[22] Tidur

373 33 0
                                    

"Erno, gue bisa jalan sendiri"

"Nggak, Lo lelet" jawab Erno tanpa menoleh kepada Dinda yang tengah ia gendong

"No, nanti diliat orang rumah" cicit Dinda mencengkeram lengan kemeja Erno sembari melihat sekitar

"Emang kenapa kalau diliat? Kita udah sah"

"No, maaf.... Jangan... jangan kayak gini"

"Kayak gimana?" tanya Erno menurunkan Dinda di atas ranjang

"Erno..." cicit gadis itu saat melihat Erno membuka kancing kemejanya

Dia meringsut ke kepala ranjang namun Erno menarik kakinya hingga ia jatuh terlentang.

"Apa sih?! Lo jangan mikir kotor astaga.... Gue cuma mau tidur" ujar Erno lalu membaringkan tubuhnya di samping Dinda

"Terus yang tadi?"

"Cuma bercanda, Dinda..."

"Terus baju Lo?"

"Gue gerah" jawab Erno

"Lo tanya sekali lagi, gue perkosa beneran Lo" ancam Erno

Dinda pun menutup mulutnya rapat-rapat, tapi beberapa detik kemudian dia kembali berucap, "Lo nggak ganti baju dulu?"

Erno menghembuskan napas malas lalu turun dari ranjang dan langsung melepaskan ikat pinggangnya.

"Erno--"

"Sumpah, Din. Lama-lama gue perkosa beneran Lo kalau mikir kotor lagi" geram Erno kemudian menggigit bibir bawahnya kesal

"Oke-oke, maaf-maaf" ucap Dinda cepat lalu pergi ke kamar mandi untuk berganti pakaian

Sementara itu Erno mengganti pakaiannya di sana dan setelah selesai ia langsung kembali berbaring di atas ranjang. Kali ini dalam posisi telungkup.

Laki-laki itu mengambil ponselnya dan melihat-lihat isi handphonenya itu.

Tidak lama kemudian Dinda keluar dari kamar mandi dengan menggunakan piyama berwarna biru.

"Tidur, Erno" tegur Dinda

"Belum ngantuk" jawab Erno tanpa menoleh

"Tadi katanya mau tidur" ucap Dinda naik ke atas ranjang

"Gue berubah pikiran, pengen tidur lebih malem aja. Lagian besok juga libur"

"Yaudah gue tidur duluan" balas Dinda lalu mulai menutup matanya

Erno menoleh ke arahnya lalu menjatuhkan kepalanya ke atas bantal sembari terus memandangi Dinda yang terpejam.

"Lo ngantuk banget ya?" tanya Erno

"Enggak, tapi gue harus tidur sebelum jam 10 biar besok pagi nggak bangun kesiangan" jawab Dinda masih dengan mata terpejam

"Emang kenapa sih?" tanya Erno yang kini mematikan handphonenya dan beralih memiringkan tubuhnya menghadap Dinda

"Kan gue harus bantuin Bunda masak, Erno..."

"Emang kenapa kalau nggak bantuin? Bunda biasanya masak sendiri tuh"

"Ya kali nggak bantuin. Udah ah, sana tidur" jawab Dinda memunggungi Erno

Erno terdiam memandang punggung Dinda, "Jadi istri harus seberat dan sedisiplin itu ya?" tanyanya pada sang istri

Dia memeluk pinggang Dinda dan menempelkan dahinya di punggung gadis itu.

"Susah ya jadi istri? Apalagi kita juga masih sekolah. Tanggung jawab jadi berlipat ganda antara jadi pelajar sama istri"

"Lo juga sama" balas Dinda

I'm Here with You, AdindaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang