Assalamualaikum
Warahmatullahi WabarokatuhSelamat Membaca
Gibran bersungut marah memegang dadanya tepat terarah ke jantung. Bukan sakit yang ia keluh namun marah, ia tidak mawas di dada bidangnya.
"Maafin aku " lirihnya tampak sesal mengelus dada bidangnya. Lalu menaikkan kecepatan laju motornya.
Apa yang membuat Gibran sebegitu pedulinya terhadap bagian tubuhnya lebih tepat di dada bidangnya.
Sebelum pulang Gibran selalu menyempatkan melihat rumah sang kekasih, baik berangkat maupun pulang, itu salah satu dari caranya mencairkan rindunya. Selain memandang kenangan dan foto sang kekasih yang begitu banyak tertempel di dinding kamar luasnya.
Gibran mengernyit karena melihat lampu kamar seseorang yang selalu ia tunggu menyala. Apa mungkin? Batinya antara senang dan takut kecewa lagi.
Karena ia pernah menerobos ke dalam rumah dan melihat kamar sang kekasih namun kosong dan ia sudah di beritahu satpam penjaga rumah itu kalo itu memang di sengaja sang satpam. Si satpam mengatakan kalau ia lupa mematikan lampu kamar setelah sekedar mengecek. Yang memang sudah menjadi tugasnya.
Barulah Gibran melihat bahwa apa yang di katakan satpam itu benar dan ia pulang dengan hati kecewa.
Gibran menunduk mencengkram pagar besar rumah sang kekasih dan menghela nafas memutar arah kembali untuk pulang ia lelah, lelah hati.
Brumm brumm
Kedua orang tua Gibran dan seorang lelaki dewasa tampak bangkit. Setelah berbincang cukup lama."Itu Gibran udah dateng!" ucap Bunda Gibran, dengan menatap sang lelaki dewasa seolah mengerti lelaki itu berjalan ke ruang kantor ayah Gibran.
"Kita mulai dari awal!" ucap sang suami.
CEKLEK
Pintu utama terbuka memperlihatkan Gibran yang memakai kaos hitam celana jeans panjang sedikit ripped dan jaket kulit berlambang serigala yang di kenakan. Apakah orang tua Gibran tahu? Gibran mempunyai geng dan dia ketuanya jawabannya tahu.
"Gibran, salam sayang! "peringat bunda Gibran membuat langkah Gibran terhenti dan menoleh ke kedua orang tuanya yang berdiri tak jauh darinya.
"Assalamualaikum "ucapnya datar namun lembut.
"Waalaikumsalam " jawab keduanya kompak lebih tepatnya sang Bunda yang terlihat begitu bahagia. Gibran melihatnya aneh.
"Gibran ke atas dulu " ucapnya berjalan.
"Eh Gibran nak, kenapa kamu pegang dada kamu sayang? Sakit? Bunda panggil dokter ya?" tawarnya.
"Nggak " lalu berjalan menaiki tangga.
Seseorang di balik pintu ruangan kantor melihat itu semua,"Berubah " ucapnya.
Sebelum Gibran memasuki kamar ia berhenti di depan pintu merasa aneh dan marah. Gibran tiba tiba memukul pintu kamarnya keras dan berteriak.
BRAKK
Menimbulkan bunyi keras. Sampai seseorang di balik pintu terjengkit kaget, menahan teriak.
Gibran menghela nafas lalu membuka pintu kamar yang luas dan bernuansa hitam putih lebih dominan warna gelap.
Dan terdapat etalase besar yang di dalamnya berbagai bentuk squishy baik besar, sedang, atau kecil. Itu semua milik kekasih nya dan ia sengaja membeli dan menaruh squishy untuk kekasihnya, agar betah di rumahnya lebih tepatnya kamar Gibrannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZEL'S
Teen FictionBisa order novelnya melalui penerbit ya. [ COMPLETED END ] Cover by me. Get on pinterest Revisi tidak di teruskan. Blurb: Seorang lelaki yang kehilangan warna di hidup berganti kekosongan. Akankah penantian seorang Gibran selama tiga tahun kurang i...