38. bendera putih

224 35 8
                                    

Happy reading...

"Cari daun! Cari daun!"

"Tutupi tubuh korban!"

"Ayo cepat!"

"Innalilahi gais. Ada kecelakaan di depan RSIA Aisyah! Korban tewas di tempat,"

"Lagi hamil gais!"

"Truknya kabur gais!"

"Hei! jangan cuma divideoin!"

"Jangan bikin vlog, b*d*h! Bantu cari kardus nih darahnya melebar kemana-mana,"

"Ayolah! Telfon polisi!"

"Telfon ambulans!"

Arya tertegun mendengar rekaman video yang diputar dari ponsel orang-orang yang ada di rumah sakit. Beberapa akun media sosial terdekat pun dengan cepat memosting kabar duka ini.

 Beberapa akun media sosial terdekat pun dengan cepat memosting kabar duka ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Betapa mencekamnya peristiwa itu. Dimana seorang perempuan ditabrak truk dengan muatan berton-ton kemudian diseret di sepanjang aspal yang kasar dan panas.

Tak terbayangkan oleh akal sehat Arya, tapi demikianlah kejadian yang sudah merenggut istrinya, meski belum pasti. Tapi semua bukti telah membicarakan kepastian.

Arya menyudutkan tubuhnya ke dinding yang dingin. Merangkul tubuhnya sendiri dan tetap berusaha tenang. Hingga...

"Jenazah korban sudah boleh di bawa pulang, Mas. Silahkan keluarga menyelesaikan administrasi terlebih dahulu,"

Kepala Arya tegak. Semua anggota keluarga mendekati suster itu.

"Benarkan istri saya, Sus?" Arya sekali lagi memastikan.

Suster muda itu tak menjawab. Ia hanya menunduk dan itu semua sudah cukup jelas.

"Apa dasar kalian mengatakan bahwa itu menantu saya? Hah?"

Bunda Lis mengguncangkan tubuh suster itu.

Suster itu memberikan sebuah amplop berisi hasil autopsi, "surat ini menyatakan bahwa korban benar atas nama Alika Aisyah, Bu."

Bunda Lis terkulai lemas. Tubuhnya terjatuh ke pelukan Aisyah yang baru saja sampai bersama suaminya dari Bogor.

"Arrrgh!"

Teriak Arya sekuat-kuatnya. Didaratkannya sebuah pukulan kuat pada dinding rumah sakit. Dari sana, mengucur darah segar dari punggung tangannya. Ia tak perduli. Perihnya tak sebanding dengan apa yang sedang ia rasakan.

"Kamu selalu saja ceroboh, Lika. Selalu merasa bisa melakukan semua sendiri dan lupa kalau kamu punya aku! Kamu egois!"

"ARYA!"

PLAK!

"Alika egois karena kamu, Arya!"

"Kamu gak pernah ada buat Alika,"

Arya & Alika 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang