19. Sorry 2

562 47 17
                                    

Happy reading...

"Arya, Qeela sadar!!!"

Sontak Arya menyeka air matanya dengan cepat. Ia segera menoleh ke seberang jalan.

Disana berdiri Pak Basir mengabitkan untuk segera kembali. Samar-samar Arya melihat garis senyum terpatri di wajah pria itu.

Qeela sadar. Ya, berita yang sangat dinanti-nantikan setelah selama hampir empat hari gadis itu koma. Walau sempat beberapa kali tersadar, tapi itu hanya berselang beberapa detik sebelum kembali dinyatakan koma.

Arya melafalkan kalimat syukur seraya mendekat ke sumber suara.

"Akhirnya, Ya. Anak saya kembali!" ucap Pak Basir sembari memeluk Arya sebagai ungkapan bahagia yang tiada tara.

Ia memagut Arya hingga pria itu kesusahan bernapas. Arya diam saja. Ia tak tau harus ikut bahagia atau malah sedih. Tapi untuk saat ini ia berusaha tersenyum, walau hatinya gelisah.

"Ayo, Arya! Kita ke dalam," ajak Pak Basir kemudian sambil menyeka sudut matanya.

Arya mengikuti Pak Basir dari belakang. Di perhatikannya betapa bahagianya Pak Basir saat ini. Saat kabar putri satu-satunya dinyatakan berhasil melewati masa kritisnya. Arya tersenyum tipis, betapa gagahnya Pak Basir saat berjalan tegap seperti ini.

•••

"Lihatlah Arya! Putri saya berhasil," ujar Pak Basir untuk kesekian kalinya terlontar dari bibirnya.

Berhasil disini adalah sebuah kemenangan yang luar biasa yang dicapai Qeela. Di saat semua sudah mulai putus asa melihat kondisinya, Allah memperlihatkan kuasa-Nya. Membangunkan Qeela dari tidur panjangnya.

Arya tersenyum mengiyakan ucapan Pak Basir. Ia menatap gadis yang sedang terbaring itu. Seorang wanita di sampingnya tak henti mencium wajah putrinya itu. Hingga Qeela beberapa kali mengernyit karena perlakuan sang ibu.

Qeela menatap Arya lekat. Menunggu pria itu membalas menatapnya. Tapi, Arya hanya memandang lurus tanpa terpusatkan. Ia seperti punya pikiran lain hingga wajah menawan Qeela tak mampu menariknya.

"Gus Arya," panggil Qeela memberanikan diri membuka suara. Suara pertama yang ia keluarkan setelah ia siuman.

Arya menggeleng pelan seolah tersadar dari lamunan, "Ya, Qeela?" sahutnya berusaha fokus pada gadis itu.

"Makasih udah setia nemanin Qeela!" ucapnya membagi pandangan pada Arya, Papa, dan Mamanya. Sepasang suami istri itu tersenyum seolah mengiyakan ucapan putrinya.

"Sama-sama Qee," sahut Arya ramah. "Cepat sembuh, ya!"

Qeela menampilkan senyuman terindahnya. Ia merasa semangat mengalir deras di pembuluh darahnya saat mendengar ucapan Arya, yang dulu hanyalah khayalan.

Gadis itu bersyukur kini Arya ada di dekat nya dengan nyata. Tak lagi hanya foto dan goresan tinta di buku hariannya. Ah, jika mengingat itu rasanya Qeela tak ingin lagi kehilangan Arya. Ia merasakan hidupnya lebih berarti jika Aeya di sampingnya.

Dan itu dapat Arya rasakan. Walau Qeela tak mengungkapkannya, hati kecil Arya mengatakan bahwa gadis itu sangat menginginkannya. Itu seharusnya tak pernah terjadi.

"Gus, foto yuk! Boleh?"

Qeela menyodorkan ponsel miliknya pada Arya. Tatapannya dibuat semeyakinkan mungkin agar Arya tak menolak. Benar saja! Arya memang tak bisa melihat seorang gadis memohon sedemikian rupa padanya. Ia menerima ponsel itu.

Setelah mengambil beberapa foto yang mana dirinya juga masuk di dalam jepratan itu, Arya mengembalikan ponsel tersebut. Ia memilih duduk di kursi samping temoat tidur Qeela. Menemani gadis itu karena Pak Basir dan istrinya baru saja izin pamit untuk menebus obat Qeela.

Arya & Alika 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang