Dinda terbangun di tengah malam, dia mencari-cari keberadaan Erno yang sudah tidak ada di sampingnya.
Gadis itu menggedikkan bahunya lalu berjalan keluar kamar untuk mengambil minum di dapur.
Tadi dia lupa mengambil air minum untuk diletakkan di atas nakas samping tempat tidur seperti biasanya.
"Din, ambilin gue minum juga dong. Mau ke dapur kan?"
Dinda lantas menoleh ke arah sofa ruang keluarga yang dilaluinya sebelum sampai di dapur.
Di sana nampak seorang laki-laki yang sedang menonton pertandingan bola sendirian.
"Mau minum apa?"
"Air putih aja" jawab Erno menoleh sekilas ke arah Dinda lalu kembali fokus ke televisi
Beberapa saat kemudian Erno mendapati Dinda meletakkan segelas air minum di atas meja di hadapannya lalu duduk di sampingnya.
Gadis itu tiba-tiba menyandarkan kepalanya di bahu Erno, membuat laki-laki itu langsung menoleh ke arahnya.
"Gue terlalu cuek ya sama hubungan kita ini? Kayaknya cuma Lo yang banyak ngelakuin sesuatu yang bisa bikin hubungan kita makin deket. Tapi gue? Bahkan buat selalu ngerespon baik usaha Lo aja jarang" ungkap Dinda dengan tatapan kosong
"Lo cuma belum terbiasa aja, Din. Sebenernya gue juga kok, tapi ya karena gue tau tanggung jawab gue sama hubungan ini lebih besar jadi gue juga lebih berusaha" balas Erno lalu meneguk air dalam gelas
"Tapi tetep aja peran gue juga besar dalem hubungan ini. Maafin gue, gue bener-bener nggak berpengalaman sama hubungan semacam cinta sama kepercayaan kayak gini"
"Lo pikir gue berpengalaman?" tanya Erno sambil terkekeh pelan, "Lo liat sendiri kan gimana Ayah gue?"
"Ya… apapun itu, asalkan kita sama-sama berusaha pasti semuanya bakalan baik-baik aja" lanjutnya sambil melingkarkan kedua tangan Dinda di pinggangnya
Gadis itu pun langsung mengeratkan pelukannya tanpa ragu. Dia juga menempelkan pipinya di bahu Erno.
Erno balas merangkul bahu Dinda dengan sebelah tangannya dan tangannya yang lain kembali mengambil gelas di atas meja.
"Lo boleh ambil hak Lo kapanpun Lo mau"
Byur
"Uhuk uhuk. A-apa?" tanya Erno sambil mengusap bibirnya yang basah
Saking terkejutnya dia dengan pernyataan Dinda sampai dia menyemburkan kembali air yang belum sempat masuk ke dalam kerongkongannya.
"Lo tinggal bilang aja"
Mata Erno kembali membulat, "Lo tau kita masih SMA kan? Kita masih kelas 11. Emang Lo sendiri nggak ada kemauan buat nunda gitu?"
"Itu hak Lo, kapanpun Lo mau gue nggak akan nolak. Asal kita main aman aja" oh sial, Dinda merasa wajahnya begitu panas saat mengucapkan hal itu
"Wah wah, ternyata istri gue mesum juga" goda Erno takjub
Dinda yang semakin merasa malu pun hendak menjauhkan dirinya dari Erno, namun laki-laki itu lebih cepat menahannya dan menariknya ke dalam dekapannya.
"Erno, lepas" ronta Dinda
"Ini nggak termasuk hak gue?"
Dinda menghela napas pasrah dan akhirnya hanya diam dalam pelukan Erno.
"Gue ngantuk" ucap Dinda pelan sembari memejamkan matanya perlahan
Entah kenapa dia merasa begitu nyaman dalam pelukan Erno. Rasanya begitu… menenangkan, seolah pelukan ini mengartikan bahwa ada yang selalu bersamanya dan memberinya kenyamanan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Here with You, Adinda
Ficção Adolescente"Yaudah kita nikah aja kalau gitu" putus Erno kelewat pasrah "Lo gila?!" "Cuma ganti status doang elah" "Cuma ganti status kata Lo?!" sentak Dinda mencengkeram kerah seragam Erno dengan geram "Pernikahan itu nggak segampang itu!" lanjutnya "Gue tau...