Episode 8

261 17 0
                                    

Bianca POV
  Matahari bersinar terang, sinarnya terselip di antara pepohonan yang ada disekitar taman komplek perumahanku. Udara segar yang dikeluarkan oleh tiap-tiap pohon membuat aku memejamkan mata dan merentangkan tangan mencoba menghirupnya. Aku merasa de javu. Great Sunday morning.
  Aku menghela nafas setelah merasa cukup melakukan pemanasan sebelum lari pagi hari ini. Aku sedang menunggu kedatangan Meila dan Caca. Aku mengedarkan pandangan ke arah  taman. Terpaku pada kolam ikan. Di sana ada seorang kakek dan nenek yang sedang memberi makan ikan sambil diselingi canda gurau, melihat mereka tertawa sambil berpandangan dengan penuh cinta. Sweet couple. Semoga masa tuaku nanti bisa sebahagia itu, ya Tuhan. Bisa bersama dengan orang yang ku cintai, Bagas.

  "Good morning, princess bohongan." Suara cempreng Meila sudah terdengar ditelingaku.

  "Lama deh!" Ketusku. Karna memang aku sudah sedari tadi aku menunggu mereka dan aku benci menunggu, karna hasrat poop akan muncul-ya elah-.

  "Sorry deh. Meila noh kesiangan." Kata Caca lalu mengambil sikap pemanasan dan diikuti Meila. Mulai dari kepala, tangan dan kaki. Setelah mereka pemanasan, kami pun mulai lari pagi. Mengelilingi taman komplek yang cukup besar ini. Menyapa setiap tetangga yang lewat, terutama anak tetangga yang menyandang status mahasiswa. Namanya juga jomblo, tebar pesona disana sini.

  "Eh itu ada tukang bubur ayam naik sepeda." Pekik Meila sambil menunjuk gerobak yang sekarang mulai dikerumuni orang-orang. Tanpa berdiskusi, Meila sudah beranjak pergi ke sana meninggalkan aku dan Caca yang menggelengkan kepala.

  "Lo bilang mau diet, Mei." Ucapku berbisik. Dia hanya tersenyum dengan raut sok imut. Geli.

  "Bang, bubur ayamnya 3 mangkok ya." Kata Meila dengan semangatnya yang hanya dibalas anggukan dari tukang buryam itu. Kami memilih duduk di trotoar dibawah pohon beringin. Adem.

  "Eh, drama kalian gimana?" Tanyaku.

  "Ya gitulah, kelompok gue mah anak pintar semua." Jawab Caca. Aku memukul jidatnya dengan jempolku.

  "Kalo gue sih gak usah di tanya. Pasti...ancur!" Jawab Meila lagi dengan menggosok mukanya kesal.

  "Trus gimana, Bi? Bagas ada ngehubungin lo abis dia minta ID Line?" Lanjut Meila. Aku menghela nafas sambil menggeleng pelan.

  "Sabar ya, mungkin dia emang gak mau sama lo." Ucap Caca lalu mengusap punggungku.

  "Sialan lo ah!" Ketusku. Dia terselamatkan oleh bubur ayam yamg sudah terhidang. Perutku kembali berbunyi mencium aromanya. Membangkitkan selera dengan bertabur bawang goreng renyah dan suwiran ayamnya yang menawan.

  "Oh iya, Mei. Si Faril anak sebelas IPS-1 titip salam." Kataku diselingan suapan bubur ayam ke mulutku. Mendengar itu, Caca langsung tertawa kencang. Lain halnya dengan Meila yang terlihat kesal.

  "Kenapa sih?" Tanyaku penasaran, rasanya aku kurang update belakangan ini tentang mereka karena tugas drama itu.

  "Masa lo gak tau sih, Bi? Akhir-akhir ini si Meila lagi di kejar-kejar fansnya. Mulai dari dia bangun tidur sampai dia bobok cantik lagi." Jawab Caca lalu kembali tertawa.

  "Ya bagus dong. Masih ada yang perhatian, lagian gue liat si Faril lumayan kok. Apa lagi gue dengar-dengar dia anak dari salah satu butik terkenal di Bandung." Kataku lagi, sekarang bubur ayamku sudah habis.

  "Apaan sih! Gue gak suka sama dia, titik!" Ketus Caca lalu menyuap buryam sendok terakhirnya dengan kasar.

  "Emangnya kenapa? Hati-hati ntar jadi gue, benci jadi cinta." Jawabku serius. Meila hanya mendengus kesal lalu menoleh ke arahku.

I Believe About DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang