36. it hurts so much

276 34 6
                                    

Happy reading...

------------------------------------------------------------

Jam 13:35 WIB.

Alika:

Aku udah sampe rumah Mama, Bi.

Habi Arya :

Oh. Ya udah. Di sana aja dulu ya.

Alika :

Abi gak khawatir?

Habi Arya :

Gak. Kenapa harus khawatir?

Kan kamu ke rumah Mama.

Alika :

Ooh. Iya, Bi. Iya.

------------------------------------------------------------

Jam 14:15 WIB

Habi Arya :

Sayang...

Apa kabar?

Alika:

Alhamdulillah baik, Bi

Habi Arya :

Alhamdulillah kalau gitu.

Baik-baik di rumah ya.

Nanti kalau Abi pulang, kamu gak bakal kesepian lagi. Karna kan nanti ada Qeela juga.

Jangan lupa bimbing adikmu ya. Ajari dia.

------------------------------------------------------------

Membaca pesan terakhir dari Arya, Alika terdiam. Lama sekali ia menyerap kalimat Arya.

'Adikmu'

Memang dari dulu Alika sangat mendambakan seorang adik. Tapi bukan adik yang dimaksud Arya yang Alika mau.

Alika menangkup wajahnya di depan cermin berukuran satu setengah meter yang tersender ke dinding. Apa yang salah pada dirinya hingga semua yang ada padanya harus ada pembagian?

Alika ingin memiliki sesuatu dengan hak milik mutlak. Dan baru saja ia menyebut Arya demikian. Tapi, akhirnya pun Arya juga harus ia bagi dengan wanita lain.

•••

"Sini peluk, Nak. Anak mama gak boleh sedih,"  ucap Astuty yang baru masuk ke kamar Alika.

Bukan. Ruangan ini sudah menjelma jadi tempat sandera bagi Alika sejak beberapa tahun lalu. Setiap sudut hanya berisi tangisannya yang meredam. Dinding-dinding empat sisi itu yang selalu merangkul Alika. Menenangkannya.

Astuty membawa Alika dalam pelukannya.

Sebagai seorang wanita dan seorang ibu, Astuty tahu persis bagaimana posisi Alika sekarang. Ia sedang butuh tempat pelarian yang nyaman. Namun, hanya inilah yang dapat ia berikan pada Alika.

Arya & Alika 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang