[3] Apartemen Casablanca

14.5K 1.7K 27
                                    

~ Terkadang kamu nggak menyadari bagaimana cara alam semesta itu bekerja ( Inggita Wimala) ~

Hari Senin..

Aku berencana mampir ke kantor Vikram terlebih dahulu. Seandainya ternyata Vikram tidak lembur untuk mengejar dead line pekerjaan seperti yang ia katakan, barulah aku ke apartemennya di daerah Casablanca. Walaupun separuh dari diriku yakin kalau Vikram pasti tidak ada di kantornya.

Sebenarnya kalau dari rumahku, posisi kantor Vikram tidak sejalan bila dibandingkan dengan menuju ke apartemennya. Aku harus memutar arah dan agak lumayan jauh. Hanya demi desakan perasaan harus bertemu Vikram segera, akhirnya ego mengalahkan akal sehatku sendiri.

Vikram sendiri sama sekali tak bisa kuhubungi. Dugaan terburuk, kemungkinan nomorku malah sudah diblokir oleh pria tersebut. Ya Tuhan, gagasan itu membuat dadaku menggelegak serta jantungku merenyut nyeri di dalam sana. Keinginanku begitu kuat dan tak terbendung untuk bertemu dengan Vikram. Pria itu harus menjelaskan lelucon yang sudah ia lemparkan ini kepadaku. Harus!

Aku tak terima Vikram mencampakkanku tanpa penjelasan apa pun. Dia benar-benar sudah melukai egoku.

Ketika mobil honda jazz-ku tiba di halaman parkiran gedung kantor Vikram, seperti perkiraanku sebelumnya, kantor mereka masih tutup karena cuti bersama. Artinya, Vikram tidak berada di dalam gedung kantornya untuk bekerja. Namun, alih-alih melarikan roda mobilku langsung ke apartemen Vikram untuk menyingkat waktu, aku malah mematikan mesin mobil dan menurunkan kakiku di atas halaman parkiran.

Saat ini aku masih saja bertahan dengan kebodohan ketimbang logika serta akal sehatku. Aku menyadari kalau aku sudah dibutakan oleh cinta sekaligus dibalut oleh emosiku sendiri. Tapi anehnya, aku seolah tak peduli.

Dua orang security berpakaian safari warna biru dongker menyambutku di depan pintu masuk yang terbuat dari kaca berornamen. Dengan wajah menyelisik, mereka menanyakan maksud kedatanganku ke kantor mereka.

"Saya mencari teman saya yang bernama Vikram, Pak. Dia karyawan di tempat ini," ungkapku kepada mereka. Sepertinya nama Vikram tak asing di telinga mereka.

"Pak Vikram memang bekerja di kantor kami, Mbak. Tapi kantor kami saat ini masih tutup." Salah seorang security kian menyorot tajam padaku.

"Kata Vikram kemungkinan ia masuk hari ini untuk mengejar dead line pekerjaan, Pak," balasku bersikeras hingga mengundang decakan tak sabar dari security tadi.

"Tidak ada karyawan yang masuk hari ini, Mbak. Mungkin sampai satu minggu ke depan. Mbak bisa lihat sendiri, ruangan di dalam sana gelap semua. Memangnya ada perlu apa sih, Mbak? Kenapa nggak telepon langsung ke Pak Vikram saja."

Napasku terhela panjang. Seandainya Vikram bisa kuhubungi, aku tidak perlu mencarinya ke sana kemari.

"Saya nggak bisa menghubungi Vikram, Pak. Saya kira dia masuk hari ini, siapa tahu bisa bertemu." Aku memaksakan senyum ke arah mereka dan pastinya senyumku terlihat menyedihkan.

"Sayang sekali, kantor kami tutup selama libur hari raya." Kali ini dibalas oleh security satunya. Suaranya lebih ramah dibanding yang tadi, mungkin dia iba melihat wajah cantikku berubah jadi memelas. Aku hanya bisa mengangguk lesu.

"Saya mengerti. Kalau begitu saya permisi, Pak. Terima kasih."

"Sama-sama, Mbak. Minggu depan kantor kami sudah buka kembali. Mbak bisa ke sini lagi minggu depan."

"Baik, Pak. Terima kasih." Aku berlalu meninggalkan kantor Vikram dengan perasaan makin galau.

-oOo-

Tiba di apartemen Vikram, aku membawa keempat roda jazz-ku melaju pelan saat mulai menggilas area parkir yang ada di lantai basement. Aku sengaja berputar-putar sebentar untuk mencari posisi kosong yang terdekat dengan lift.

[END] Mengejar JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang