Episode 19

206 12 0
                                    

Sebelumnya baca re-post episode     18.
   Empat tahun sudah berlalu. Kini Bianca sudah menyelesaikan bangku kuliahnya dan sudah merasakan yang namanya wisuda. Begitu pula dengan sahabat-sahabatnya. Empat tahun itu pula dia tidak pernah bertemu Bagas lagi. Bagas dan Bianca rela menelan sakit demi masa depan mereka masing-masing. Sesekali Bianca berkunjung ke rumah mama Bagas karena dia tau bahwa Bagas sudah tidak tinggal  disana lagi tapi tinggal dirumahnya sendiri bersama istri dan anaknya. Mendengar bahwa Bagas sekarang sudah bisa menerima Vierra, membuat Bianca juga ikut bahagia sekaligus lega. Kini, giliran Bianca yang akan meniti karirnya sendiri dan menjalani takdirnya. Dan selama itu pula Bianca belum membuka hatinya kepada siapapun, meskipun banyak lelaki yang berusaha mendapatkan hatinya. Karena dia belum menemukan seorang pria yang pas untuk hatinya.
   "Hallo.." ucap seseorang di ujung sana.

   "Hallo pa, ada apa?" Tanya Bianca lesu. Papanya selalu khawatir dengan keadaan anak semata wayangnya itu semenjak ditinggal pacarnya menikah.

"Kamu sudah di airport?" Tanya papanya.

"Iya ini lagi nunggu." Jawab Bianca, dia merasa lelah sekali, apalagi setelah acara tangis-tangisan dengan sahabat-sahabatnya.

   "Ya sudah, kalau sudah landing. Hubungi papa segera ya." Ucap papanya. Bianca hanya mengiyakan lalu menutup sambungan  teleponnya. Sedangkan mamanya masih nampak bersedih karna harus ditinggal pergi anaknya itu sementara waktu untuk bekerja di perusahaan papanya. Dia belum pernah berpisah lama dengan Bianca, dia belum rela untuk melepas anak gadisnya itu.

   Sambil menunggu, Bianca membuka-buka galeri foto di handphone-nya. Melihat kembali video dan foto yang di downloadnya dari instagram milik seorang pria yang selama ini bisa membuat dia tertawa dan tersenyum sendiri. Dia juga bingung bagaimana pria itu bisa membuat dia tertawa padahal mereka kenal saja tidak. Yang dia tau hanya Edien adalah anak dari seorang pengusaha sukses di Bandung yang kuliah di Australia. Edien seperti pembawa good mood bagi Bianca. Kalau dia sedang bad mood, dia segera membuka foto dan video Edien dan itu berhasil memperbaiki mood-nya.

    Setelah sekian lama menunggu, akhirnya Bianca akan naik ke pesawat. Dia sebenarnya juga tidak rela berpisah dengan mamanya tapi mau tidak mau harus ia lakukan demi masa depannya dan juga membuat bangga orang tuanya.
   "Kamu baik-baik ya, Bi. Jangan telat makan, jangan lupa minum vitamin, jaga diri, jangan lupa hubungi mama." Ucap mamanya terisak.

   "Iya bawel. Mama jaga kesehatan ya.  Lagian mama disuruh ikut gak mau." Kata Bianca menghapus air mata mamanya.

   "Mama takut clbk sama papamu." Ucap mamanya polos. Sontak membuat Bianca terkekeh geli.

   "Kalau masih cinta, kenapa enggak?" Goda Bianca.

   "Udah ah! Buruan naik nanti kamu ditinggal." Ketus mamanya. Mereka pun berpelukan sesaat, cipika cipiki. Lalu Bianca pun pergi menuju pesawat meninggalkan mamanya yang masih bersedih hati.

   "Semoga kamu mendapat bayaran kebahagiaan nak, setelah apa yang kamu alami selama ini." Gumam mamanya, mengetahui selama ini Bianca sering menangis dikamarnya tapi tetap terlihat kuat didepan orang-orang.

     Bianca memasuki kelas bisnis yang sengaja ia pesan agar penerbangannya yang memakan waktu itu bisa membuatnya lebih relax. Bianca pun segera merebahkan tubuh langsingnya di kursinya yang berada disamping jendela. Memejamkan mata indahnya sejenak untuk menenangkan rasa kantuk yang menyerang.
°°°

     Akhirnya seorang pria tampan nan putih dan tinggi tiba di bandara Husein Sastranegara setelah melewati macet panjang. Dia harus kembali lagi ke Australia dengan tujuan yang berbeda yaitu melanjutkan perusahaan ayahnya setelah dia menyelesaikan kuliah dengan sangat baik. Meskipun dia agak terlambat, masih beruntung dia tidak ketinggalan pesawat.Dia pun segera menuju ke kursinya yang berada dikelas bisnis. Di sana dia melihat seorang gadis yang sedang tidur nyenyak di samping kursinya. Dia memperhatikan wajah gadis itu, wajah yang tidak asing baginya. Rambut ikal berwarna hitam pikat tergerai, bibir penuh yang dipolesnya dengan lipstik merah sirih nampak sempurna, parka biru dongker menyelimuti tubuhnya. Dan dia baru menyadari bahwa gadis itu adalah salah satu follower-nya di instagram setelah dia melihat tahi lalat kecil di pipi kanan gadis itu. Wanita yang selama ini membuatnya berdecak kagum setiap kali gadis itu meng-upload hasil jepretannya, baik foto selfie-nya maupun tempat yang ia kunjungi atau barang yang ia miliki. Pria itu pun segera duduk di samping si gadis.
   Dia nampak kelelahan sekali batin si pria yang masih menatap lekat wajah gadis itu.
Si pria merebahkan kepala sang gadis ke bahunya yang kokoh, karena menurutnya itu lebih baik daripada melihat si gadis harus menyandarkan kepalanya ke arah jendela. Entah kenapa si pria merasa bahagia karena bisa bertemu dan menyentuh si gadis seperti itu.
   "Excuse me." Ucap pramugari menyadarkan si pria dari tatapan kagumnya terhadap sang gadis. Pramugari tersebut membawakan minuman pembuka berupa orange juice.
   "Thanks." Jawabnya, pramugari itu mengangguk sambil tersenyum ramah lalu pergi. Si pria meneguk minuman itu sedikit, mencoba menetralkan jantungnya yang tiba-tiba berdetak tak karuan.

I Believe About DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang