[11] Cinta Gadis Tetangga Terajut Kembali

7.2K 1.1K 34
                                    

~Apa cintaku cuma kayak iklan yang numpang lewat di tengah cerita utama? (Inggita Wimala)~

Masih hari Jumat..

Gatra pasti tidak bakal mau kalau aku mengajaknya hingga ke Yogyakarta, dia punya urusan lain yang lebih penting daripada masalah cintaku yang ternyata tak jelas ujungnya ini. Kepalaku mendadak pening. Apakah misi pencarian Vikram akhirnya berhenti sampai di sini?

Mungkin melihat kebingungan di mukaku, Bude Rani melanjutkan ucapannya.

"Vikram dulu memang ikut Bude, sekolah SMA di Purwokerto. Waktu itu bapaknya kesulitan uang lalu pergi ke Jakarta, nggak berapa lama ibunya menyusul. Karena anak-anak mereka nggak ada yang merawat, Vikram terpaksa dititipkan ke Bude, sedang dua adiknya ikut saudara dari bapaknya di Yogyakarta." Cerita Bude Rani terpotong untuk menyilakan aku dan Gatra minum. Aku sudah tak sabar mendengar kelanjutan cerita hidup Vikram yang belum pernah aku dengar sebelumnya. "Begitu Vikram lulus SMA, dia menyusul orang tuanya ke Jakarta dan lanjut kuliah terus kerja di sana."

Aku menahan diri agar tidak memijit kedua pelipisku. Duh, aku tidak pernah menyangka hidup Vikram lebih rumit dari yang aku kira.

"Intinya, Vikram kemarin itu pulang ke Yogyakarta bukan ke Purwokerto, Bu?" Gatra akhirnya buka mulut untuk memastikan. Tiba-tiba Bude Rani malah terkekeh panjang. Aku dan Gatra saling menatap tak mengerti. Kenapa dengan si Bude?

"Ya pastilah, Mas, Mbak. Kalian ini benar-benar nggak tahu to? Katanya kalian ini teman-teman Vikram, kok ndak tahu kabarnya sama sekali?" Bude Rani lagi-lagi terkekeh seolah tindakan kami benar-benar lucu di mata wanita ini. "Terus, tahu alamat Bude ini dari mana?"

"Kami bertanya sana-sini, Bu. Akhirnya ada yang memberitahu alamat Bude Rani. Vikram pulangnya mendadak dan nggak bilang apa pun kepada kami." Bagus juga jawaban Gatra, pikirku lega. Gatra menjaga mulutnya agar tidak keceplosan kalau aku ini sebenarnya adalah mantan Vikram yang lagi menguber-uber keponakannya. Bude Rani manggut-manggut mendengar jawaban Gatra.

"Oh, pantas saja. Tadi itu Bude ndak ngerti wong acara Vikram di Yogyakarta, kok kalian malah ke sini. Wajar kalau Vikram pulang mendadak, memang rencana keluarganya juga mendadak sih. Bude kasihan juga sama anak itu." Tanggapan Bude Rani yang ambigu mengundang keningku berkerut dalam. Firasatku bekerja lagi, perasaan gelisah dan tak nyaman mulai menggerogoti tubuh.

"Acara mendadak? Acara apa, Bude?" Aku penasaran, Teramat sangat, tapi perutku mendadak serasa diperas oleh kegelisahan.

"Duh Gusti, kabar yang ini kalian juga ndak tahu to? Vikram ini maunya apa sih kok nggak ada teman-teman dia yang tahu?" Bude Rani tergeleng-geleng menatapku dan Gatra bergantian.

Tahu tentang apa? Ah, aku tahu, pasti acara ini yang membuat__.

"Vikram itu kan mau menikah."

Vikram pergi gitu aja__.

Sebentar. Sebentar. Apaaaaaaa?! Kupingku pasti salah dengar. PASTI.

"M.. m.e.n.i.k.a.h?"

"Benar, Mbak Inggita. Vikram mau menikah. Dua hari lagi acara seserahannya dan lamaran, besoknya langsung ijab terus lanjut resepsi. Saya dan bapaknya anak-anak paling besok berangkat ke Yogyakarta."

Astaga. Astaga. Astaga. Mendadak dadaku sesak, buat tarik nafas saja jadi susah banget.

Jangan pingsan, Inggita. Jangan pingsan.

"Kalau boleh tahu, siapa calonnya Vikram, Bu?" Dengan cepat Gatra mengambil alih, pasti karena melihat reaksiku. Gatra memang kapal penyelamat.

"Masih teman satu desa, mereka sudah kenal lama. Kalau nggak salah sih sejak mereka kecil malah. Saya juga kenal kok calon istrinya ini. Baik, cantik lagi. Kerjanya di Yog_____"

[END] Mengejar JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang