POV: Mesya Salathiel
Akademi UnderworldAku keluar dari mobil hitam yang ku tumpangi, begitu juga dengan Kak Anne yang keluar dari sisi lain mobil. Angin menerpa rambutku, sehingga aku harus menyibaknya untuk melihat keadaan akademi yang sedang tidak baik-baik saja. Puluhan polisi berdiri mengelilingi Akademi Underworld dan suara sirene mobil mereka bercampur aduk dari segala sisi.
Tentu saja aku tidak terkejut sedikit pun, karena semua ini sudah direncanakan...
Aku berjalan lurus ke arah pintu gerbang Akademi Underworld sampai salah satu dari polisi itu menyadari keberadaanku.
"Hei!" Teriaknya sambil menoleh ke arahku. "Apa kau tidak melihat garis kuning ini?"
Tanpa bicara aku mengeluarkan sebuah kartu identitas berwarna perak dari balik sakuku. Polisi itu melihat kartu identitas di tanganku dengan wajah bertanya-tanya. Jelas sekali kalau ini pertama kalinya dia melihat kartu identitas tersebut.
"Hah??? Apa-"
"Oh, Anda tamu Profesor Blue dari pemerintahan." Sela polisi lain dengan seragam yang berbeda. Seragamnya terlihat lebih formal dan memiliki banyak aksesoris. Sepertinya dia orang yang bertanggung jawab dalam pengepungan ini. "Silahkan masuk."
Aku menundukkan kepala dan berjalan masuk bersama dengan Kak Anne yang mengikuti di sebelahku.
"AAAAA!!!! TOLONG!"
"LEPASKAN AKU!"
"BERHENTI DI SANA!!!"
Keadaan di dalam terlihat lebih riuh daripada suara sirene polisi yang berbenturan di belakangku. Pelajar serta staf Underworld berlarian dengan wajah ketakutan, dan sebagian terlihat marah karena merasa diperlakukan dengan tidak adil.
"Kenapa anak-anak zaman sekarang sangat berlebihan? Pengepungan Underworld yang dulu tidak se-drama ini." Keluh Kak Anne sambil melihat pelajar yang menangis meraung-raung saat dibekuk oleh pihak kepolisian.
"Mereka pikir mereka akan aman selama berada di bawah perlindungan Underworld." Jelasku. Kak Anne menggelengkan kepalanya, wajahnya jelas menghina betapa bodohnya orang-orang itu.
"... MESYA! DIA JUGA ANGGOTA UNDERWORLD!"
Aku menoleh saat mendengar suara yang menyebut namaku dengan lantang. Aku mengenalinya, si peringkat satu tes fisik. Dengan tidak sopan dia menunjuk ke arahku dan terus berteriak kalau aku adalah anggota Underworld.
Aku mengalihkan pandanganku ke anggota kepolisian yang sedang menahannya di tanah. Anggota kepolisian itu mengangguk padaku. Ku rasa pria paruh baya di depan sudah memberitahukan kedatanganku pada seluruh anggota yang ada di sini.
Sekali lagi aku melirik ke arah si peringkat satu tanpa menurunkan daguku. Kini wajahnya terlihat bingung. Dengan sengaja aku tersenyum, lalu pergi begitu saja tanpa menanggapinya. Aku yakin dia cukup pintar untuk menyadari perilakuku yang memandang rendah dirinya.
"Grrr! SIALAN!"
"Hei!"
Aku bisa mendengar suara langkah kaki berlari ke arahku dari mana si peringkat satu berada, tapi aku tidak menoleh sedikitpun. Karena...
Krakk!
"Sudah lama sekali aku ingin melakukan ini..." Kata Kak Anne yang menghadang si peringkat satu sebelum menyerangku.
Ku lihat si peringkat satu sudah terkulai di tanah dengan hidung yang memerah dan mengeluarkan darah. Ku rasa Kak Anne menendangnya hingga hidungnya patah... Hal itu membuatku tersenyum.
--- TIMESKIP ---
Ruang Kontrol, Basement, Akademi Underworld
Tap, tap, tap, tap...
Suara hak boots yang ku pakai menggema di ruang kontrol yang berantakan. Ruangan ini terlihat seperti baru saja terkena gempa. Semua mesin masih menyala dan berbagai macam perangkat berserakan di mana-mana. Ku rasa para staf Underworld langsung berlarian keluar setelah menyadari polisi mengepung mereka.
Aku berjalan ke bagian utama mesin kontrol dan membuka laptop yang sedari tadi ku bawa.
"Hi. Me. Sya." Seru suara robotic dari dalam laptop setelah aku menyalakannya. Muncul halaman baru dengan background hitam dan ikon kucing berwarna hijau dengan gaya pixel di layar. Kucing itu menggerak-gerakkan mulutnya seakan sedang bicara.
"Hai, March. Berapa lama waktu yang kau butuhkan untuk memindah semua data yang ada di sini?" Tanyaku sambil memasang kabel USB untuk menghubungkan laptop dengan mesin kontrol utama.
Bip, bip, bip!
"Cal. Cu. La. Ting." Pixel kucing di layar terlihat sedang menghitung sekarang. Angka-angka bermunculan di sekitarnya dan kucing itu terlihat kesulitan menghitung hingga pingsan dan mengeluarkan asap dari kepalanya.
'Orang-orang IT sangat eksentrik...' Pikirku.
"57 Mi. Nu. Tes." Jawab March sambil memunculkan angka itu di layar.
"... Waktunya cukup."
"Trans. Fe. Ring. the. Da. Ta." Dengan sigap March melakukan apa yang ku mau. Kini layarnya berubah menjadi halaman loading dengan kucing yang berjalan di atas bar.
"Kenapa tidak membulatkannya jadi satu jam saja..." Gumam Kak Anne di belakangku sambil menyandarkan dagunya di bahuku.
"Ck, ck, ck, Anne, Anne, baby~ Aku harus melakukan perhitungan dengan tepat dan rinci. Ini yang membuat misi kita selalu berjalan dengan sukses~" Suara March muncul dari pengeras suara yang ada di ruang kontrol. Sepertinya dia sudah mulai masuk ke dalam mesin utama yang mengontrol basement.
"Ck." Tanpa melihat, aku bisa tahu kalau Kak Anne sedang memutar matanya sekarang.
"March, update perkembangan kita pada-Nya." Perintahku.
"Okidokie~!"
Aku kembali memperhatikan loading bar yang terus berjalan. Sebentar lagi organisasi gelap terbesar di kota ini akan hilang tanpa sisa. Orang-orang hanya akan mengenal Underworld sebagaimana mereka mengenal tempat-tempat bersejarah...
Organisasi Underworld... Akan dihapuskan dalam beberapa menit.
KAMU SEDANG MEMBACA
The New Underworld
Action"Saya tidak akan berbicara banyak, tujuan saya menerima undangan masuk ke Underworld Academy adalah untuk membebaskan kita seutuhnya dari Underworld. Sama seperti yang sudah saya lakukan sebelumnya. Terima kasih." - Mesya Salathiel Setelah berhasil...