Episode 6

243 19 0
                                    

Bianca POV

  Aku meregangkan otot-ototku setelah menyerap tenaga dari tidur siang. Ku lirik jam di nakasku sudah pukul 16.00 ,berarti aku tidur sekitar satu jam. Ku ambil handphone di atas kepalaku, terdapat pemberitahuan 12 Line, 5 missed call, 10 new message. Kenapa banyak sekali? Fans kah? Aku buka mulai dari missed call, Ucok meneleponku? Aku memutuskan untuk menelponnya balik.

  "Woiiii.." teriaknya kencang sekali. Aku sampai memejamkan mataku karna terkejut.

  "Sialan. Lo kira gue budek!" Teriakku balik.

  "Lo tu kemana aja sih? Kita hubungin dari tadi gak di gubris!"
  "Ada apa sih?"

  "Lo lupa atau emang amnesia?"

  "Amnesia deh kayaknya, Cok."

  "Tai lo ah! KE RUMAH GUE SEKARANG!"
  "Oh my God, gue lupa!"

  "Tut..tut..tut.."

Kenapa bisa lupa begini? Mungkin efek hujan yang turun membuatku ngantuk sehabis makan siang dan menghilangkan memori-memoriku sejenak-astaga-. Aku pun bergegas bangkit dari tempat tidur, mencuci muka dan menyikat gigiku. Ku buka lemari, memilih baju lengan panjang polos berwarna pink tua, celana jeans, tas selempang kecil senada dengan celanaku dan flat shoes pink. Menyisir rambutku dan menjepit poniku yang panjang ke arah samping dengan jepitan kecil berwarna pink. And finally menyemprotkan parfum beraroma strawberry, my favorite fruit.
  Dengan kecepatan kilat aku menuju kediaman Ucok yang berjarak sekitar 2 km dari rumahku. Sesampainya disana, aku melihat banyak kendaraan terparkir didepan rumahnya. Aku tertarik dengan CRV putih, good looking and cool. Kira-kira punya siapa ya? Harga mobilnya lumayan mahal loh. Mungkin itu mobilnya Ucok's Papa.

  Aku menekan bel rumahnya. Rumahnya sebesar apa coba, bukain pintu lamanya minta ampun.

  "Masuk, Bi." Ucap Devi yang sudah membukakan ku pintu selebar-lebarnya.

  "Oh, nyonya besar yang bukain." Kataku sambil menggodanya. Dia hanya tersenyum lalu tanpa sepengetahuanku dia mencubit perutku. Aku pun berlari untuk menghindarinya yang masih ingin mencubitku. Sampai akhirnya aku terhenti karena melihat sosok Bagas yang sedang tertidur di atas sofa dengan tangan bersidekap di atas dadanya. Oh my God, so hot!
  "Woi! Bengong aja lo, udah datang telat pula." Tegas si Ucok, suaranya membangunkan pangeran tidur dan menyadarkanku dari imajinasi.

  "Maaf-maaf, gue kelupaan." Kataku lalu duduk di sofa berhadapan dengan Bagas. Rambutnya yang berantakan membuatku menggigit bibir bawahku, awesome. Aku memalingkan wajahku secepatnya sebelum dia mengetahui bahwa aku memperhatikannya secara intens.

  "Jadi, ceritanya? Gue jadi apa, Cok?" Tanyaku untuk menghilangkan malu dan cemas.

  "Jadi gini, Bi. Kita semua udah rapat. Cerita tentang Pyramus dan Thisbe." Jelasnya dengan wajah sok serius.

  "Cerita apaan?" Tanyaku lagi dengan garukan dikepalaku.

  "Makanya datang tu tepat waktu jadi gue gak capek jelasin dua tiga kali!" Ketus si Ucok. Membuatku merasa terpojok saja.

  "Ya elah, namanya juga manusia. Tempat salah dan lupa." Jawabku dengan wajah handalanku, memelas.

  "Alasan lo ah! Jelasin, Gas!" Ketusnya lagi. Dia nyuruh Bagas jelasin ke aku? Serius? Emang bisa? Emang aku bisa konsentrasi?

  "Gue?" Tanya Bagas dengan menunjukkan jari telunjuknya ke arah dada bidangnya ditambah raut shock.
  "Bukan, eyang lo aja! Ya elo lah Gas! Mulut gue udah berbuih dari tadi!" Ketus si Ucok lagi. Kenapa sih dia, sensi banget. Lagi PMS ya mungkin si Ucok?

I Believe About DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang