42. Kepergok

216 31 5
                                    

Happy reading...

Drrrrrrrrrrrrttt!

PRAK!

Decitan engsel dan suara bantingan daun pintu terdengar nyaring memenuhi seantero ruangan 12 meter persegi itu.

Seseorang telah masuk ke sana dengan marahnya. Beruntung Zahwa dengan sigap melewati jendela dan bersembunyi di bawahnya.

"Ndak ada apa-apa di kamar ini, Mas," ucap seorang wanita dengan lembut.

Pria dengan berjambang itu menelusuri sudut kamar memastikan jika memang tak ada yang mencurigakan.

"Awas ya kamu. Kalau sampai ketahuan diam-diam melakukan apapun menyangkut Alika di belakang saya, habis kamu, Astuty!"

Haryo menyenggol lengan istrinya dan berlalu begitu saja meninggalkan wanita itu sendirian.

"Apapun ancaman kamu, Mas. Saya rela,"

"Demi anak saya!"

Wanita itu berjalan ke arah jendela dan memberi kode agar Zahwa pergi dari rumah itu. Ia takut Haryo tahu dan gadis itu akan dalam masalah. Biarlah hanya dirinya dan Alika saja yang hidup di bawah tekanan dan ancaman pria seperti Haryo.

Astuty duduk di kasur Alika sembari memandang foto anak kesayangannya itu.

Adalah kesalahan besar saat dia memutuskan untuk menerima lamaran Haryo dan mengikuti kepicikannya. Hingga ia gelap mata memusuhi dan menelantarkan anak sendiri.

PLAK!

"Tanda tangani ini!"

Sebuah map warna biru mendarat di wajah Astuty dengan mulus. Wanita itu mengambilnya dan langsung menuju pelemparnya.

"Apa ini, Mas?"

"Surat." Jawabnya datar tanpa ada niatan untuk menjelaskan lebih lanjut. Kedua tangannya ia lipat di depan dada.

Astuty membuka map itu dan memastikan isi dari surat yang dimaksud Haryo.

"Ini saya gak salah, Mas?"

"Mas mau menjual rumah ini?"

Astuty berdiri seketika mengetahui apa niat gila Haryo kali ini.

Tanpa berdosa Haryo menjawab, "Yap."

"Mas gila apa? Rumah ini satu-satunya harta yang tersisa. Yang Alika pertahankan mati-matian. Sekarang mas mau menjualnya, kita mau tinggal dimana, mas?"

"Halah. Hutang saya banyak yang harus dibayar! Soal Alika dan tempat tinggal kamu itu urusan nanti. Saya gak peduli!"

Astuty menggeleng-geleng tak habis pikir dengan jalan pikiran suaminya itu. Dapat ilham dari mana ia dulu sampai luluh dengan pria iblis ini. Pikirannya dangkal dan bejat.

"Astaghfirullah, Mas,"

"Hadeeuh. Malah ngucap,"

Haryo memutar bola matanya. Ia menatap Astuty tak suka.

"Buruan tanda tangan gue butuh duit!"

"Gak akan! Gak ada uang sepersen pun dari rumah ini untuk penjudi kayak Mas!" Sahut Astuty sengit.

"Sialan! Berani melawan gue ya sekarang!"

Haryo menampik wajah Astuty dengan ibu jari dan telunjuknya. Begitu kuat hingga dagu wanita itu terangkat. Ia meringis kesakitan, tapi Haryo malah tersenyum puas.

"Dengar ya, cantik. Selama kamu mengikuti perintah saya kamu aman,"

"Tapi, sekali kamu menentang saya. Kamu dalam bahaya. Ingat itu!"

Arya & Alika 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang