Part 14 - Misi Kecil Case

4 0 0
                                    


--- Case Duncan's POV ---

Basement Akademi Underworld

"Kak, Cody cidera!" Seruku sambil membuka lebar pintu ruang kerja Kak Gab atau orang yang seharusnya ku panggil penanggung jawab jika sedang berada di basement.

Duk!

"Auw!"

Pandanganku langsung tertuju pada meja yang bergetar di depan kami. Aku yakin kepala Kak Gab yang membuat meja itu bergetar. 'Dasar ceroboh...'

"Jade!" Teriak Kak Gab yang muncul dari balik meja seperti Whack a Mole. "Sudah ku bilang ketuk pintuku sebelum kau masuk, dan panggil aku penanggung jawab!"

"Ya, kak." Jawabku mengabaikan cicitan Kak Gab yang langsung menatapku sambil menyipitkan matanya. "Lengan Cody cidera, dia tidak bisa latihan besok."

"Apa?! Cepat ke ruang kesehatan dan minta perawatan!" Kak Gab yang tadinya sedang berjongkok di balik meja langsung berdiri dan mendorong-dorong Cody agar ke ruang kesehatan. Aku bisa melihat raut wajah Cody yang tidak nyaman karena kehebohan Kak Gab.

"Aku hanya terkilir..."

"Bagaimana kalau ternyata ada yang retak?!"

"Tapi aku-"

"Retakan di lengan itu berbahaya! Kau bisa infeksi dan-"

"Ah! Baiklah aku akan ke ruang kesehatan! Berhenti mendorongku!" Cody berbalik agar Kak Gab berhenti mendorongnya dan berhasil. Dia juga berhasil menghentikan kehebohan Kak Gab.

"Jangan lupa tanyakan ke petugas kesehatan kapan kira-kira cideramu sembuh dan kembali kemari untuk melapor. Aku perlu membuat ulang jadwal kalian."

'Kenapa harus mengatur ulang jadwal kami? Kak Gab kan hanya perlu memberitahu pelatih kalau Cody tidak bisa latihan...'

"Ya, akan ku lakukan." Jawab Cody dengan malas.

"Jade, kau tidak menemaninya?" Tanya Kak Gab.

"Aku di sini saja. Lagipula Cody akan kembali ke sini nanti." Jawabku santai sambil duduk di kursi kerja Kak Gab.

"Aku juga bukan anak kecil... Aku tidak perlu ditemani!" Setelah menggerutu, Cody pergi dengan kesal. Bisa ku lihat dari kakinya yang agak menghentak-hentak seperti anak kecil. Kalau dia bersikap seperti itu, bagaimana bisa kami menganggapnya sudah dewasa...

"Hah... Aku baru saja menyelesaikan jadwal misi kalian, tapi aku harus mengaturnya lagi sekarang." Keluh Kak Gab sambil duduk di depanku. Ia membalik laptopnya dan mulai mengetik sesuatu di sana.

"Misi apa? Tes?"

"Misi sungguhan." Jawabnya sambil menghela nafas sekali lagi.

"Oh..." Aku berpura-pura tidak peduli karna itu yang biasa ku lakukan. Lalu dengan santai aku memutar kursiku untuk mencari petunjuk, dan mataku tertuju pada map coklat yang hampir jatuh di atas sebuah laci besi.

Saat aku berbalik, Kak Gab masih sibuk dengan laptopnya. Dahinya berkerut karena berpikir. "Aku mau mengambil minum, apa Kak gab mau juga?"

Bruk!

"Oops." Dengan sengaja aku mundur keras-keras hingga map coklat itu jatuh, kertas di dalamnya berserakan di lantai. "Akan ku rapikan." Aku menggunakan kesempatan ini untuk melihat isi kertas di dalamnya. Benar saja, map ini berisi misi-misi yang akan diberikan pada tim kami.

"Jangan! Biar aku saja!" Kak Gab buru-buru menutupi kertas-kertas itu dan mengembalikannya ke dalam map. Untungnya aku berhasil melihat sebagian besar isi kertas-kertas itu.

Tok. Tok. Tok.

Klek.

"Petugas kesehatan bilang tanganku hanya terkilir, bisa sembuh dalam beberapa hari." Kata Cody yang masuk setelah mengetuk pintu. Wajahnya seakan berkata 'Benar kan yang aku katakan?'.

"Baiklah, kau bisa beristirahat mulai besok. Kalau lenganmu sudah sembuh, pergilah ke ruang kesehatan untuk memastikan, lalu laporkan padaku." Kak Gab memasukkan map coklat itu ke dalam laci besi dan bergumam. "Ku rasa aku bisa memberikan misinya tepat setelah Quartz sembuh..."

"Misi? Misi apa?" Tanya Cody penasaran. Aku tidak menyangka dia akan mendengar gumaman Kak gab dari dekat pintu.

"Sudah waktunya kita kembali ke asrama, banyak tugas yang harus kita kerjakan. Bye, Kak Gab." Aku mengalungkan lenganku ke leher Cody dan menyeretnya. Bisa gawat kalau tiba-tiba Cody penasaran pada misi yang biasanya kami hindari.

"Lepaskan aku, Jade!" Serunya sambil berusaha lepas dariku. Telingaku terasa gatal setiap Cody memanggilku Jade, rasanya sangat asing.

Kami keluar dari basement dan kembali ke asrama. Setelah sampai di kamar, aku menceritakan pada Cody apa yang terjadi di ruang Kak Gab saat dia pergi.

"Kita harus memberi tahu Mesya!" Serunya dengan senyum lebar. Cody selalu buruk dalam menyembunyikan perasaan, untung saja aku segera menyeretnya pergi tadi.

"Ngomong-ngomong soal Mesya... Apa kau tidak merasa ada yang aneh? Seakan-akan dia tahu kalau Kak Gab memiliki informasi tentang misi itu."

"Apa maksudmu?" Tanya Cody polos.

"Map itu tidak ada di ruang kerja Kak Gab kemarin sore dan Kak Gab pulang bersamaan dengan kita. Jadi kemungkinan map itu diberikan padanya hari ini. Hari yang sama di mana Mesya menyuruh kita untuk mencari informasi soal misi itu." Jelasku. Sekilas aku bisa melihat raut wajah Cody berubah, menunjukkan raut wajah sedih yang selalu dia perlihatkan setiap aku mencurigai Mesya.

"Kak Gab sudah pernah bilang kalau kita akan mendapatkan misi setelah Mesya bergabung, dan aku yang memberi saran untuk mencari tahu tentang misi itu lewat Kak Gab. Ku rasa keanehan yang kau maksud hanya kebetulan."

"Hm..." Apa yang dikatakan Cody benar, tapi aku tetap merasa ada yang mengganjal.

"Case." Cody menyentuh bahuku dan membuat perhatianku tertuju padanya. "Aku tahu kau tidak bisa sepenuhnya percaya pada Mesya. Seorang gadis biasa yang berhasil lepas setelah ditangkap oleh organisasi, bahkan dia juga menghancurkannya. Padahal kita, yang sejak kecil mengenal organisasi dan dilatih untuk menjadi salah satunya. Kesulitan untuk kabur..."

'Aku tidak bisa mempercayai Mesya. Dia selalu membuatku bertanya-tanya. Perilakunya yang selalu terlihat seperti mengetahui apa yang akan terjadi, dan sikapnya yang selalu tenang dalam berbagai latihan tidak wajar yang diberikan organisasi. Dia terlihat lebih mirip bagian organisasi Underworld daripada kami.'

"Menurutku Mesya bisa melakukan semua itu karena dia memiliki keberanian yang tidak kita miliki. Maksudku... Bukankah kita memiliki banyak kesempatan untuk kabur? Tapi kita tidak pernah melakukannya." Bibir Cody tersenyum, tapi matanya terlihat kesal.

Aku menghela nafas dan mengacak-acak rambut Cody. "Ya, kau benar. Ku rasa aku hanya iri karena tidak bisa melakukan apa yang Mesya lakukan."

"Hentikan, Case! Kau merusak gaya rambutku!" Teriaknya. Aku tersenyum melihat ekspresi sedih di wajahnya menghilang.

"Ck, kita akan tidur sebentar lagi, apa pentingnya gaya rambut?"

"Tentu saja penting. Karna kita akan menemui Mesya." Senyum lebar di wajah Cody kembali terlihat, tapi aku lebih terkejut dengan apa yang dia katakan.

"Apa?"

"Kita akan memberi tahu Mesya tentang misi itu sekarang!" Cody membuka jendela kamar kami yang berada di lantai dua dan keluar dari sana.

"Cody!" 

The New UnderworldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang