Episode 25

220 11 0
                                    

Author POV
Edien dan Bianca sudah kembali ke negara kanguru. Kembali berkutat dengan layar komputer, berkas-berkas, rapat, klien dan lain sebagainya. Menata karir merekamasing-masing demi masa depan.
"Aku sudah didepan kantormu, sayang." Ucap Edien dari seberang sana.

"Wait me!" Pekik Bianca senang lalu mematikan sambungan teleponnya. Sudah tiga hari ini dia tidak bertemu dengan Edien, karena Edien sibuk mengurus cabang perusahaannya diluar Sydney yang terbengkalai selama ditinggal ke Indonesia. Bianca segera mengemasi barang-barangnya dimeja kebesarannya sebagai General Manger. Dia langsung berlari menuju lift yang sebentar lagi tertutup tapi tubuh langsingnya segera menyelip di pintu lift, beberapa karyawan pria yang melihat itu didalam lift hanya bisa menelan air ludah mereka. Bianca segera berhambur ke depan lobi untuk memeluk Edien yang sudah berdiri gagah dengan tangan didalam saku celananya, dia sangat merindukan prianya itu. Beberapa karyawan disana menatapi mereka, ada yang iri, ada yang senang dan ada pula yang mencibir. Tapi Bianca tidak memperdulikan itu semua, yang penting dia bisa memeluk prianya lagi. Edien hanya tertawa kecil melihat tingkah laku Bianca yang terkadang seperti anak kecil, dia juga sangat merindukan Bianca. Edien pun melepas pelukan itu lalu menarik tangan Bianca masuk ke mobilnya dan segera melajukan mobilnya menuju suatu tempat.

"Ini, cepat dimakan nanti keburu cair." Ucap Edien sembari memberikan sepotong es krim rasa strawberry kepada Bianca, yang dia beli saat melewati minimarket. Dengan antusias, Bianca segera melahap es krim rasa favoritnya tersebut. Mereka berdua berjalan kaki disekitar dermaga Circular Quay yang berada ditengah kota Sydney. Ini adalah tempat favorit mereka berdua. Mereka merasa bebas disini, bisa berbaur dengan masyarakat disekitar. Hal yang paling menyenangkan bagi mereka adalah memberi makan pada burung-burung merpati yang banyak disitu.

"Ah, andai bisa terbang kayak mereka." Gumam Bianca saat merpati-merpati itu terbang menjauh meninggalkan mereka.

"Kan bisa pake pesawat." Jawab Edien. Bianca langsung mendelik tajam kepada Edien.

"Garing ih!" Pekik Bianca memukul pelan lengan Edien yang berotot. Edien mengacak-ngacak rambut Bianca lalu berlari. Bianca sangat kesal jika rambutnya dirusak dan Edien selalu saja melakukannya. Mereka pun berkejaran layaknya film india. Hingga akhirnya Bianca merasa lelah lalu memegangi dadanya dengan nafas yang ngos-ngosan. Khawatir dengan pacarnya, Edien segera berbalik arah lalu menggendong Bianca ala bridal style menuju kursi taman.

"Capek ya?" Tanya Edien sambil memijit betis Bianca diatas pahanya.

"Menurut L?" Bianca balik bertanya dengan nada kesal.

"Maaf ya, abisnya kamu gemesin banget." Jawab Edien mencubit pipi Bianca.

"Kok kamu jadi alay gini sih, Ed?" Tanya Bianca heran sambil mengusap pipinya yang memerah.

"Aku rindu." Ucap Edien lirih lalu meletakkan kepala Bianca ke bahunya. Bianca tersenyum bahagia, menghirup aroma maskulin Edien.

"Aku juga kok." Ucap Bianca melingkarkan tangannya ke pinggang Edien.

"Jalan lagi yuk." Lanjut Bianca berdiri yang di ikuti oleh Edien. Mereka berdua pun kembali berjalan mengitari First Fleet Park sambil berpegangan tangan. Memandangi dua ikon kota Sydney yaitu Harbour Bridge dan Opera House diselingi berselfi ria.

"Edien!" Teriak seseorang dari arah belakang mereka. Edien dan Bianca pun refleks menoleh ke belakang mencari sumber suara dan didapatinya seorang cowo tampan bertubuh atletis dengan kulit sawo matang tengah berlari ke arah mereka. Cowok tersebut langsung memeluk Edien dengan mimik muka yang membuat Bianca geli.
'Apa dia homo ya? Sayang banget padahal ganteng.' Batin Bianca.

I Believe About DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang