44.Terkuak 1

85 13 5
                                    

Happy reading...

Dalam hitungan jam, berita penemuan mayat misterius itu telah tersebar di segala penjuru kota. orang-orang berdatangan menuju gudang yang sudah lama ditinggalkan, tempat penemuan mayat tersebut. sebentar setelahnya garis polisi telah melingkar di lokasi tersebut membatasi massa agar proses evakuasi berjalan dengan cepat. 

"Mayat siapa, Mbak?" tanya Bunda Lis pada Mbak El yang barusaja bertolak dari TKP.

Mbak El memasang wajah takut, lebih tepatnya ngeri. 

"Belum tau, Umi."

Wanita paruh baya itu mengambil posisi duduk di kursi samping Bunda Lis. 

"Kemaren ada kabar orang hilang, sopir truk," tambah Mbak El setelahnya.

"kemungkinan sih, mayat orang itu, Umi." jelasnya berasumsi.

Bunda Lis melafaskan kalimat duka di bibirnya. 

"sopir truk?" Arya tersadar dari diamnya yang panjang. Ia berdiri dari duduknya.

Mbak El mengangguk pelan. 

Arya kembali terdiam. 

Beberapa hari ini Arya dan rekan-rekannya sedang mencari tahu identitas sopir truk yang menabrak istrinya. Namun masih belum membuahkan hasil. Arya berharap kasus Alika ini cepat selesai den terbongkar. Sehingga Alika dapat beristirahat dengan tenang di sana. tapi bagaimana mau cepat. sejak awal kejadian sebulan yang lalu hingga sekarang tak satuapun menemui titik terang. 

"Siapalah yang tega membunuh orang itu, Ya Allah! Apa gak kasihan, Gusti Nu agung!" ucap Mbak El yang masih terngiang-ngiang. 

"Begitulah manusia Mbak El. Jika Syaitan sudah masuk ke diri kita, apapun itu akan terjadi. karena apa? karena hasutan Syaitan itu luar biasa dahsyatnya."

"iya ya Umi. sama halnya dengan Neng Lika," ungkap Mbak El seketika menutup mulutnya. ia tahu bagaimana perasaan Arya sekarang. terlebih setelah mendengar kematian supir truk itu, ia kembali mengingat orang yang telah menghabisi istrinya.

"Saya pergi dulu, Umi, Mbak El. Assalamualaikum!"

Arya pamit pada dua wanita yang tengah berbincang itu.

"eh, Gus jangan marah atuh. Mbak El keceplosan," ungkap Mbak El yang merasa bersalah.

"udah Mbak El. sepertinya Arya emang lagi ada kerjaan," Bunda Lis menenangkan wanita tersebut agar tak salah paham dengan sikap putranya.

---

Sekitar jam sepuluh malam, Arya kembali mendengar kabar bahwa pelaku pembunuhan terhadap sopir itu telah ditemukan. itu artinya belum genap dua puluh empat jam dan polisi telah meringkus pelakunya di luar kota. sangat cepat sekali respon pihak kepolisian dalam kasus ini. berbeda jauh dengan kasus istrinya. bahkan ditutup begitu saja tanpa ada penyelidikan lebih lanjut.

Drrrrrt!

Ponsel milik Arya berdering petanda ada panggilan yang masuk. Pria itu segera mengangkatnya.

"Siapa?" tanya seorang pria saat Arya telah memutuskan sambungan teleponnya.

"Zahwa, Bang,"

Ali mengernyitkan keningnya.

"Papa Zahwa bilang, kasus Alika menemui titik terang!" Lanjut Arya bersemangat.

"Hasil otopsi baru sudah keluar. Dan jenazah itu bukan Alika bang,"

Ali semakin bingung.

"Itu artinya..." Gumam Ali hampir tak terdengar.

"Alika masih hidup?" Lanjutnya sedikit ragu.

Raut wajah Arya kembali terang. Ada sinar baru di matanya.

Arya memeluk Ali dengan kuat. Sangat erat sekali. Rasa bahagia dari pria itu dapat dirasakan langsung oleh Ali.

"Ada apa ini, Ali?"

Bunda Lis memasuki kamar Arya dan mendapati dua anaknya sedang berpelukan.

"Umi, Alika masih hidup!" Seru Arya berlarian menuju Bunda Lis.

"Istighfar, Nak. Alika sudah tenang disana," Bunda Lis bermaksud menyadarkan Arya dari pikiran kotornya. Bukan hanya sekali Arya mengatakan bahwa istrinya masih hidup. Ini adalah kesekian kalinya.

Matanya basah tapi tak ada tatapan sedih di sana. Hanya ada harapan yang besar akan kabar yang barusaja ia terima.

" Tidak, Mi. Orang yang meninggal itu bukan Alika. Tapi orang lain. Keluarganya sudah datang ke kantor polisi membenarkan. Dan hasil otopsi juga menunjukkan kalo itu bukan Alika, Mi!" Bantah Arya meyakinkan.

Mendengar hal itu, Bunda Lis ikut senang dan membalas pelukan hangat putra bungsunya.

"Alhamdulillah Ya Allah. Segala puji bagi Allah yang maha segalanya," tutur Bunda Lis.

Tak terasa Ali ikut mengeluarkan air mata. Tapi segera disekanya. Ia berjalan menatap luar jendela.  Menghela napasnya panjang.

'Apa yang terjadi jika Arya mengetahui semuanya?' Desis hati kecil Ali. Ia memicingkan matanya. Suara itu masih nyaring di kepalanya. Suara yang tak sengaja ia dengar malam itu.

Saat itu Ali sedang ingin menemui pimpinan perusahaan untuk persiapan acara pengajian kantor yang akan diisinya besok lusa di perusahaan itu. Langkahnya terburu-buru karena hari sudah larut malam. Tapi kakinya berhenti di depan sebuah ruangan.

"Hanya membunuh wanita lemah saja kau tidak bisa? Pecundang!"


"Kau pantas mati!"

Samar, terlihat pria gendut itu mengancam seseorang melalui layar laptopnya.

"Tolong, Tuan. Jangan bunuh saya. Jika saya mati, mau makan apa anak dan istri saya," ucap pria di seberang sana dengan suara memelas.

"Saya tidak peduli. Hanya sopir saja belagu! Kau sudah membuat hidup saya dalam bahaya! Sekarang rasakanlah akibatnya"

"Ampun, Tuan!"

"Habisi dia!" Titah pria di ruangan itu pada anak buahnya.

Suaranya menggelegar di seluruh ruangan. Tanpa sadar bahwa ada sepasang bola mata yang sedang mengamati ulahnya di balik daun pintu yang terkuak sedikit. Cerobohnya ia yang tak memastikan terlebih dahulu.

"Hahahaha!" Gelak tawanya terdengar renyah dan penuh kemenangan.

Pria pemilik sepasang bola mata itu bertolak menjauhi ruangan. Ia bergetar ketakutan.

•••

Assalamualaikum readers..
Akhirnya setelah sekian purnama author bisa update cerita ini lagi. Terimakasi sudah setia menantikan❤️🥺.

I love you All🤍🤍

Arya & Alika 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang