“Ketika ada peluang, selalu saja ada hambatan."
-Note-
Akhirnya Eliya pulang jam sebelas lewat sepuluh menit gadis itu benar-benar kesal dengan laki-laki itu.
Untung saja ada seseorang yang sepertinya menelpon laki-laki itu dan akhirnya dia pergi dari Cafe‘. Akhirnya Eliya dan mba Eni bisa menutup cafe‘ lalu pulang.
Eliya pulang menggunakan ojek online untung nya saja masih ada, dan ia bersyukur bisa sampai di rumah dengan selamat.
Eliya membuka pintu kayu itu perlahan dan menyalakan lampu rumah. Gadis itu melangkah pelan, sepertinya nenek Ani sudah tidur biasanya nenek nya akan tidur setelah Eliya pulang. Namun hari ini nenek Ani tidur duluan, ini gara-gara Eliya yang pulang terlambat.
Eliya masuk ke dalam kamar nya bersama nenek Ani, wanita paruh baya itu terlihat lelap sekali Eliya menghampiri nya lalu menaikkan selimut yang di gunakan nenek Ani.
Tak sengaja tangannya menyentuh lengan nenek Ani betapa terkejutnya Eliya.
"Nenek demam?" Eliya memeriksa dahi nenek Ani.
"Ya Allah nek, maafin Eliya. Gara-gara Eliya seiring pulang malam, nenek jadi gini." Eliya menangis menangisi kebodohan nya yang telah lalai menjaga seseorang yang berharga baginya.
"Nenek, nek, bangun nek." Eliya menggoyangkan tubuh nenek Ani namun tak bergerak tingkat kekhawatiran Eliya bertambah ia takut terjadi sesuatu pada nenek Ani.
Eliya berjalan keluar rumah ia berlari ke jalan besar mencari kendaraan yang bisa membawa nenek Ani ke rumah sakit.
Gadis itu bahkan belum berganti pakaian, ia masih menggunakan seragam sekolah nya. Eliya melambai ke arah sopir angkot yang seperti nya akan pulang.
"Ada apa dek, malam-malam begini mau naik angkot?" Eliya mendesah lega. Angkot yang di bawa pria paruh baya itu mau berhenti.
Eliya menyatukan kedua tangannya. "Pak, saya minta tolong. Antar saya ke rumah sakit, nenek saya sakit terus sekarang pingsan pak."
"Tapi dek, saya mau pulang ini sudah larut." ucapnya.
Eliya menangis. "Pak, saya mohon. Saya pasti bayar bapak nanti. Saya gak tau harus minta tolong ke siapa lagi?"
Sopir angkot itu tak tega melihat gadis itu, yang memohon bantuan padanya.
"Baiklah, saya mau. Dimana letak rumah mu?"Eliya tersenyum lega. "Terimakasih pak." Lalu memberitahu supir angkot itu untuk masuk ke dalam gang rumahnya untungnya saja gang rumahnya itu besar sehingga mobil bisa masuk.
***
Sekarang Eliya duduk di depan ruang UGD, menunggu dokter yang memeriksa keadaan neneknya.
Eliya berdoa agar neneknya baik-baik saja, dan tak ada sesuatu yang buruk terjadi padanya. Supir angkot tadi sudah pergi saat Eliya ingin membayar nya supir itu menolak ia ikhlas membantu Eliya.
Untung disaat seperti ini ada yang ikhlas mau membantu nya.
Pintu terbuka Eliya bangkit segera dari duduknya dan menghapus jejak air matanya.
"Gimana dok keadaan nenek saya?" tanya Eliya khawatir.
"Nenek anda demam tinggi, saya sudah mengambil Sempel darahnya dan besok hasil lab nya baru bisa di lihat karena lab sudah tutup." Jelas Dokter itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wanna Be With You (On Going)
Short Story"Aku ingin kamu kembali." "Aku mungkin tak bisa kembali." "Jangan pernah kembali ke kehidupan Gue lagi!" "Aku ingin akhir cinta ku, bersamamu." "Gue cinta sama Lo, seharusnya lo gak usah berharap sama yang gak ada." ...