Prolog

1.5K 90 8
                                    

Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarokatuh

Selamat Membaca


"Bun, Gibran mau pergi dulu. " ucapnya memberitahu pada bundanya.

Bunda sedang di gazebo rumahnya bersama sang Ayah menikmati suasana sejuk di sore hari.

"Mau kemana? Ini udah jam 4 sore." ucap bundanya melihat jam tangan mahal melingkar di pergelangan tangan kananya.

"Mau ketemu My dearest." ucapnya tanpa malu.

Kalo dengan keluarga nya Gibran memiliki sifat tidak terlalu cuek. Tapi memang sifat diamnya sudah sejak lahir.

"Besok kan bisa?" saran Ayahnya memandang anak satu satunya.

"Maunya sekarang," ucap Gibran tegas.

Ayahnya juga tak kalah datar, memang keturunan Caesar seperti itu.

"Kalo gitu salam ya buat My dearest kamu." ucap bunda mengalihkan ketegangan keduanya.

"Hm, assalamualaikum," ucap Gibran.

"Waalaikumsalam." mereka kompak.

"Dasar anak itu, kok sama kaya kamu sih datar gitu?" ucap Bunda pada suaminya.

Suaminya menggendikan bahu. Bunda hanya menggeleng.

Di taman

My Dearest 💖😘

Kamu di mana? Kenapa nggak mau aku jemput?

Angkat telfon ku

Sayang?

Sangat berbeda dengan sifat aslinya yang datar, cuek .

Namun berbeda dengan tampangnya.
Alis tebal, hidung mancung, rahang kokoh. bibir tidak terlalu tebal, kulit putih, tinggi 187cm, Idaman.

My Dearest 💖😘

Aku di belakang kamu

Cepat, Gibran memutar tubuhnya ke belakang dan benar seorang gadis mungil memakai dress di atas lutut  berwarna pink tampak sangat cantik.

Namun Gibran tidak menyukai pakaiannya karenaterlihat jelas bahu putih dan betis putih kekasihnya.

Jika kalian berpikir mereka adalah remaja SMA maka salah, kedua sejoli ini adalah remaja yang baru akan memasuki masa putih abu abu.

Yap! Mereka masih SMP lebih tepatnya Gibran akan memasuki masa menuju putih abu abu sedangkan sang kekasih menunggu dua tahun lagi untuk menyusul, seperti Gibran.

Gibran langsung melepaskan jaket bombernya pada sang kekasih yang tampak tak terkejut sudah biasa.

Sang kekasih hanya tersenyum manis menambah kecantikan nya. Banyak pasang mata melihat mereka lebihnya tepatnya pada sang kekasih yang sangat cantik.

"Duduk dulu." Gibran menarik tangan sang kekasih ke bangku yang tadi ia duduki.

Bangku tersebut menghadap ke arah pusat anak anak bermain dan banyak pasangan sedang menghabiskan waktu bersama.

Gibran merangkul sang kekasih dengan senyumnya."Ada apa?" tanya Gibran lembut.

Sang kekasih diam memandang lebih tepatnya mengamati setiap lekuk wajah sang kekasih yang tampan.

AZEL'S Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang