[7] Bekasi

10K 1.4K 52
                                    

~ Kalau pacarmu menghilang begitu saja artinya dia akan menikah atau istrinya melahirkan (Gatra Sembrani) ~

Masih hari Rabu..

Kaivan berbadan gempal. Postur tubuhnya tinggi dan berkulit putih bersih. Wajahnya ramah, seramah sikapnya saat menyambut kedatangan kami berdua. Pria ini tampak selalu kepanasan dan berkeringat, padahal sebuah air cooler terarah ke tempat kami. Mungkin udara Bekasi memang terlalu panas untuk tubuhnya.

Setelah berbasa-basi sebentar ditemani oleh tiga gelas es jeruk yang sangat segar, obrolan kami berlangsung lancar dan hangat.

"Jujur saja aku kaget banget waktu terima pesan darimu, Inggita. Pikiranku sudah macam-macam, apalagi di pesanmu sepertinya dalam kondisi terdesak. Ehm.. kalau boleh tahu, semendesak apa ya? Sorry, kalau kamu merasa pertanyaanku mungkin masuk wilayah privasimu. Abaikan saja." Kaivan terlihat canggung saat berkata demikian. Oke. Aku bisa memahami.

Perempuan mengejar-ngejar laki-laki sampai seperti aku begini, apalagi alasannya kalau bukan minta tanggung jawab!

"Kalau maksudmu aku hamil apa nggak, aku langsung jawab absolutely no! Aku hanya harus bertemu Vikram. Itu saja. Karena dia harus mempertanggungjawabkan apa yang sudah dia lakukan padaku. Tapi bukan dalam arti menghamili aku. Kamu bisa tenang sekarang," jawabku panjang lebar. Melihat Kaivan hanya manggut-manggut, aku melanjutkan ucapanku.

"Menurut Radeva, kamu dan Vikram bersahabat sejak kuliah, ditambah pula kamu satu kantor dengan Vikram. Barangkali kamu lebih tahu Vikram secara pribadi, maksudku tempat tinggalnya atau apalah yang bisa bantu aku menemukan dia."

"Kamu sudah menghubungi ponselnya?" tanya Kaivan. Kepalaku mengangguk.

"Sudah. Tapi nggak aktif sejak hari raya yang lalu." Saat dia meninggalkanku begitu saja!

Kaivan menghela napas panjang mendengar balasanku.

"Aku memang bersahabat dengan Vikram sejak kami kuliah. Dibilang akrab sih.. ya kami cukup akrab. Tapi Vikram orangnya agak tertutup untuk urusan pribadinya."

Mendengar kalimat Kaivan barusan, kelihatannya aku tidak akan membawa hasil, tetapi aku tak mau menyerah begitu saja. Pokoknya, aku tidak mau pulang dengan tangan kosong.

"Biasanya kantor menyimpan data-data karyawan mereka, kan?"

"Benar sih, tapi data seperti itu hanya HRD yang pegang. Karena menurutku sifatnya confidential. Tapi kalaupun HRD nggak keberatan membuka data mereka, satu minggu ini kantor kami tutup." Kaivan mengedikkan bahunya.

Aku langsung lemas. Apakah aku harus mulai menerima kenyataan kalau Vikram benar-benar sudah membuangku begitu saja? Dan belajar menenangkan hatiku hingga minggu depan untuk meminta penjelasan langsung dari Vikram. Itu pun kalau Vikram masih mau aku ajak bicara.

"Seingatku sih Vikram tinggal di Casablanca, bukan? Aku bisa minta informasi teman-teman kantor barangkali ada yang tahu persisnya Vikram tinggal di mana." Vikram memandangku bersemangat. Aku menghargai antusiasmenya, tapi kepalaku menggeleng lemah.

"Benar, tapi nggak perlu. Vikram itu housemate-ku." Kali ini Gatra yang bersuara. Sementara Kaivan mengerutkan kening tak mengerti. "Well, kayak kamu dan Vikram, kami juga hanya sebatas teman satu apartemen saja."

Kaivan akhirnya menggaruk belakang kepalanya dengan tak nyaman.

"Ehem, kalau begini ya aku sungguh-sungguh minta maaf, Inggita. Aku nggak bisa bantu apa-apa, karena teman-teman Vikram yang terdekat ya cuma aku dan Radeva." Kedua telapak tangan Kaivan mengelus pahanya. Aku tahu artinya dia tak enak hati padaku.

[END] Mengejar JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang