"Din, ayolah…"
"Dih, nggak mau ya"
"Ayo dong…. Nanti gue beliin es krim" bujuk Erno entah untuk alasan apa
"Kayak ngebujuk anak kecil aja Lo" Dinda menggelengkan kepalanya tak habis pikir
"Kan Lo emang masih kecil"
"Ih Erno!" Dinda mengejar Erno yang mulai berlari menjauhinya
Tapi di persimpangan koridor sekolah, tiba-tiba Dinda menabrak seseorang hingga dirinya jatuh terduduk.
Erno yang mendengar suara jatuh pun langsung menoleh ke belakang dan berlari ke arah Dinda.
"Lo nggak pa-pa, Din?" tanya Erno membantu Dinda berdiri
"Maafin pacar saya ya, kak" ucap Erno pada seorang laki-laki yang mengenakan almamater dari sebuah kampus
Laki-laki itu merupakan satu dari beberapa PPL yang magang di sekolah mereka ini sejak beberapa hari yang lalu.
"Nggak pa--" laki-laki itu menghentikan ucapannya saat bertatapan dengan Dinda
Sementara itu Dinda langsung menarik tangan Erno pergi dari sana. Erno merasa sedikit heran namun tetap menurut.
"Dinda"
Erno menoleh ke belakang saat mendengar suara laki-laki itu memanggil nama istrinya. Bagaimana laki-laki itu tahu nama Dinda?
Sementara itu Erno juga merasakan genggaman tangan Dinda yang mengerat dengan tubuh sedikit bergetar.
"Hei" Erno sedikit menarik genggaman tangan mereka agar Dinda bisa lebih dekat dengan dirinya
Dinda mengalihkan pandangannya yang semula ke arah depan menjadi ke arah Erno.
"Mau diladenin apa pergi aja?" tanyanya pada Dinda dengan lembut, dia tidak akan bertanya lebih banyak
"Pergi" suara Dinda terdengar begitu lirih
"Oke" jawab Erno lalu berbalik sebentar, "Maaf ya, kak. Kita ada urusan, jadi harus buru-buru pulang"
Laki-laki itu tidak mengiyakan atau memberikan respon tapi Erno dan Dinda sudah terlebih dahulu pergi.
*#*
Sedari tadi Erno bisa melihat Dinda tampak tidak fokus dengan pembicaraan ringan antara mereka dan Raka. Untungnya bibi dan sepupu Dinda sedang tidak ada di rumah, jadi suasana hati Dinda yang menurut Erno cukup buruk setidaknya tidak akan bertambah buruk.
"Eee… om, kita mau pamit pulang aja, udah makin gelap" kata Erno pada Raka
"Ah iya, bentar lagi malem. Gimana kalau kalian makan malem di sini aja?" usul Raka
"Maaf, om. Kayaknya kita mau pulang aja"
"Oh yaudah, kalian berdua hati-hati di jalan ya?" pesan pria paruh baya itu
"Din" tegur Erno saat melihat Dinda melamun
Seakan tersadar, Dinda langsung memberikan tatapan bertanya pada Erno.
"Kita pulang, udah malem"
Dinda hanya mengangguk lalu menyalimi tangan Raka, diikuti oleh Erno. Setelah itu mereka pun pulang.
Selama perjalanan, Erno merasa Dinda seolah menjadi sosok yang lain. Wanita itu hampir tidak pernah mengeluarkan suaranya sejak tadi.
Setibanya mereka di rumah pun Dinda langsung berjalan masuk dan pergi ke kamar mandi.
Erno hanya bisa mempertanyakan dalam hati apa penyebab istrinya menjadi seperti itu? Apakah karena laki-laki tadi? Memangnya ada apa?
Cklek
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Here with You, Adinda
Ficção Adolescente"Yaudah kita nikah aja kalau gitu" putus Erno kelewat pasrah "Lo gila?!" "Cuma ganti status doang elah" "Cuma ganti status kata Lo?!" sentak Dinda mencengkeram kerah seragam Erno dengan geram "Pernikahan itu nggak segampang itu!" lanjutnya "Gue tau...