam seperti patung. 

"Ravaaa pliss" rengek Ilana, kini setetes air mata Ilana jatuh di pipinya.

Akhirnya Rava mengalah, ditarik nya Ervan mendekat dengan wajah Rava dan "awas lo sampe balik lagi ke Ilana. Abis lo sama gue!" lalu ia mendorong Ervan dan lagi-lagi terjatuh ke tanah. Kemudian Ilana langsung menarik pergelangan tangan Rava untuk menjauh dari tempat Ervan berada.

Setelah jarak nya jauh dari Ervan, kini Ilana dan Rava tengah duduk di bangku taman. Terlihat diseberang jalan ada apotek, lalu Ilana jalan kearah apotek guna untuk membeli obat untuk luka Rava. Tak membutuhkan waktu lama, Ilana kembali dengan membawa kantong plastik berwarna putih. 

Ilana membersihkan luka disudut bibir Rava terlebih dahulu. Rava hanya meringis perih. Setelah bersih, Ilana langsung mengolesi nya dengan salep.

"issss pelan-pelan, jangan diteken bego" protes Rava

"gausah protes diem aja deh ah" diomeli nya Rava oleh Ilana. Setelah selesai mengobati Rava, Ilana membuang kapas yang telah digunakan nya ke tempat sampah. Lalu ia duduk kembali disamping Rava. Ilana hanya diam, tidak mau bersuara. Mata nya memerah dan tiba-tiba saja di matanya banyak sekali air mata. 

Dipeluk nya Ilana oleh Rava. Ilana meletakkan wajah nya tepat di dada Rava. Kemudian ia tumpahkan semua air mata nya, semua uneg-uneg nya, semua perasaan sedih kecewa menjadi satu. Sampai sesunggukan. Rava hanya mengelus puncak kepala Ilana dan punggung nya. Rava membiarkan Ilana menangis dengan sepuas nya, biarkan saja baju nya basah dengan air mata Ilana. 

Setelah 5 menit Ilana menangis, akhirnya tangisannya pun mereda. Lalu ia menjauhkan wajah nya dari dada Rava, Rava melepas pelukannya. Terlihat kelopak mata Ilana kini membengkak, sembab karena baru saja menangis. Ujung hidung yang sedikit memerah. 

"udahhh?" tanya Rava. Kemudian Ilana hanya menganggukkan kepala nya sambil mengusap sisa air  di matanya. 

Rava memegang kedua pundak Ilana "dengerin gue"

"mulai sekarang jalanin hubungan sama orang jangan terlalu pake hati, tapi pake logika juga. jangan karna lo sayang sama dia, lo mau aja dibuat kaya gini. Sebelum lo mencintai orang lain, lo harus mencintai diri lo sendiri. Biar lo sadar ngga nyakitin diri sendiri mulu" 

"dan satu lagi. Lelaki itu memang punya satu perempuan, tapi pasti ada aja cadangannya. Ada yang cuma buat main-main aja, ada yang dibuat serius ke masa depan, dan ada juga yang dibuat jadi lonte nya"

"lo sekarang harus belajar dari hubungan lo sama si cowo brengsek itu. Lo harus belajar bahwa mencintai seseorang itu cukup 30% aja, sisa nya lo cintai diri lo sendiri. Inget, pake logika lo juga"

Ilana tercengang dengan kalimat-kalimat yang keluar dari mulut Rava, karena baru kali ini Rava mengucapkan kalimat yang panjang dan lebar. Biasanya saja ia hanya mengucapkan beberapa kalimat. Tapi kali ini tidak. Sebuah keajaiban menurut Ilana. 

"berarti lo punya cadangan juga dong?" tanya Ilana. 

"bukan cadangan sih, lebih tepat nya cewe yang bakal gue seriusin nantinya" jelas Rava.

"enggar?" Ilana penasaran, siapa sih yang telah menaklukkan hati si gunung es ini. Rava hanya menggelengkan kepala nya

"loh terus siapaa?" 

"ah kepo banget sih lo" Rava memalingkan wajah nya kearah depan.

"jangan bilang guee. Yakannnn?!" tebak Ilana yang kepedean.

"udah ah ayo balik dah sore ni. Otak lo makin ngga beres" ajak Rava

Kemudian Rava bangkit dari duduk nya, disusul dengan Ilana. Meraka kini berjalan kearah parkiran motor. 

"awas aja pilihan lo itu gue, bakal gue musuhin lo seumur idup gue dan gue ngga mau ngeliat lo selamanya" ancam Ilana kepada Rava yang tidak merespon ucapan Ilana. 

***

Kini Ilana dan Rava telah sampai di rumah Ilana. Lalu Ilana melepas helm nya dan memberikannya kepada Rava "tengkyuuu sobat" 

"nih nanti luka nya diobatin lagi sendiri yaa" Ilana memberikan plastik yang berisi salep.

"naa, lo boleh nangis sampe malem untuk hari ini. Tapi ngga boleh untuk dikemudian hari. okeyy?" Rava lagi-lagi memberi peringatan kepada Ilana yang hanya meresponnya dengan menganggukkan kepala nya dengan lemas.

"yaudah ah gue balik. males gue liat muka lo!" 

Ilana hanya menepuk lengan Rava, yang ditepuk nya hanya tertawa kecil. Setelah itu Rava meningggalkan kediaman rumah Ilana, lalu Ilana masuk kedalam rumah nya dan beristirahat di kamar ternyamannya dia. 


TBC

He Is My (Boy)FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang