Di awal-awal alurnya emang masih nggak terlalu jelas, tapi nanti lama-lama bakalan normal kok:)
*#*
"Eh, bangun! Lo ngapain tidur di gudang?"
Dinda membuka matanya saat seseorang menepuk-nepuk bahunya.
Gadis itu langsung menepis sebuah tangan laki-laki yang ada di bahunya lalu memberi jarak di antara mereka, membuat laki-laki itu menatap heran.
Apakah wajahnya yang rupawan ini menakuti gadis di depannya? Ah bisa saja karena wajahnya yang begitu rupawan ini sangat tidak manusiawi dan membuat gadis ini takut karena menganggapnya bukan manusia. Hehe…
Eh tapi jika bukan manusia lalu dia dianggap apa? Hantu? Astaga… tidak mungkin!
"Kenapa pintunya Lo tutup?!"
Suara Dinda membuyarkan lamunan laki-laki itu.
"Emang kenapa?" tanyanya bingung
"Lo nggak liat tuh gagang pintunya hampir copot? Pakek ditutup segala lagi, nggak bisa dibuka nih!" gerutunya
"Masa' sih?"
Klak
Dinda hampir saja mengumpati laki-laki ini yang justru membuat gagang pintu itu benar-benar lepas dari tempatnya.
Tapi dia lebih memilih mendudukkan dirinya dengan kasar di atas lantai lalu menekuk kedua lututnya dan memasang wajah teramat kesal.
"Sorry" cicit laki-laki itu memandangi gagang pintu di tangannya dan gadis itu bergantian
"Terserah"
"Din, minta maaf deh gue. Sumpah gue nggak sengaja" ucap laki-laki itu berjongkok di depan Dinda
"Gimana Lo bisa tau nama gue?"
Erno yang ditatap penuh intimidasi oleh Dinda menjadi sedikit gelisah.
Sekarang bukan saatnya mengembalikan gelang itu kepada pemiliknya.
"Gimana kalau gue dobrak aja pintunya, pasti kita bisa keluar" katanya mengalihkan perhatian
"Pintunya kebuka ke dalem apa ke luar?"
"Ke dalem" jawab Erno
Dinda menatapnya jengah, dan kemudian Erno menyadari sesuatu.
"Nggak bisa didobrak dari dalem ya?" ucapnya lesu sambil ikut duduk di depan Dinda
"Lo ada HP kan?"
"Ada lah, gue tuh nggak pernah lepas dari HP kecuali kalau lagi tidur sama--" tangan Erno yang sedang mencari keberadaan handphonenya di saku celananya tiba-tiba terhenti
"Gue charger" lanjutnya pelan
"Di kelas. Ketinggalan" sambungnya lagi
"Ya ampun… pasrah aja lah gue" kata Erno lalu hendak membaringkan tubuhnya di atas lantai yang kotor
Namun tiba-tiba dia merasa salah satu tangannya dicekal oleh Dinda, membuatnya mengurungkan niatnya untuk berbaring, "Kenapa?"
"Kotor" jawab Dinda
"Ternyata Lo perhatian banget ya sama gue" goda Erno menarik turunkan alisnya
"Gue sayang sama seragam putih Lo kalau sampai kotor, bukan perhatian sama Lo" ujar Dinda lalu berdiri
"Lo mau kemana?" tanya Erno saat melihat Dinda berjalan menjauh
Dan hanya beberapa saat setelahnya gadis itu kembali sambil membawa sapu yang ditemukannya di salah satu sudut ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Here with You, Adinda
Novela Juvenil"Yaudah kita nikah aja kalau gitu" putus Erno kelewat pasrah "Lo gila?!" "Cuma ganti status doang elah" "Cuma ganti status kata Lo?!" sentak Dinda mencengkeram kerah seragam Erno dengan geram "Pernikahan itu nggak segampang itu!" lanjutnya "Gue tau...